All Chapters of Living with Mr. Arrogant: Chapter 21 - Chapter 30
126 Chapters
21. Chandra Dwi Sukmajaya
Hari telah berganti. Kedua orang yang baru kenal itu kembali pada tubuh masing-masing. Zinnia asli kembali duduk pada kursi sekretaris. Sang direktur pun duduk pada singgasana miliknya."Pak, Rey. Siang ini ada janji dengan ditektur dari divisi pemasaran," ujar Zinnia mengingatkan."Hm. Oke," jawab Rey singkat."Dan ini beberapa dokumen yang harus Bapak tandatangani," imbuh gadis itu sembari menyerahkan beberapa lembar kertas penting pada sang direktur utama."Ya." Tanpa mengucapkan terima kasih, pria itu membaca sekilas dan langsung menandatangani kertas-kertas itu. Untung saja Zinnia sudah tak kaget lagi dengan perlakuan dingin sang atasan."Oh ya. Nanti kamu nggak usah ikut rapat. Aku mau ditemani Dani saja," ujar Rey membuat hati Zinnia berucap syukur."Baik, Pak."Gadis itu pun sendirian di ruang direktur utama SJ Grup. Menyelesaikan beberapa laporan yang masuk serta memeriksa jadwal meeting sang atasan yang sudah ia bua
Read more
22. Foto
Rey membuka amplop biru yang diserahkan sang adik. Ada selembar foto beserta data diri dari seorang wanita cantik berambut panjang. Wanita itu terlihat sangat sempurna untuk ukuran fisik. Rey paham dengan apa yang dimaksud ibunya."Hahhh. Kenapa Mamah masih bersikeras?" gumam Rey. Pria itu duduk di sebelah sang adik. Pada sofa panjang di ruangan itu."Mamah hanya ingin yang terbaik buat Kakak.""Tapi aku tidak tertarik." Rey menatap tajam kedua mata adiknya."Lalu kenapa Kak Rey mempekerjakan seorang perempuan di sini? Kakak sendiri bilang kalau semua perempuan itu merepotkan. Hanya memandang fisik dan jabatan untuk mendekati Kak Rey. Jika Kakak sama sekali tak suka perempuan, kenapa malah menjadikan Zinnia sebagai sekretaris pribadi Kakak? Padahal aku sendiri tahu kalau Kakak tak pernah mau satu ruangan dengan orang lain," ucap Chandra panjang lebar. Mengungkapkan kecurigaannya."Kamu cerewet sekali, Ndra. Itu bukan urusanmu!""Itu hal yang
Read more
23. Kapan?
"Astaghfirullahal'azim. Pak Rey!" seru Zinnia dengan suara pria. Gadis itu langsung keluar dari kamarnya sembari menatap layar ponselnya. Rey tersenyum penuh kemenangan."Apa-apaan ini, Pak? Nggak sopan tahu! Saya sendiri nggak pernah foto kaya gini," sungut Zinnia sembari mendelik pada dirinya sendiri yang masih duduk santai menikmati emosi."Ya Allah. Ada banyak sekali fotonya. Bapak bener-bener ya!" ucap gadis itu lagi sembari menghapus semua foto dirinya."Itu sebagai balasan atas perbuatanmu kemarin. Jadi kita impas," balas Rey santai. Zinnia memicingkan kedua matanya."Apa? Mau melawanku? Aku bisa membalas lebih dari ini," ujar Rey menaikkan dagunya."Ish. Ngeselin banget sih jadi cowok! Itu lagi. Benerin kancing baju saya!" perintah Zinnia saat ia sadar dengan penampilan dirinya."Kau berani memerintahku?" Pria itu malah menaikkan sebelah alisnya."Pak Rey!" sungut gadis itu lagi."Sudahlah aku mau mandi. Yang penting ki
Read more
24. Sandal dan Kelemahan
