All Chapters of Code of Seduction (Bahasa Indonesia): Chapter 51 - Chapter 60
106 Chapters
51. Keluarga
  Alfonso mengira telinganya salah dengar. Tapi Siena terus menatapnya dengan wajah serius.   "Apa katamu? Keluarga?"   Siena mengangguk pelan. "Iya, Alf…. Maaf, aku tak bisa segera hubungi kamu. Tapi ponselku ada di salah satu dari mereka, Pino atau Dino," sambungnya, sambil menunjuk bergantian ke arah kedua pria yang bersama Alfonso. "Mereka sedang cari kamu untuk memberi kabar, supaya kamu tak khawatir. Ternyata, aku tak menyangka kalau malah jadi begini…. Please, Alf…. Lepaskan dia…."   Bagi Alfonso, menatap mata hazel Siena yang indah adalah salah satu kelemahannya. Siena sudah di depan matanya, apalagi yang dia inginkan selain bertemu Siena? Perlahan ia mengendorkan tangannya yang menjepit leher Pino, dan memasukkan pistol ke dalam saku mantelnya.   Pino langsung menarik napas panjang setelah akhirnya bisa bernapas dengan bebas, sambil memegang lehernya yang sudah memerah. Rekannya
Read more
52. Sesama Pria
 Alfonso terbangun karena mendengar bunyi pintu ditutup, tapi bukan dari kamarnya. Itu mungkin Carlo, karena dia tahu pria itu tidur di sebelah kamarnya. Baru jam lima pagi, matanya sudah tak mau menutup. Dia sadar tidurnya kurang nyenyak. Mungkin karena otaknya terus memikirkan banyak hal yang terjadi kemarin. Jadi Siena akhirnya bertemu ayah kandungnya. Dan ayah Siena bukanlah orang sembarangan. Sepertinya tantangannya untuk menaklukkan hati Siena akan bertambah. "Makin banyak tantangan, makin menarik," gumamnya sambil tersenyum. Ia bangkit dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi. Saatnya untuk mencari tahu lebih banyak mengenai tantangan apa saja yang harus dia hadapi. "Selamat pagi, Carlo," Alfonso menyapa Carlo yang sedang berdiri di pinggir kolam renang di halaman belakang rumah yang luas. "Hai, Alfonso. Tak kusangka kamu bangunnya pagi juga. Atau jangan-jan
Read more
53. Rencana
  Siena melihat Alfonso dan Carlo berdiri berhadapan di dekat kolam renang, sepertinya sedang mengobrol tentang sesuatu yang penting. Wajah mereka terlihat serius. Apa yang mereka obrolkan pagi-pagi begini? Apakah tentang kejadian tadi malam?   Siena menghampiri mereka dari belakang. "Alf…? Carlo…?"   Alfonso menoleh. Kenapa wajahnya terlihat seperti emosional? Apa ada sesuatu yang mengganggunya?   "Cherry…."   Siena berjalan mendekati Alfonso. "Maaf, aku tak bermaksud ganggu obrolan kalian. Aku cuma mau beritahu kalau sarapan sudah siap. Alf, aku sampai lupa bertanya semalam. Apa kamu sudah makan? Jangan-jangan gara-gara semua kekacauan yang terjadi, kamu belum sempat makan."   Sebersit rasa bangga dan senang muncul di hati Alfonso, karena dia yang ditanyai lebih dulu oleh Siena, bukan Carlo. "Aku memang sudah lapar." Ia melirik Carlo, dengan seulas senyum kemenanga
Read more
54. Sisi Lain
  Dalam perjalanan menuju Panti Asuhan Safe Haven, Siena secara singkat menceritakan semua kejadian tadi malam pada Alfonso, mulai dari dia 'diculik' sampai dengan obrolannya bersama Stefano dan Carlo.   "Keluarga mafia?" ulang Alfonso dengan nada terkejut, saat Siena bercerita tentang latar belakang keluarga De Martini di masa lalu.   "Bukan mafia seperti yang kamu bayangkan. Mereka tidak lakukan kejahatan," Siena buru-buru menambahkan.   "Ya, tapi tetap saja keluarga ayahmu jelas sangat berpengaruh di kota ini. Seharusnya sudah bisa kutebak. Pantas saja jumlah pengawal di rumah ayahmu banyak. Dan mereka bawa pistol."   "Itu sebabnya lain kali kamu jangan bertindak nekat lagi seperti semalam. Kalau mereka mafia sungguhan, sama saja kamu cari masalah."   "Tapi sepertinya aku sudah kena masalah. Kakak tirimu tak suka denganku," cetus Alfonso sambil tersenyum getir.
