Semua Bab Psychofagos: Pemakan Jiwa: Bab 41 - Bab 50
54 Bab
40. Feri 3
Khawatir, takut, gelisah, itulah yang dirasakan Vee saat melihat adiknya yang akan menjadi pemburu Chofa. Pengalaman sebelumnya mengenai mendiang Fento masih terngiang. Vee takut jika hal yang sama terjadi pada adik satu-satunya itu. Perasaan bimbang itu semakin menyulut emosi Vee untuk menghentikan apa yang akan dimulai adiknya saat ini karena jika sudah terlanjur dirasuki iblis, sudah tak akan bisa dikembalikan kecuali orang tersebut meninggal, begitulah isi kontraknya. Namun, Vee kembali teringat jika isi kontrak antara keluarga Avalon dan Iblis juga menyebutkan jika penyandang nama Avalon harus ikut andil dalam pembasmian Chofa, termasuk dirasuki iblis sesuai dengan bidangnya, sedangkan garis keluarga Avalon yang paling dekat dengan Vee adalah petarung.            “Tunggu!” Vee tiba-tiba berteriak sebagai hasil duel dalam jiwanya.            S
Baca selengkapnya
41. Penyerangan di Sekolah
 Vee langsung mengajarkan adiknya cara menggunakan pedang, tentu diawali dengan menggunakan pedang kayu yang memiliki risiko lebih kecil untuk melukai diri sendiri.            Vee benar-benar mengajarinya dari mulai cara memegang, kuda-kuda, bahkan sampai masalah kekuatan iblis yang ada di dalam dirinya nanti, atau bahkan sampai ke arah kelemahan Chofa.            “Chofa itu memiliki kelemahan, yaitu inti di dalam dirinya yang jika inti tersebut hancur, maka makhluk itu tak akan bisa untuk beregenerasi…. Chofa selalu berawal dari makhluk yang belum berbentuk, lalu mereka memakan beberapa jiwa manusia untuk mencapai bentuk tertentu yang tentunya lebih kuat dari sebelumnya….”            “Bagaimana nasib manusia yang dimakan jiwanya?” tanya Feri polo
Baca selengkapnya
42. Penyerangan di Sekolah 2
 Siang  yang seharusnya terik, kini menjadi mendung dalam sekejap. Vee mencoba memasuki tabir tersebut, namun dirinya terpental jauh ke belakang.            “Sudah kubilang, kau tidak akan bisa melewati tabir itu,” ujar Azamy. “Kita harus menghancurkannya.”            “Bagaimana caranya?” tentu saja Vee tidak mengerti bagaimana untuk menghancurkan tabir tersebut. Sementara itu, jeritan di dalam sekolah membuat Vee semakin tidak tenang, ditambah adiknya yang masih berada di sana.            “Satu-satunya cara adalah membuat pemilik tabir ini  mendapatkan luka berat dan membuat ia melepaskan tabir untuk menghemat energi yang ia punya,” jawab Azamy dari dalam tubuh Vee.         
Baca selengkapnya
43. Tempat Penelitian
 “Kenapa keluarga Avalon harus mengenakan pedang yang bersarung terus-menerus saat bertarung, Kak?” tanya Feri sembari berlatih menggunakan pedang kayu yang cukup berat saat hari libur di halaman belakang rumahnya.            “Ada beberapa alasan, salah satunya yaitu untuk melatih diri,” kata Vee sebagai pembuka jawaban yang masih tersimpan. “Itu adalah alasan sebelum keluarga Avalon mendapatkan kekuatan iblis. Namun setelah itu, sarung pedang yang tidak boleh dibuka sembarangan juga berfungsi sebagai perdam amarah.”            “Peredam amarah?” celetuk Feri.            Vee mengangguk, “Dengan membuka sarung pedang dan melihat mata pedang secara langsung dapat meningkatkan rasa ingin membunuh sang pengguna. Hal itu dapat menyebabka
Baca selengkapnya
44. Tempat Penelitian 2
Beberapa saat berselang, perahu itu sampai di tepi pantai. Seorang lelaki dengan tas punggung yang penuh dengan anak panah pun turun. Busur yang ia genggam berwarna hijau dengan motif sisik ikan dan kaki naga.            Orang ini memanah dari jarak jauh, di pantai dengan angin yang cukup kencang, dan mampu mengenai tepat sasaran, dia bukan manusia biasa. Lava bergumam di dalam dirinya. Ditambah, ia berani mengarungi lautan di malam hari seorang diri.            “Siapa, Kau?” Lava bertanya kepada lelaki misterius tersebut.            “Oh… aku hanya manusia yang-” lelaki itu menghentikan kalimatnya dan mulai mendekat ke arah Lava dan Vee, namun kali ini dengan aura yang berbeda.“Serang,” suara Azamy samar dari dalam diri Vee.Vee me
Baca selengkapnya
45. Tempat Penelitian 3
“Hahaha!” Fazl terbahak mendengar cerita dari Vee siang itu yang menjelaskan jika penghalang di pantai itu hanyalah melindungi dari manusia. “Semudah itu? Kenapa pasukan payah itu tidak bisa menemukan solusinya,” ia kembali menundukkan kepala sembari meremas rambutnya sendiri. “Malam ini, mala mini juga kita harus serang tempat itu habis-habisan, entah makhluk macam apa yang ada di sana, kita akan serang mereka bersamaan.”            Vee hanya balas dengan anggukkan, gadis cantik itu masih tidak mengerti mengapa raut wajah sang Ayah dapat berubah begitu cepat dari tertawa menjadi semurung sekarang.            Fazl pergi begitu saja dari rumah yang didiami Vee setelah mmeberikan arahan mengenai teknis penyerangan nanti malam.            “Apa aku boleh ikut?
