All Chapters of Oleh-oleh Perjalanan Dinas Suamiku: Chapter 11 - Chapter 20
30 Chapters
Melaporkan Mirna ke Sekolah
PART 11 "Permisi, Bu, ini barang-barang Pak Raka sudah siap." Kemunculan Mbak Yah, asistenku, menginterupsi sejenak ketegangan yang sedang berlangsung antara aku, Mas Raka, Alia, serta ibu mertua. "Bagus. Taruh saja di depan pintu, Mbak Yah. Biar tinggal di angkut sama yang punya," jawabku sembari melirik Mas Raka dengan tatapan mengejek. "Berhenti kamu, babu! Siapa kamu berani-beraninya lancang mengeluarkan barang-barang anakku!" teriak ibu Mas Raka tanpa kami duga. Mbak Yah tampak terkejut sekaligus ketakutan dihardik kasar seperti itu. Gadis berambut panjang itu menatapku, seakan meminta perlindungan.
Read more
Biar Tahu Rasa
PART 12 Pagi hari. Aku terbangun dengan kepala yang terasa sedikit pening. Mungkin karena aku kurang tidur semalam. Bohong saja kalau kubilang bahwa aku bisa tidur nyenyak semalam. Siapa pun yang berada dalam posisiku saat ini, juga pasti merasakan hal yang sama denganku. Marah, gelisah, sedih, kecewa, semua melebur jadi satu dalam pikiran. Jika ditanya apakah aku menangis? Maka jawabanku adalah tidak. Tak setetes pun airmata yang kutumpahkan meski nyeri begitu terasa di dalam sini. Tangisku terlalu berharga untuk seorang pecundang seperti Mas Raka. Bicara soal Kayla, putri semata wayangku, tak ada seorang pun ibu di dunia in
Read more
Kupermalukan di Depan Teman-temannya
PART 14 Gadis-gadis berseragam itu tampak sangat terkejut ketika kusodorkan gambar Mirna dan Mas Raka. Beberapa siswi lain yang sedang mengantre juga ikut datang mendekat. Ingin melihat apa yang sedang teman mereka lihat pada layar ponselku. "Ihh ... ini kan si Mirna anak IPS 3 itu, kan? Ya oloh ... amit-amit ish kelakuan kayak gitu!" seru seorang gadis yang langsung menutup mulutnya dengan dua tangan, sambil beralih menatapku. "Elah ... gue sih udah nggak heran, dari kelas dua dulu gue pernah lihat dia dibawa om-om ke hotel. Cuma pas gue cerita, nggak ada yang percaya. Ternyata bener, kan? Si Mirna emang cewek nggak bener!"
Read more
Kupermalukan di Depan Teman-temannya (2)
PART 14 Mirna terus meratap sembari menangis. Sangat berbanding terbalik dengan kegaharannya yang sesaat lalu seakan hendak membinasakanku. "Pak ... saya mohon. Kalau saya dikeluarkan sekarang, tidak akan ada sekolah lain yang mau menerima saya, Pak. Saya tidak mau menunda lagi kelulusan saya. Mohon pertimbangkan, Pak. Saya mohon belas kasihannya. Lagi pula, tidak semua yang dikatakan perempuan ini benar. Dia hanya melebih-lebihkan cerita supaya bisa mempermalukan saya!" Mirna menunjuk ke arahku. "Ck ck ck, masih berani kamu bilang saya fitnah? Kalau saya mau, kamu dan suami saya bisa saya laporkan pada polisi atas pasal perz
Read more
Niat Busuk
PART 15 "Nirmala, Raka serta ibunya ingin saya memecat kamu dari perusahaan ini sebagai balasan atas apa yang telah kamu lakukan terhadap Raka."Mata Pak Bondan menyipit, sementara senyumnya mengembang di bibir hitamnya. Aku tetap bergeming, berusaha tak terpengaruh pada kata-kata Pak Bondan.Lelaki itu kembali terkekeh. Menatapku sambil menjilat bibir bawahnya sendiri. Memuakkan, tapi aku berusaha menahan diri, sebab ingin mendengar lebih banyak lagi."Tapi kamu tenang saja, Nirmala. Saya tidak sejahat itu. Tentunya akan sulit bagi kamu jika kehilangan pekerjaan sementara pernikahanmu sendiri sedang di ambang perceraian. Karena itu, bagaimana jika kita membuat kesepakatan?"Sepasang mata Pak Bondan berkilat saat mengucap kata 'membuat kesepakatan' barusan."Kesepakatan?" ulangku sambil menelengkan kepala.
