All Chapters of Bukan Pelakor: Chapter 11 - Chapter 20
20 Chapters
Bab 12. Istri Sah Tuan Darsa
Tubuh Darsa dan juga Utari saling menegang di tempat. Refleks mereka berdua saling menjauhkan dirinya masing-masing dengan gerakan cepat. Utari menatap penuh raut pias pada wajah Darsa, sedangkan Darsa sudah menebalkan wajahnya dengan raut wajah yang sangat dingin sekali."Loh, kamu sudah pulang, Sayang?!" tanya Darsa berseru pelan sambil berjalan ke arah sosok wanita yang berusia matang, namun masih sangat terlihat cantik dan anggun."Ih, kok Mas sambutannya begitu, sih. Jangan bilang Mas Darsa enggak senang kalau aku sudah pulang," tuduh wanita cantik itu yang merajuk kesal.Darsa langsung meraup tubuh istrinya itu dengan lembut, lalu mengecup kening istrinya dengan mesra. "Sssttt ... Kamu ini merajuk terus kayak anak kecil saja. Saya enggak akan senang selama kamu pergi jauh dari saya," ucap Darsa yang mencoba menyakinkan istrinya itu.Utari yang masih berdiri mematung di tempat hanya bisa terdiam dengan jari tangan saling bertaut cemas, ketika menyaks
Read more
Bab 11. Tangan Nakal Tuan Darsa
Utari mengambil seprai yang masih terlipat rapih di dalam lemari kecil yang berada di pojok kamar pembantu yang sanga kecil sekali. Lalu, menerapkannya pada kasur lipat untuk dirinya tidur selama tinggal di rumah Indri, ibu kandung tuan Darsa."Kalau tuan Darsa sudah menikah, lalu kenapa tuan Darsa tega melakukan yang tidak senonoh dengan aku kemarin," gumam Utari dengan wajah yang masih pias, karena terkejut.Kepala Utari menunduk dalam dengan jari tangannya saling bertaut cemas. Tetapi Utari tidak bisa menampik kalau ketampanan dan kegagahan Darsa membuat hati Utari tertarik dan terpesona."Aku jadi takut kalau bertemu dengan istrinya tuan Darsa," lirih Utari cemas. "Apa aku mengundurkan diri saja, ya, dari pekerjaan ini?" sambung Utari yang bertanya pada dirinya sendiri.Lamunan Utari langsung buyar ketika suara ketukan dari pintu kamar yang ditempati olehnya. Sontak Utari bergegas cepat membukakan pintunya.Tok ... Tok ... Tok ..."Utari
Read more
Bab 13. Kemarahan Juragan Somat
Suasana di dapur milik Indri terasa sunyi dan sepi sepertitidak ada kegiatan apa pun. Namun, ada ketegangan yang mengisi di are sana, karena ada Darsa yang semakin berani mengukung tubuh Utari ke pojok dinding dapur yang ke halang kulkas besar."Tuan Darsa mau apa lagi dari Utari, hah? Mending Tuan Darsa pergi temui istri Tuan Darsa dari pada di sini bersama Utari," ucap Utari gugup yang tidak berani menatap wajah Darsa langsung.Darsa semakin menundukkan kepalanya sampai pucuk hidungnya menyentuh kening Utari. "Kamu ini kenapa Utari? Jangan bilang kamu cemburu sama istri saya, ya?" tanya Darsa yang menggoda Utari dengan suara berat nan maskulin miliknya itu.Kening Utari mengerut tinggi tidak suka dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Darsa. "Harusnya Utari yang tanya ke Tuan Darsa seperti itu. Kenapa Tuan Darsa tega menjebak Utari dalam permainan ini? Memang iya Tuan Darsa membebaskan Utari dari jeratan juragan Somat, tapi Tuan Darsa sendiri yang malah menja
Read more
Bab 14. Kolam Renang
