All Chapters of Bukan Pilihan: Chapter 31 - Chapter 40
149 Chapters
Chapter 31 : Menimbang
    Diana tidak dapat tidur meskipun kasurnya empuk dan nyaman. Dia berguling ke segala sisi membuat kusut selimut dan sprei. Merasa usahanya untuk tidur sia-sia, dia memutuskan untuk mencari udara segar.     Diana menjaga langkah kakinya agar tidak bersuara saat naik ke atap gedung. Ini pertama kalinya dia naik kesini. Biasanya dia tidak mau berada di tempat yang terkucil tanpa ada satu makhluk hidup pun. Mengetahui Jack tinggal di atap membuatnya sedikit tenang.    Angin berhembus menyejukkan kulit. Matahari mulai menghangatkan bumi. Diana menghirup nafas dalam-dalam. Udara disini segar sekali karena polusi di jalanan sulit mencapai puncak gedung. Diana berdiri di tepian dan melihat ke bawah.    "Nona, stop!!"    Diana terlompat kaget. Wajahnya memucat. Teriakan Jack membuat rohnya nyaris melayang.    "Ups, maaf Nona, kupikir...." Jack tertawa gelisah.    "Ya Tuhan, Jack! Aku hampir
Read more
Chapter 32 : Mimpi Yang Aneh
    "Belakangan Nona Diana terlihat lebih pendiam. Apa yang kamu lakukan terhadap dia, Vorst?" cetus Jack dengan nafas terengah. Dia baru sparring dengan Alex.    "Menurutmu begitu?" tanya Alex hati-hati. Sudah tiga malam Diana tidur di kamarnya sendiri dan Alex tersiksa dengan insomnia.    Jack tidak melanjutkan.    "Apakah ayahnya menghubungi?" tanya Alex lagi.    "Belum."    "Seperti apa ayahnya?"    "Pebisnis yang hebat."    "Bicaralah lebih banyak! Sepertinya kamu banyak bicara saat ngobrol dengan Diana!" tukas Alex kesal.    Jack tertawa, "Hei, kamu cemburu?"    Alex bangkit, "Ayo, satu ronde lagi!"    "Tenang Vorst! Tidak semua orang punya stamina gila sepertimu!" Jack terus tertawa.    Alex pun melampiaskan emosinya pada samsak.    "Setahuku Pak Ben berencana untuk mencari calon suami yang cocok bagi
Read more
Chapter 33 : Mengendurkan Syaraf
    Sambil memperhatikan makanan di piring otak Diana sibuk. Mimpi barusan terasa sangat jelas. Penampilan Alex dalam mimpi barusan bahkan sangat mendetil dan persis dengan sosok yang duduk di sisinya sekarang. Diana mendengus, cuma kebetulan!    "Hari ini kita libur," kata Alex singkat.    Diana tertegun, "Oh. Tidak masalah."    "Kamu sudah mulai tua, Vorst. Masa sparring sebentar saja sudah kelelahan? Jarang olahraga?" ejek Jack dengan senyum polos.    "Aku bisa melayanimu sepanjang hari sampai besoknya lagi. Berminat?" Alex melayangkan tatapan setajam belati ke arah Jack.    Jack mengangkat kedua tangan.    "Ngomong-ngomong Vorst itu nama keluarga?" tanya Diana. Sejak tempo hari dia mendengar nama itu terus disebut oleh Jack tapi belum sempat menanyakannya.    "Ya betul. Itu nama kakekku, dari bahasa Belanda yang berarti 'raja'." Tatapan Alex seketika melembut.  &n
Read more
Chapter 34 : Apa Yang Terjadi?