Baca selengkapnya
46. Lari?
Serangan dari Asta membuat seisi pantai bergemuruh, tebing tinggi itu pun perlahan oleh tebasan yang semakin bergetar. Tidak berselang lama, tebing tersebut berhasil di hancurkan berkeping-keping. Pasca itu terjadi, tebasan pedang hitam itu berhenti, Asta terlihat sangat bisa mengendalkan kekuatannya. Begitulah yang disadari oleh Vee.            Perlahan debu-debu yang menyelimuti bekas tebing barusan mulai menghilang dibawa angin malam ke arah laut. Dan terlihatlah sebuah gua di sana, gua yang mengarah ke dalam tanah meski masih terllihat samar-samar.            “Gua?” Vendre bergumam perihal apa yang pandangannya bicarakan.            Gerbang menuju suatu tempat yang diduga adalah laboratorium Chofa itu terbuka, tapi apakah tabir yang menyelimuti tadi juga sudah hilang?  Begitul
Baca selengkapnya
47. Api Merah
Api merah adalah sebuah kekuatan Avalon yang sudah sangat jarang ditemukan karena cukup berbahaya jika penggunanya kehilangan konsentrasi barang sebentar saja. Pasalnya, api itu memanfaatkan banyak energi dari iblis secara tiba-tiba yang dicampur dengan amarah dari manusia. Vendre sudah menguasai amarah yang bisa dia keluarkan meski tak ada hal yang membuat marah maup[un sedih di sekelilingnya. Itu berarti, Vendre bisa menangis maupun marah tanpa sebab. Bahkan di saat sekarang pun, ia dalam kondisi sedih dan marah secara bersamaan, pedang yang masih di dalam sarung itu pun berkibarkan api merah yang cukup besar. Angin mulai kembali berhembus kencang, namun kali ini sebagai respon dari kekuatan Vendre yang luar biasa. Lelaki itu melompat, bergerak dengan cepat, menebas bagian leher Chofa yang sedang mereka berlima hadapi. Seketika leher Chofa yang besar itu penuh dengan kobaran api searah goresan pedang milik Vendre. Namun, tak sedikit pun terpotong.    &n
Baca selengkapnya
48. Malam Bencana
Vee dan Vendre bergerak bersamaan, mereka hampir melaju dengan kecepatan yang sama, hanya saja Vee sedikit lebih cepat. Gadis tengkorak itu diselimuti penuh oleh aura hitam kuat yang stabil, sementara Vendre masih berusaha mengeluarkan api merah meski tidak sebesar sebelumnya. Kedua tusukkan pedang mereka tepat mengenai bagian lemah yang direncanakan, Vendre agak telat sedikit. Dari tusukkan tersebut, retaknya merambat. Chofa yang besar itu berteriak keras, membuat gemuruh yang hebat, ombak pun terpengaruh olehnya.            “Sekarang! Asta!” perintah Riv selanjutnya.            Asta yang sedari tadi sudah mengumpulkan energi di dalam pedang besar, kini tengah dibantu oleh Savi, membuat pedang yang berasap hitam itu bercampur dengan api hijau. Asta mengayunkan dengan cepat pedangnya bersamaan dengan Vee dan Vendre yang lekas menghindar dari sasar
Baca selengkapnya
49. Malam Bencana (2)
Perlahan, tabir yang menyelimuti mereka berlima mulai terbuka, dapat dirasakan oleh masing-masing dengan pertanda yang berbeda-beda. Setelah seluruh bagian tabir terbuka, mereka melihat dunia yang baru. Ya, dunia yang mereka kenali itu ternyata baru saja luluh lantah, selama ini tabir tersebut menutupinya, sebuah peristiwa yang terjadi saat mereka berlima sibuk melawan Chofa yang kuat di dalam tabir.            “A-apa yang terjadi?” Savi bertanya pada entah siapa, sementara matahari mulai malu-malu muncul dari ufuk timur.            Vendre menggeleng sebagai pertanda tidak tahu, begitu pula dengan Asta dan Vee dalam menanggapi pertanyaan Savi yang terlihat panik.            Karena matahari yang mulai menunjukkan sinarnya, tubuh-tubuh mereka yang tadinya kerangka, kini kembali menjadi m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status