Mentari kembali menyapa langit kota Jakarta. Cahayanya menerobos masuk ke celah-celah gorden berwarna kuning keemasan. Sang penunggu kamar pun menggeliatkan tubuhnya. Bangun sembari mengucek kedua kelopak matanya. Pria itu sudah kembali ke tubuh aslinya. Merasa senang karena jiwanya sudah tak berada di tubuh Zinnia. Hari itu hari Sabtu, jadi Rey menghabiskan waktunya di rumah. Ponselnya pun tiba-tiba berdering. "Assalamu'alaikum," sapa Rey pada orang yang menghubunginya. "Wa'alaikumussalam, Rey. Nanti sore kamu harus pulang ke rumah! Chandra sudah memberitahumu tapi kamu malah tak mengindahkannya. Ini perintah Mamah jadi kamu harus pulang sore ini!" ujar wanita yang merupakan ibu kandung dari sang direktur. "Iya, Mah. Nanti sore Rey pulang ke rumah." Pria itu menjawab sembari membayangkan wajah sang adik yang mengadukannya pada sang ibu. "Bagus. Pokoknya harus pulang. Ada yang mau Mamah omongin sama kamu," tutur sang ibu. "Iya, Mah. Iy
Read more
25. Obrolan Keluarga Sukmajaya
"Ck. Dasar. Siapa juga yang mau malam mingguan? Pacar aja nggak punya. Memangnya malam mingguan harus gitu sama pacar? Kan bisa nonton dorama kesukaan sambil makan," gerutu gadis itu sembari menutup pintu. "Dasar direktur sableng. Suka ngatur. Sombong. Ngeselin."Tak ingin terlarut dalam emosi, Zinnia mengeluarkan laptopnya. Malam itu ia akan menonton serial drama favoritnya. Melihat para ikemen beraksi. Dari serial itulah Zinnia belajar bela diri. Bukan. Belajar berkelahi lebih tepatnya. Karena tak ada sang direktur dan pekerjaan yang mengganggu, gadis itu bisa puas menikmati malam minggunya.Sekarang kita menilik Reyner. Pria itu sudah sampai di rumah utama. Sang ibu sudah menunggunya. Wanita itu pun menyambut kedatangan putra sulungnya. Mereka kini duduk di ruang makan. Menikmati makan malam mereka."Syukur kamu bisa datang malam ini, Rey. Gimana pilihan Mamah nggak salah, kan?" tanya wanita paruh baya yang bernama lengkap Nurmala Sukmajaya."
Read more
26. Liburan
TOK TOK TOKSuara ketukan pintu membangunkan gadis itu dari tidur lelapnya. Kedua matanya mengerjap untuk menelisik tempatnya berada, di kamar Reyner. Sontak gadis itu langsung duduk dan mengucek kedua matanya. Ia lupa bahwa hari Minggu itu ia harus menemani ibu dari sang direktur untuk liburan."Iya," seru gadis itu sembari membukakan pintu. Chandra sudah berdiri di depan pintu kamar sang kakak. Pria itu memandangi sang kakak."Kak Rey nggak lupa kan kalau sekarang kita mau liburan?" tanya Chandra menatap kakaknya yang baru bangun dari tidur."Eng ... Enggak kok." Zinnia tersenyum karena kelalaiannya."Ya udah. Sekarang Kak Rey mandi! Sudah ditunggu sama Mamah," jelas sang adik yang sudah siap berangkat. Zinnia yang berada di tubuh Rey hanya mengangguk. Lalu segera menutup pintu kamar itu."Duh. Lupa kalau sekarang harus nemenin Mamahnya direktur sableng," gumam gadis itu sembari menilik layar ponsel mahal milik Re
Read more
27. Artikel
Di hari itu, tampak Reyner dan Chandra yang begitu akrab. Nurmala yang melihat pemandangan itu tersenyum senang. Baru kali itu ia melihat kedua anaknya saling bertukar senyuman. Meski terlihat aneh dan mustahil, tapi wanita itu benar-benar bahagia.Hingga pukul sembilan malam, keluarga Sukmajaya beristirahat di villa besar itu. Mereka kelelahan karena kegiatan mereka di tempat itu. Dari kegiatan memetik buah stroberi, jalan-jalan keliling kampung, bertegur sapa dan bermain bersama anak-anak yang tinggal di pemukiman sekitar villa."Kak. Hari ini Kakak benar-benar berbeda dari biasanya," ujar Chandra ketika duduk di samping sang kakak."Be-berbeda gimana maksudmu?" tanya Zinnia khawatir jika perbuatannya membuat curiga."Kakak jadi lebih ramah dari biasanya. Tapi aku suka Kakak yang seperti ini." Chandra tersenyum menatap sang kakak. Pria itu pun merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur."Aku juga seneng karena Kak Rey mau bercanda denganku. Kukira
