All Chapters of Destiny About Me: Chapter 11 - Chapter 20
127 Chapters
Bab 11.
Tersenyum di balik rasa sedih, itulah yang biasa manusia lakukan. Di depan terlihat baik-baik saja bisa tertawa, tersenyum bahagia.  Namun dibalik itu semua mereka tidak tau jika kita sedang bersedih ataupun terluka. Begitu pun yang dilakukan Ayana. Gadis itu tampak baik-baik saja, sering tersenyum menyapa orang-orang yang tinggal di dekat apartemennya. Tapi taukah mereka jika Ayana sedang terluka, Ia merasa hidupnya seperti dulu, kesepian tidak punya teman ataupun saudara. Semenjak kejadian Rama menciumnya tiba-tiba di lift. Pria itu meninggalkannya begitu saja, tanpa mengatakan sesuatu. Suaminya pergi dan sampai saat ini tidak pulang. Aya merasa jika suaminya telah melukai hatinya dengan sangat, Aya juga manusia biasa yang bisa marah. Ia tidak terima dan merasa sakit hati. Setelah Rama menciumnya dengan intens bahkan Rama hampir melakukan hal lebih kepadanya, tiba-tiba per
Read more
Bab 12.
Dafa tidak bisa fokus saat memerikan hasil kerja karyawannya dengan benar, entah sudah berapa kali pria itu menarik napas panjang sambil memijat keningnya. Yang ada di kepalanya hanya ada satu nama, yaitu Ayana. Semenjak bertemu beberapa jam yang lalu. Perasaannya menjadi gelisah. Dan selalu kepikiran tentang gadis itu. "Agh!!" erang Dafa mengacak rambutnya frutasi. Kenapa susah sekali melupakan perempuan yang sama sekali tidak boleh ia pikiran, Dafa akui jika beberapa hari ini ia menghindari Aya, untuk kebaikan dirinya dan juga untuk gadis itu. Dafa tidak ingin semakin dalam menyukai atau bahkan mencintai Aya. "Ada apa Mas?" Dafa tersentak baru menyadari jika bukan dirinya saja yang ada di ruangannya saat ini. "Tidak ada, Pras tolong kamu selesaikan tugas saya. Nanti kalau sudah selesai kamu taruh di meja. Kepala saya sakit. mau pulang," "Baik Mas, biar saya
Read more
Bab 13.
"Selamat pagi," sapa pria tampan yang baru saja masuk kekamar inap Aya. Aya yang masih berbaring diatas brankar, terlihat tersenyum membalas ucapan pria itu dengan mengangguk. "Apa kamu mencariku?" Aya mengangguk lagi membuat Dafa tersenyum manis. "Tadi aku tinggal sebentar untuk pulang, aku sengaja meminta tolong suster untuk menemanimu." Dafa mengalihkan pandangannya kearah suster yang sedari tadi menemani Aya. "Makasih ya Sus, maaf saya agak lama," kata Dafa tidak enak. "Tidak apa-apa Pak, kalau gitu saya pamit." ujar suster itu dan keluar dari kamar Aya. Setelah suster itu pergi, Dafa mendekati brankar Aya lalu memberikan sebuket bunga kesukaan gadis itu. Bunga tulip berwarna putih membuat Aya tersenyum senang. "Kamu tau aku suka bunga ini?" Dafa mengangguk. "Kamu kan pernah kasih tau aku kalau kamu pingin punya t
Read more
Bab 14.
Indahnya langit senja, dan merdunya suara riak ombak di tepi pantai. Membuat siapa saja merasakan ketenangan hati dan pikiran. Aya gadis berdress putih bermotif bunga dengan jepit rambut berbentuk pita menghiasi rambut indahnya tengah tersenyum menikmati itu semua. Dafa pria yang begitu baik dengannya telah membawanya ke tempat yang dulu sering ia kunjungi bersama kedua orang tuanya. Rindu yang begitu dalam ia rasakan untuk kedua orang tuanya, sedikit bisa dia obati, Aya berharap mereka disana tidak sedih melihat putrinya harus mengalami hidup yang pelik. Namun ia berjanji setelah ini dia akan menjadi wanita lebih kuat dari sebelumnya. Gadis itu percaya jika rencana tuhan lebih indah dari apa yang kita bayangkan. "Senyum terus dari tadi, mikirin apa?" Aya tersentak lalu menoleh kesamping. Melihat senyum manis Dafa membuat pacu jantungnya tiba-tiba tidak tenang. Segera ia menunduk
Read more
Bab 15.
Dafa segera berlari ke parkiran, berniat mencari Aya yang kemungkinan belum terlalu jauh dari tempat itu. Namun saat ingin mengunakan helmnya Dafa melihat seorang gadis di sebrang jalan tengah bejalan sendirian di dekat halte bus. Dafa berlari dan menyeberangi jalan. "Aya!" panggilnya, tangannya menarik tangan kanan gadis itu untuk menghadap kearahnya. Betapa terkejutnya Dafa ketika melihat Aya pergi dari restorannya sambil menangis. "Aya, kamu tidak apa-apa?" tanya Dafa bernada sangat khawatir. Bukannya menjawab, Aya justru menepis tangan Dafa lalu mundur beberapa langkah. Hal itu membuat pria tersebut mengerutkan kening. Dafa menunggu gadis itu yang sedang menulis sesuatu di ponselnya. "Mulai hari ini kita tidak perlu bertemu dan berteman lagi Dafa, sudah cukup selama ini aku menyusahkanmu. Mungkin saatnya aku mandiri dan hidup sendiri seperti dulu lagi. Te
Read more
Bab 16.