    Dilihatnya sosok Alex yang tinggi ramping berjalan mendekat. Hati Diana berdebar. Aroma maskulin memenuhi indera penciumannya.    Tunggu dulu, ini bukannya mimpi? Kenapa dia bisa membaui aroma?    Tanpa sempat mendalami pikiran tersebut perhatian Diana sudah teralihkan oleh kehadiran Alex. Lelaki itu merengkuhnya seperti ombak lautan, menyapunya ke tepi pantai. Bibirnya melekat erat pada bibir Diana. Kedua tangannya menelusuri setiap lekuk tubuh yang tampak maupun yang tersembunyi.    Alex menyentuhnya seperti binatang kelaparan. Diana belum pernah disentuh seperti ini. Hasratnya memuncak dengan cepat. Tangan dan kakinya memeluk Alex. Bibir Diana merekah mengeluarkan rintihan dan nama kekasihnya.    Diana terbangun. Nafasnya memburu. Barusan mimpi kan? Kenapa terasa sangat nyata?    "Diana...," suara Alex parau.    Wajah Diana panas. Apa jadinya kalau Alex mengetahui mimpi barusan?&
Read more
Chapter 35 : Aku Takut
    "Jangan berbohong. Sejak kapan?" Alex duduk di tepi tempat tidur.    Diana menelan ludah. Dia berusaha keras mengosongkan pikiran.    "Kenapa diam?" tanya Alex. Matanya tidak lepas dari wajah Diana, berusaha menangkap tanda sekecil apapun.    "Alex, kamu membuatku takut," desah Diana.    "Aku tahu." Hati Alex tersentuh oleh kata-kata Diana, tapi dia harus mendapatkan jawaban karena hidupnya bergantung pada kepercayaan.    Bibir Diana bergetar. Matanya mulai berkaca-kaca. Dia terus berjaga supaya tidak memikirkan apa-apa. Sosok lelaki yang duduk di hadapannya tidak boleh dianggap enteng.    "Hmm? Apakah aku harus memaksamu bicara?" Alex berkata dengan lembut.    Mata Diana melebar. Apa maksudnya?    "Kamu tahu apa maksudku, sudah lama aku tidak menyentuh wanita," Senyum sinis terkembang di wajah Alex yang tampan.    Diana beringsut mundur seketik
Read more
Chapter 36 : Kita Sama
    Diana meletakkan botol air di meja rias. Hatinya berdebar melihat wajah Alex. Dia tidak boleh lemah seperti dulu. Sejak insiden di kamar Alex, Diana berhati-hati dengan pikirannya. Dia tahu tidak bisa bersembunyi terus-menerus.    Sebenarnya Diana hanya peka terhadap sesuatu yang tak terlihat. Dia sama sekali tidak bisa melihat pikiran orang lain. Kadang-kadang dia akan merasa seperti ada hawa dingin melintas, atau seperti ada sosok yang berdiri di pojokan, segala hal yang tidak terdeteksi oleh panca indera manusia.    Sejak kecil Diana menjadi bulan-bulanan ejekan karena kepekaannya tersebut. Dia pun tumbuh besar dengan tidak mempercayai siapa-siapa, kecuali ayah dan ibunya.    Apa yang harus dilakukannya terhadap Alex? Apakah lelaki itu bisa memahami dirinya?    Sepanjang hari Diana bekerja keras menyusun kata-kata, membuat skenario untuk dua kemungkinan. Berpisah atau tetap berhubungan. Diana tahu dari kedua pi
Read more
Chapter 37 : Menjaga Jarak
    Alex memenuhi permintaan Diana untuk menjaga jarak. Dia hanya meminta ditemani sampai tertidur, setelah itu Diana bisa kembali ke kamarnya. Diana menyetujui karena tidak sampai hati membiarkan Alex insomnia. Jack yang menawarkan diri untuk menemani Alex tidur ditolak mentah-mentah.    Diana tetap bekerja dengan penuh tanggung jawab meskipun menjaga jarak terhadap Alex. Setiap sore mereka bertiga setia pergi ke club. Jack juga mulai mendapat teman sesama bodyguard.     Diam-diam Alex memandangi Diana yang sedang fokus di mejanya. Alex tidak pernah kurang tidur lagi, hanya kurang bermesraan, tapi setidaknya Diana tidak pergi. Alex tersenyum memikirkan perselisihan terakhir mereka.    Monitor CCTV menangkap gambar dua orang lelaki yang hampir berkelahi. Alex melihat bawahannya bekerja cepat membawa dua lelaki itu keluar dari club. Mereka mau melanjutkan perkelahian di luar sudah bukan urusannya.    "Kenapa orang