Suara nyaring dari handpone butut milik Utari membuat gadis itu mengurunkan niatnya untuk tidur malam. Buru-buru Utari bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke arah lemari kecil yang menyimpan pakaian miliknya. Tertera di layar kecil handphone milik Utari, ada nama Ajeng -Adik kandung Utari- "Assalamu'alaikum, Dik Ajeng." Utari memberikan salam terlebih dahulu dengan kelewat antusias. "Wa'alaikum salam, Mbak! Kabar Mbak Utari di sana bagaimana?" Ajeng membalas dengan menyapa Utari tak kalau antusiasnya. "Alhamdulillah, Mbak baik di sini. Kalau kamu bagaimana, Dik? Apakah juragan Somat tidak melakukan hal yang berbahaya sama kamu?" tanya Utari balik dengan rasa cemasnya. Ada keheningan panjang di seberang telepon sana. Sangat kentara sekali kalau ada masalah yang sedang di hadapi oleh Ajeng, adiknya. "Ajeng, kenapa kamu diam saja? Tolong ceritakan keadaan kamu sekarang di sana sama Mbak, Ajeng," ucap Utari memohon dengan suara yang
Read more
Bab 15. Tergagap
Prang ...! Nampan yang dipegang Utari sontak terjatuh ke lantai ketika mata sucii Utari benar-benar melihat belalai panjang, besar, dan berurat milik Darsa. "Utari!" *** Kedua mata Utari terpejam sangat erat sekali dengan kedua tangan saling meremas sisi samping bajunya untuk mengurangi rasa takut, cemas, dan juga malu. Sarah langsung naik ke daratan guna mengambil handuk untuk suaminya, sedangkan Darsa hanya menenggelamkan dirinya di dalam kolam renang agar mata Utari tidak lagi jelalatan. "Pakai ini, Mas." Sarah memberikan baju handuk tersebut kepada Darsa. Dengan gerakan cepat Darsa naik ke atas daratan dan juga langsung memakai baju handuk itu untuk menutupi tubuhnya. Kali ini, Sarah menatap tajam ke arah Utari. "Heh, Utari! Siapa yang suruh kamu ke sini, hah! Pasti kamu sengaja kan ganggu kegiatan kami berdua!" tuduh Sarah dengan suara menggeram marah. Utari menggelengkan kepalanya cepat. "Enggak, Nyonya. S
Read more
Bab 16. Mesin Cuci
Bab 16.Sinar matahari yang sangat menyorot terik membuat tubuh atletik milik Darsa semakin berkilau karena keringat yang membasahi sekujur tubuhnya.“Huh, sudah berapa lama saya enggak olahraga lagi? Padahal cuma baru setengah jam saja napas saya sudah ngos-ngosan,” gumam Darsa yang mendesa lelah.Darsa menyeka keringat di wajahnya menggunakan handuk kecil yang terlampir di bahunya. Tidak sengaja, mata Darsa bertemu dengan bokong Utari yang seksi.“Pagi-pagi sudah disuguhkan pemandangan yang luar biasa sempurna nan indah,” decak Darsa sambil menggelengkan kepalanya pelan dengan senyuman culasnya.Karena tidak mau membuang waktu lama, Darsa langsung menghampiri Utari yang sedang sibuk menyirami tanaman milik ibunya.“Ehem!” Darsa berpura-pura batuk untuk mengalihkan fokus Utari.“Eh, Tuan Darsa. Ada apa ya, Tuan?” tanya Utari terkejut, buru-buru ia menaruh selang di atas tanah.&l
Read more
Bab 17. Ingin Punya Anak
Bab 17.Utari mengambil semua pakaian yang sedang di jemur. Teriknya matahari membuat Utari kegerahan. Terlebih ranjang pakaian bersih yang terlihat besar menutupi tubuh Utari.“Bagaimana Darsa? Apa ‘kah rumah kamu yang ada di sana sudah selesai di bangun?”Langkah kaki mungil milik Utari terhenti. Ia tidak sengaja mendengar suara Nyonya besar yang sedang berbicara dengan Tuan Darsa. Meski Utari tahu menguping adalah sebuah kesalahan, tetapi Utari merasa perlu mendengarkan percakapan mereka berdua.“Mah, mamah tenang saja. Saya sudah menyiapkan semuanya di rumah itu. Lagian renovasinya sudah selesai lama. Mamah tidak usah khawatir. Secepatnya saya bersama istri saya akan pindah,” ucap Darsa dengan tenang penuh dengan kejelasan.“Mamah tahu soal itu, Darsa. Tapi Mamah enggak mau istri kamu itu menunda momongan lagi. Sudah hampir lima tahun pernikahan kamu berjalan, tapi sampai sekarang belum juga dapat momongan,&r