Read more
28. Gara-Gara Sabun
"Duh, Pak. Nih ya. Mana ada disuruh mandi kembang tujuh rupa di bawah bulan purnama. Terus airnya juga mengambil dari tujuh sumber mata air. Habis itu mandinya berdua lagi. Nggak mau ah. Mandinya aja berendam selama tujuh hari tujuh malam. Ngawur ini. Lagian kita bertukarnya kan karena tabrakan di tangga. Nggak ada hubungannya sama air atau bulan purnama," ucap Zinnia sembari mengembalikan ponsel milik Rey."Dicoba nggak ada salahnya, kan?" tanya Rey."Dicoba, dicoba. Pak. Kalau kita berendam selama tujuh hari tujuh malam yang ada bukan cuma jiwanya aja yang gak jadi ketuker, tapi malah sekalian pindah ke alam baka," ucap Zinnia mulai kesal."Ya tapi kan ....""Ya Allah, Pak. Ini tuh udah musyrik. Lagian ribet cari barang-barang buat ritualnya. Apalagi nih ya, artikel ini belum tentu benar. Bapak padahal udah kuliah sampai luar negeri tapi malah percaya sama artikel ngawur kaya gini. Man eman tenan biaya kuliahe. Le lulus kuliah uteke cetek," cib
Read more
29. Telepon
Gadis itu kembali bertukar jiwa dengan sang direktur. Ia masih kesal dengan sikap semena-mena atasannya itu. Masih kesal dengan kejadian tenggelam di hari sebelumnya. Gadis itu juga teringat saat sang direktur akhirnya mau menyelamatkannya. Bahkan ia tanpa sadar memeluk pria itu dengan erat. Setelah sadar dengan apa yang ia lakukan, jantungnya berdebar kencang. Apalagi menyadari jarak mereka yang begitu dekat. Zinnia bahkan tak percaya dengan apa yang ia lakukan."Kenapa?" sentak Rey membuyarkan lamunan Zinnia."Nggak papa," cetus gadis itu sembari memasang dasi pada kerah kemeja."Awas, ya! Sekali lagi kamu mengotori kolam renangku, aku benar-benar akan menenggelamkanmu," ancam Rey dengan suara wanita. Zinnia langsung bergidik ngeri. Apakah direkturnya itu suka menyiksa orang sampai seperti itu?"Iya, Pak." Gadis itu menjawab dengan malas.Kedua orang itu pun kembali bekerja. Jiwa Rey yang sedang berada di dalam tubuh Zinnia duduk di kursi sekreta
Read more
30. Acara Makan Malam
Malam sudah menggantikan siang. Tugas matahari tengah digantikan oleh bulan. Untung saja malam itu terang benderang. Reyner pun menelpon Pak Likin untuk menjemput Zinnia. Besok lagi Rey akan membawa mobil miliknya sendiri agar tak selalu memanggil Pak Likin untuk bepergian. Namun, untuk apa ada sopir jika ia menyetir sendiri?Tepat pukul setengah delapan malam, Zinnia yang berada di tubuh Rey sudah sampai di kediaman Pak Haris. Gadis itu pun mencium punggung tangan kedua orang tua Reyner. Mereka pun menunggu kehadiran tamu istimewa di malam terang bulan itu.Setelah menunggu sepuluh menit lamanya, sang tamu istimewa sudah tiba. Sebuah mobil putih memasuki area rumah mewah itu. Tampak tiga orang turun dari mobil. Menampakkan seorang pria paruh baya yang dikenali sebagai Pak Argan beserta istri dan anaknya. Zinnia terpukau dengan seorang gadis cantik berusia sekitar dua puluh delapan tahun yang turun bersama kedua orangtuanya. Penampilan gadis itu tampak sempurna. Rambut
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status