Read more
Hilang Akal
PART 16 Bersama Lesti, aku mulai masuk menyusuri jalanan gang yang sempit juga sedikit gelap. Bau busuk berasal dari parit kecil yang warna airnya kehitaman menyengat penciuman ketika kami lewat. Debaran dalam dadaku kian mengeras, saat menatap sebuah rumah bermodel sangat sederhana dengan cat putih yang mengelupas di sana-sini. "Itu rumahnya, Les?" tanyaku sambil menoleh pada Lesti. "Kalau kata google map mah iya, La," jawab Lesti tak kalah pelan. "Ayo," kataku, melanjutkan langkah. Walau perasaanku sedikit tak enak, tapi aku pantang pulang sebelum menang. La
Read more
Jabatan Untuk Nirmala
PART 17 "Pak Brahma?" seruku tak percaya ketika melihat sosok tersebut di hadapanku. Lesti bergerak lebih merapat. "Siapa, Nek?" bisiknya. "Bagaimana Bapak bisa ada di sini?" Mengabaikan pertanyaan Lesti, aku justru melempar tanya pada sosok jangkung dengan potongan rambut rapi belah tepi tersebut. "Bisa kita bicarakan saat di perjalanan nanti? Mobil saya parkir di sana." Laki-laki itu menujuk satu arah. Di ujung jalan sebelum belokan. Kendati sangat penasaran kenapa Pak Brahma bisa ada di lokasi dan waktu yang sama denganku, kurasa menerima tawarannya adalah sebuah pilihan bijak. 
Read more
Hukuman Untuk Bondan
PART 18 "Apa? Jabatan itu untuk Nirmala? Pak Brahma bercanda? Nirmala mana kompeten di bidang itu? Dia cuma lulusan S1, dan sama sekali tidak punya basic dalam pengembangan bisnis!" Mas Raka memprotes. Wajahnya terlihat shock, begitu pun aku saat ini jika dilihat orang lain. Aku kaget sekaligus tak menyangka. Ada angin apa sih Pak Brahma ini? "Yang menentukan layak atau tak layak bukan Anda, Pak Raka. Saya yakin Nirmala cukup kompeten, dan dia akan saya didik dengan tangan saya sendiri nanti." Pak Brahma menatapku yang sedang terpelongo hingga tak mampu mengucap sepatah kata pun. Lidah ini terasa kelu. "Saya permisi dulu, sam
Read more
Siapa Yang Dibawa ke Rumah?
PART 19 Pak Brahma menatap lurus ke arahku. Begitu pun aku sebaliknya. Kami bagai dua orang petarung yang sedang saling mengukur kemampuan lawan. "Kalau Pak Brahma tidak bisa menjawab pertanyaan saya, maka lebih baik saya putuskan untuk tidak menerima tawaran dari Bapak. Saya tak suka berteka-teki, menebak-nebak apa kiranya imbalan yang harus saya berikan atas kebaikan Bapak. Hal itu tentu hanya mengganjal pikiran saja nantinya." Kataku lagi. Lugas dan tegas. Lelaki itu tiba-tiba tersenyum. Memamerkan deretan giginya yang rapi dan putih alami. Tapi aku tahu, di balik senyumannya, laki-laki itu memiliki sebuah maksud dan tujua
Read more
Amukan Nirmala
Part 20 Dengan rasa penasaran yang menggebu, aku pun segera mengambil pakaian ganti dari dalam lemari setelah selesai bicara dengan Bu RT. Kupesankan pada beliau untuk tetap mengawasi secara diam-diam, sampai aku datang. Setelah berganti pakaian, aku segera keluar kamar sambil menggendong Kayla untuk kutitipkan pada Mbak Yah. "Loh, mau ke mana, La, malam-malam?" tanya ibu yang melihatku dengan tatapan heran. "Mau ke rumah komplek, Bu. Barusan Mala ditelepon sama Bu RT. Sepertinya Mas Raka bikin ulah lagi kali ini," jelasku pada ibu. "Raka? Bikin ulah kenapa lagi, dia?" Kening ibu berkerut dalam. 
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status