Read more
Chapter 38 : Saling Membutuhkan
    Diana menggeliat seperti kucing. Tangannya memyentuh sesuatu. Dia membuka mata dan melihat wajah Alex berada begitu dekat. Diana terlonjak bangun.    Alex menggerutu. Tangannya menangkap tubuh mungil Diana dan menariknya mendekat.     "Alex...lepas ih..!" Diana berusaha melepaskan diri tapi Alex mempererat pelukannya.    "Hmmm...tidur yang tenang...," gumam Alex. Bibirnya bergetar menahan senyum.    "Pura-pura tidur! Lepasin!" Diana meronta.    Alex menggeram saat lutut Diana entah disengaja atau tidak beradu dengan bagian pribadinya. Dia membalik tubuh Diana dan memeluknya dari belakang.    "Diamlah... Aku masih mau tidur...," gumam Alex.    Bulu kuduk Diana berdiri. Nafas Alex berhembus di kulitnya. Diana memejamkan mata. Segala rasa yang telah ditekan kini muncul kembali. Tangannya mendekap mulut supaya tidak bersuara.    Alex mendenga
Read more
Chapter 39 : Kunjungan Teman Lama
    Seorang lelaki paruh baya menggebrak meja. Wajahnya merah padam karena amarah. Segala usahanya untuk membebaskan sahabatnya, John si Jagal, dari penjara gagal total. Bahkan pengacara andalan mereka menemui jalan buntu karena terlalu banyak bukti yang memberatkan John.    Semua karena bocah bernama Alexander itu!    "Kudengar John menemukan kelemahan Alexander. Seorang wanita?" kata seorang lelaki gempal yang penampilannya mirip mafia Hong Kong. Kepala plontos, kemeja safari dengan tiga kancing terbuka memamerkan tato di dada, perawakan gempal.    "Betul."    "Bos tidak mau menyelidikinya?" tanya si kepala plontos.    "Hmm... Niko, menurutmu perlukah aku turun tangan untuk menghadapi seorang anak kecil?"    Lelaki plontos bernama Niko itu menyeringai paham, "Biar aku yang urus. Bos tidak perlu buang waktu yang berharga."    "Pergi." Han, si lelaki paruh baya,
Read more
Chapter 40 : Ancaman Tersirat
    Niko masih duduk di meja yang sama saat dia melihat karyawan club mulai 'mengusir' pengunjung yang enggan pulang. Matanya melirik ke arah pintu ruangan Alex. Dua bodyguard masih berdiri tegap disana, ditambah lagi ada seorang lelaki yang berjas turut berdiri di samping salah satu bodyguard. Niko memicingkan mata. Sebentar lagi dia akan melihat kebenaran.    Alex memutuskan tidak ada gunanya bersembunyi. Dia tidak pernah takut pada apa pun dan Alex yakin dapat melindungi Diana. Apalagi ada Jack bersama mereka.    Pintu terbuka. Niko melihat Alex keluar diikuti seorang wanita muda bertubuh mungil. Dari jarak jauh Niko dapat melihat bahwa wanita itu cantik dan dari penampilannya jelas bukan wanita penggoda. Lelaki berjas di sisi pintu ikut turun bersama mereka. Pengawal pribadi si wanita kah?    Niko beranjak. Dia melangkah perlahan ke dasar tangga. Tatapannya bertemu dengan Alex.     "Perkenalkan aku de
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status