Bugh! Satu pukulan cukup kencang Dafa dapatkan ketika ia baru saja keluar dari apartemennya. "Di mana Aya!" bentak orang yang sudah memukulnya. Dafa tersenyum sinis sambil mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya. "Ngapain lo cari dia? Lo sudah bukan siapa-siapanya lagi!" Rama tersenyum miring melipat tangannya di dada. "Ternyata dugaan gue benar. Pasti karena lo! Aya ceraiin gue." "Dan karena cewek bisu itu! Gue jadi hidup susah!!" teriaknya. Dafa terlihat tenang, ia perlahan bangun lalu berdiri tepat di hadapan Rama. "Lo punya otak kan. Aya minta cerai itu semua karena lo perlakukan dia dengan kasar! Siapa yang mau dan betah sama suami B*****t kayak lo!" "Yang bisanya cuma sakiti istrinya!" ujar Dafa dingin tepat di depan wajah pria yang menatapnya tajam. "Kalau hidup lo susah. Anggap ini karma dari tuhan!" se
Read more
Bab 17.
Ayana gadis berparas cantik berkulit putih, terlihat sangat sibuk kesana kemari. Melihat para chef di restoran milik Dafa yang sedang membuat masakan-masakan Indonesia. Aya kini sudah tidak lagi menjadi chef di restoran ini. Ia hanya mengawasi dan melihat apa saja yang kurang jika juru masak sedang memasak. Itu semua permintaan Bos yang tak lain adalah Dafa, pria itu meminta Aya untuk tidak ikut memasak lagi. Dafa menyerahkan pekerjaan Aya pada chef terbaik di restorannya. Tadinya Aya menolak dan masih ingin memasak, Aya juga sempat berpikiran buruk pada Dafa, gadis itu menganggap Dafa tidak mempercayainya menjadi juru memasak di tempat usahanya ini. Tentu dengan tegas Dafa membantah, justru ia melakukan ini demi gadis itu, dia melakukannya karena Dafa tidak ingin Aya kelelahan. Meskipun berat namun ia menerima keinginan pria itu. "Pandang terus.. Makanya! Buruan halalin." ucap t
Read more
Bab 18.
Aya berlari kecil saat dia baru tiba di rumah sakit, di belakangnya ada Rama berjalan santai mengikuti gadis itu. Wajahnya terlihat cerah senyum terus terlihat dari wajah tampannya. "Ayana!" heboh Bu sarah ketika melihat Aya datang dan langsung memeluk tubuhnya. "Mama sakit apa? Kenapa bisa sampai seperti ini." Aya mengamati wajah mantan mertuanya yang begitu pucat, ada lingkar hitam di bundaran matanya. Bahkan Bu sarah terlihat sedikit kurus. "Mama nggak apa-apa sayang, Mama seperti ini karena kangen sama kamu," ujar Bu sarah lembut sambil mengusap pipi Aya yang basah oleh air mata. "Aya juga kangen sama Mama. Tapi Aya mohon Mama jangan seperti ini. Aku baik-baik aja Ma," balas Aya di tulisan buku kecilnya, Bu sarah mengangguk tersenyum pada gadis yang sudah ia anggap seperti anak sendiri. Tapi sayang karena kelakuan sang anak kandungnya, ia kehilangan sosok wanita baik seperti
Read more
Bab 19.
"Mbak. Mbak.. Yuk mbak bangun," seorang Ibu-ibu yang merasa iba melihat Aya menangis di tengah keramaian orang-orang, mencoba membatu Aya berdiri.Aya mengusap air matanya, ia menolak batuan ibu itu. Dia paling tidak suka jika ada yang mengasihaninya, meskipun tidak tega Ibu itu pun terpaksa meninggalkan Aya.Masih terisak kecil Aya berjalan meninggalkan bandara sambil melihat area bandara itu, berharap keajaiban muncul, Namun nyatanya pria memang tidak ada.Dafa telah pergi, Aya berjalan terseok seok. Mendadak kepalanya terasa berdenyut, matanya berkunang-kunang.Di paksa berjalan denyut di kepalanya kian menjadi, hingga tubuhnya limbung kebelakang.Namun bukan rasa sakit karena terhantam lantai, tapi sebuah pelukan hangat yang ia rasakan.Bukan hanya itu, harum parfum yang sudah dia hapal dan favoritkan dapat tercium dengan sangat jelas. Ingin ia membuka mata, namun ia takut ini mimpi karena terlalu mengharap kehadiran pria itu."Ay
Read more
Bab 20.
Setelah mengutarakan keinginannya, Dafa segera membawa gadis pujaannya pergi ke tempat kota kelahirannya, dia ingin hari spesialnya di lakukan disana.Semua keluarganya berada di sana, Dafa bukan anak orang kaya, namun juga bukan dari keluarga tidak punya. ia juga tinggal di sebuah desa di kota Semarang.Orang tuanya bekerja menjadi petani di sawah milik sendiri. Dan Dafa bisa bersekolah hingga kejenjang yang lebih tinggi karena kecerdasan pria itu.Dafa mendapatkan beasiswa di salah satu fakultas terkenal di kota Jakarta, itu sebabnya dia jauh dari keluarga.Selama ini pria itu hidup mandiri di kota metropolitan. Mencari nafkah sendiri, ia tidak ingin membebani orang tuanya. Meskipun untuk mencukupi kehidupannya sang Ayah masih mampu.Dafa tersenyum ketika melihat Aya menghampirinya dengan menggeret koper tidak terlalu besar. "Karena tidak ada yang mengantar kita ke bandara, kita naik taksi aja. Nggak apa-apa kan?" Aya menggeleng tidak masalah.
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status