Read more
55. Terhipnotis
  Alfonso meraih kedua tangan Siena dan menggenggamnya. "Tentu saja ayahmu menginginkanmu, Cherry…. Aku dengar cerita Carlo, ayahmu tak pernah menikah dengan wanita lain, karena dia cuma mencintai ibumu. Sekarang setelah bertemu kamu, dia pasti ingin menebus semua kesalahannya padamu."   "Aku tak mau dia lakukan ini karena rasa bersalah. Aku berharap dia menginginkanku karena… karena rasa cintanya pada Mama. Tapi kenapa aku masih merasa belum siap untuk memanggilnya Papa?" Siena seperti bertanya lebih pada dirinya sendiri.   "Semuanya butuh waktu, Cherry. Nikmati saja sebanyak waktu yang kamu butuhkan. Kita tak perlu harus buru-buru pergi dari kota ini. Kita akan tinggal di sini sampai kamu merasa dekat dan nyaman dengan keluargamu. Dan aku akan selalu bersamamu," ucap Alfonso.   Siena tersenyum. Saat ini hatinya seakan begitu penuh dengan perasaannya pada Alfonso. Dia makin menyukai pria ini dari hari ke ha
Read more
56. Hadiah yang Indah
  Siena melihat Stefano duduk di sebuah sofa panjang berwarna cokelat di bawah gazebo. Gazebo itu terletak di halaman belakang rumah, dekat kolam renang. Udara malam di awal musim dingin berhembus. Langit tampak bersih tanpa bintang.   Saat Siena mendekat, Stefano langsung menoleh memandangnya.   "Kemarilah, Siena…," sambut Stefano, tangannya menunjuk sofa di sampingnya.   Siena duduk di samping Stefano. Dia baru sadar ada sebuah album foto di pangkuan Stefano.   "Ini adalah foto kenanganku bersama Sakura. Aku selalu simpan dengan baik, karena ini satu-satunya yang bisa menghiburku kalau aku merindukannya," ucap Stefano dengan suara pelan.   Stefano memperlihatkan album foto itu. Siena mengenali wajah sang ibu waktu masih muda, begitu cantik, penuh semangat, dan ceria. Rambut Sakura yang sebahu terurai indah berwarna hitam, membingkai wajahnya yang oval mungil. Senyu
Read more
57. Kakak dan Adik
  Paginya, Siena terbangun dengan rasa damai di hatinya. Mengingat kembali semua kejadian di hari sebelumnya, ia tersenyum. Kemarin adalah salah satu hari yang paling sempurna dalam hidupnya. Momen indah yang ia nikmati bersama Alfonso di panti asuhan dan di restoran membuat hatinya melayang. Kemudian menyusul pengakuan jujur dari ayahnya. Dan sekarang, dia punya keluarga! Dia adalah bagian dari keluarga De Martini!   Semuanya bagaikan mimpi yang tak pernah berani dia bayangkan. Hatinya meluap dengan rasa syukur. Terutama dia sangat berterima kasih pada Adalfo yang telah 'memaksanya' datang ke Kota Gotemba dan Kota Siena. Perjalanan luar biasa ini telah mengubah hidupnya untuk selamanya.   "Grandpa, aku rindu sekali padamu. Terima kasih untuk semuanya, Grandpa...," ia berbisik.   Setelah mandi, Siena keluar dari kamarnya. Ia melihat Alfonso dan Stefano sudah duduk berhadapan di meja makan. Mereka sedang meng
Read more
58. Mencari Jawaban
  Sesaat hanya ada keheningan di antara mereka. Entah apakah yang membuat mereka tercengang adalah suara Adalfo, ataukah karena mereka sedang berusaha mencerna makna di balik teks pendek yang dibacakan Adalfo.   Akhirnya Guido berdehem. "Ini sebenarnya hanya pesan untuk menemukan tempat petunjuk kelima disembunyikan, bukan untuk menunjukkan lokasi aset Tuan Adalfo."   "Apa?" Alfonso dan Siena berseru hampir bersamaan.   Seketika Siena merasa lemas. Lagi-lagi petunjuk ganda dari Adalfo!   "Oh, Grandpa…. Kenapa dibuat lebih susah? Padahal sudah tinggal satu aset terakhir," keluh Siena dengan suara pelan.   Alfonso menatapnya sambil tersenyum. "Tak apa-apa, Cherry…. Seperti kata Tuan Guido, kita nikmati liburan kita di kota ini sambil berusaha pecahkan teka-teki dari Kakek. Tak perlu buru-buru."   Guido mengangguk-angguk setuju. "Benar sekali, Tuan
Read more
59. Penjaga Mengawasi
  Mendaki Torre del Mangia memang tantangan yang sangat melelahkan, tapi pemandangan menakjubkan yang tersaji di depan mata waktu Alfonso dan Siena tiba di puncak menara membuat mereka seketika lupa dengan semua rasa lelah.   "Wow…! Benar-benar luar biasa!" pekik Siena terpesona.   Ia berdiri di pinggir menara, menikmati panorama Kota Siena. Kombinasi warna cokelat dan putih dari bangunan abad pertengahan mendominasi pusat kota, sedangkan di kejauhan terlihat hamparan perkebunan menghijau. Biarpun ia masih terengah-engah menarik napas, tapi semua keindahan ini memang hadiah yang sebanding.   "Aku jadi teringat waktu di Palma. Pemandangannya juga susah dilupakan," komentar Siena.   Alfonso berdiri di sampingnya. "Benarkah? Kamu masih ingat? Waktu itu kita juga sedang cari petunjuk, dan kamu berhasil temukan jawabannya saat kita sedang di atas menara Castell de Bellver. Siapa tahu kali ini
Read more
60. Kaki yang Kudus
  Alfonso dan Siena saling berpandangan. Detik berikutnya, seolah digerakkan oleh pemikiran yang sama, secara spontan mereka langsung bergandengan tangan, dan berlari ke arah tangga turun yang menuju ke dasar benteng.   "Ide yang brilian, Cherry! Ternyata ada gunanya juga kita ke perpustakaan tadi!" seru Alfonso sambil terus berlari menuruni tangga.   Siena tak bisa menahan tawanya. Dia teringat kejadian yang hampir sama waktu mereka berada di Palma. Ketika itu, mereka juga menemukan jawaban teka-teki saat berada di atas menara Castell de Bellver. Lalu mereka buru-buru berlari turun dari menara, tapi sambil mengomel satu sama lain. Sekarang? Mereka malah saling bergandengan tangan! Betapa berbedanya!   "Kenapa kamu tertawa?" Alfonso memandanginya dengan wajah heran.   "Oh…, aku cuma…," Siena terus tertawa sambil bicara. "Rasanya seperti déjà vu, tapi ada yang sangat berbeda…." &n
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status