Read more
Bab 18. Sosok itu Utari
Sarah mengacak rambutnya sambil mengerang frustrasi. Kepalanya berdengung sakit ketika memaksakan tubuhnya bangkit dari tempat tidurnya. Ia mengingat semua kejadian di ruangan kerja Darsa semalam.“Sial! Kenapa Darsa harus pergi menghilang begitu saja! Padahal dia lagi dalam keadaan terbakar gairah. Harusnya dia meminta bantuan padaku,” dengus Sarah yang menggeram marah. Memang benar Darsa menghilang tanpa jejak ketika ia izin ke toilet. Sampai acara puncak di ruangan itu pun dia tetap tidak kembali. Dan akhirnya, Sarah harus menanggung malu dan kekalahan atas taruhannya pada dirinya sendiri bahwa Darsa masih bisa ditaklukkan oleh pesonanya.“Kalau berakhir kayak gini sama saja aku yang rugi!” decak Sarah yang masih tidak terima dengan kekalahannya. Sarah pun lantas keluar dari kamarnya. Ia berjalan menuju ke dapur untuk mengambil minum.Ruang tamu rumah Indri -ibunya Darsa- sudah kembali rapi dan bersih berkat p
Read more
Bab 19. Terpaksa Menikah
Gemercik suara air yang bertabrakan dengan lantai menjadi pengiring irama di sela-sela tangisan Utari. Tubuh mungil nan rapuhnya bergetar hebat menahan dingin dan kehancuran secara bersamaan. “Hiks ... Kenapa harus aku yang mengalami semua ini ...!” jerit  Utari frustrasi yang tertelan dengan kehancuran hati dan fisiknya. “Kenapa semua orang selalu enggak percaya sama aku? Padahal aku sudah berkata dengan sejujurnya,” lirih  Utari yang menangis pilu sambil menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. Tubuh  Utari pun perlahan merosot begitu saja di lantai. Membiarkan tubuhnya terus-menerus dihujami oleh rintikan air dari shower. Ia menekuk kedua lututnya, menyembunyikan wajahnya di balik lipatan lututnya, dan kembali menangisi nasib malangnya.Tok ... Tok ... Tok ...Suara ketukan pintu membuat kesadaran Utari kembali. Terlebih suara yang sangat familiar bagin
Read more
Bab 20. Kekejaman Sarah
Di sebuah Villa keluarga Munthe.Utari ingin memberitahukan kepada Samu tentang kabar ini. Namun, Utari harus mengumpulkan keberanian untuk menelepon Darsa.Dalam lima detik, panggilannya ditolak. Karena itu,  Utari hanya bisa mengirim pesan dengan takut-takut untuk memberitahunya bahwa dia memiliki sesuatu untuk dikatakan dan berharap Darsa bisa pulang malam ini.Pernikahan mereka sekarang sedang jalan menuju satu bulan, namun  Darsa tidak pernah menghabiskan malam di rumah.  Utari akan selalu sendirian di kamar tidur, dan  Utari tahu betul di mana  Darsa menghabiskan malamnya.  Darsa tidak mengangkat teleponnya juga tidak membalas pesannya. Karena itu, hati  Utari menjadi resah karena dia tahu  Darsa tidak akan pulang malam ini juga. Utari pun beranjak dari duduknya untuk mandi. Setelah itu hendak beristirahat. Namun, ketika pintu dibanting hingga terbuka lebar membuat  Utari mengur
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status