Semua Bab If I Could Not Have You No One Could: Bab 51 - Bab 60
72 Bab
Ben, Mantan Pacar Dara
Dara dengan berat hati melepaskan kepergian Mas Nur untuk berangkat ke bengkel. Jauh dalam lubuk hati Dara, dia ingin sekali saja Mas Nur menemaninya ketika Wahid sedang menjalani perawatan.Bukan karena apa-apa, bukan karena Dara ingin ditemani mas Nur atau Dara tidak mandiri. Dara ingin Mas Nur tahu bahwa selama ini Bu Celo selalu datang pada saat Wahid menjalani perawatan. Pada awalnya Dara tidak ada masalah dengan kehadiran Bu Celo. Namun, lama kelamaan Dara merasa risih dengan kehadiran beliau.Dara ingin Mas Nur tahu dengan mata kepalanya sendiri bahwa Bu Celo menginginkan Wahid memanggilnya dengan sebutan “Bunda.” Dara risih dengan itu. Dara ingin tahu apa maksud Bu Celo meminta Wahid untuk seperti itu. Pikiran jelek pun muncul dari dalam otaknya.Tetapi, dengan segera pikiran tersebut dihapusnya. Dara percaya benar bahwa Mas Nur tidak akan berani berbuat begitu. Mas Nur cinta hanya kepadanya dan setia kepadanya. Kalau tidak, apa yang bisa men
Baca selengkapnya
Ben, Mantu Pilihan Papa Dara
Pukul empat sore Mas Nur mengiriminya pesan. Setelah membalas pesan Mas Nur, Dara masih melanjutkan pekerjaannya. Dara baru menyadari bahwa dia tidak membawa alat pengisi daya untuk ponselnya ketika dia telah mengirim semua hasil terjemahnya. Dara merasa khawatir dengan daya di ponselnya yang hampir habis.Dara tidak tahu mengapa hari ini observasi Wahid lebih lama daripada biasanya. Dara dan Wahid baru boleh pulang jam delapan lebih. Saat itu baterai ponsel Dara sudah sangat menipis. Dara akhirnya membawa Wahid ke lobby rumah sakit. Dara membuat kesalahan karena mengeluarkan Wahid sebelum ada kejelasan dia pulang dengan naik apa.Jam delapan lewat empat puluh menit Dara mencoba menelefon Mas Nur. Tapi ponsel Mas Nur tidak bisa dihubungi. Dara mencoba beberapa kali menelefon dan mengirim pesan singkat tapi tetap tidak ada respon. Dara tidak ingin naik taksi online malam-malam seperti ini.Mas Nur pernah berkata kepadanya, kalau malam hari janga
Baca selengkapnya
Nur Cemburu
Darah Nur mendidih melihat kejadian yang berlangsung di depan matanya. Tangannya mencengkeram keras setir motor butut itu. Dara telah tertangkap basah bermain gila dengan Ben. Otaknya berpikir, apa yang seharusnya dia lakukan.Nur berpikir untuk langsung mendatangi mereka berdua saja. Kebetulan semua orang yang berkepentingan hadir. Namun, dia merasa minder dengan Ben. Dari tunggangannya saja Ben sudah kelihatan lebih sukses dan kaya daripada dirinya. Tidak, nanti akan ada waktu dimana dia bisa menghadapi Ben secara frontal dan tatap muka.Maka, dengan menahan perasaan marah, Nur menyaksikan seluruh adegan di depan matanya. Setelah melihat Ben pergi, dia menyalakan motornya dan memacunya menuju rumahnya.Dengan menggendong Wahid yang sedang tertidur, Dara membukakan pintu pagar.Pertama kali saat Nur melihat Dara, ada sorot kelegaan di dalam matanya. Tidak ada sirat pandangan takut atau aneh. Dara menunjukkan suatu pandangan yang melegakan karena telah me
Baca selengkapnya
Dosa Membawa Bencana
Sudah hampir dua minggu sejak kejadian Nur memergoki Dara diantar pulang Ben. Nur masih memendam kemarahan yang membara. Hatinya masih bergelora mengingat kejadian malam itu. Meskipun Dara sudah mengungkapkan ceritanya, namun Nur tidak percaya begitu saja. Dia tidak bisa mengecek kebenaran cerita Dara.Nur mengambil rokoknya dan berdiri di dekat jendela ruangannya. Dia buka jendela lebar-lebar agar udara masuk dan asap rokoknya keluar. Nur merasa hari itu panas sekali. Sinar matahari bersinar dengan kuat dan serasa seluruh atap-atap yang terlihat dari jendela ruangannya itu memekik kepanasan. Belum lagi ditambah dengan hiruk pikuk kesibukan di bengkel bawah.Nur sudah melaksanakan rencananya. Dia, dengan mempertaruhkan segala harga dirinya, bercerita pada Celo tentang Ben. Nur meminta Celo untuk mengganti Ben dengan dokter yang lain. Ingatannya melayang pada kejadian beberapa hari yang lalu.“Sweetheart, aku bisa minta bantuan?” tanya Nur ke
Baca selengkapnya
Ibuknya Nur
Nur mengendarai mobilnya menuju kota kelahirannya. Dia memutuskan lewat tol saja untuk menghemat waktu. Sepanjang jalan itu, Nur merasakan penyesalan yang mendalam. Beberapa kali dia pukul setir mobil Avanza itu. Nur benar-benar frustasi dan membenci dirinya sendiri.“Kenapa aku tidak pernah bisa menolak permintaan Celo untuk berbuat dosa? Kenapa setiap kemauannya selalu aku turuti? Kenapa imanku lemah sekali?” teriak Nur dalam hati. Hampir saja tadi Nur membawa Celo untuk ke Pasuruan. Hampir saja tadi Nur juga goyah imannya untuk menuruti dan mengabulkan semua kemauan Celo. Dia sedang tidak ingin dekat dengan Celo. Hatinya sekarang sedang limbung dan galau. Dia sudah tidak ingin berbuat dosa lagi. Oleh karena itu, Nur tadi sesegera mungkin menyelesaikannya.“Semoga saja Celo tidak sadar dengan perubahan ini.” batin Nur.Ingatannya melayang pada kejadian di ruangan Celo tadi.“Maaf Sweetheart, aku enggak
Baca selengkapnya
Nur, kendalikan dirimu
Nur duduk di kursi meja makan. Wajahnya serius ditutupi oleh kedua telapak tangannya. Dia menyesali perbuatannya akhir-akhir ini. Hatinya terkoyak dan hancur karena penyesalan tersebut. Nur berpikir bahwa kata-kata ibunya kemarin memang benar adanya.Saat dia kecil, dia memang berkemauan keras untuk tidak meniru seluruh tingkah laku bapaknya. Dia tidak ingin perempuan lain menjalanui hidup menyakitkan seperti ibunya. Oleh sebab itu, dia mengejar Dara dengan sabar. Oleh sebab itu pula, Dara adalah pacar pertamanya. Dan dia juga berusaha kerasa agar Dara menjadi pacar yang terakhirnya.Tetapi Nur khilaf, dia menjadikan Celo kekasihnya juga disaat dia sedang menjalani pernikahan dengan Dara. Hal yang dia benci saat dia muda dulu telah dilakukannya. Dia menyalahkan dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia masuk kedalam lubang itu.Yang terjadi sekarang adalah sebaliknya. Dia adalah fotokopi dari bapaknya. Meski dalam skala yang lebih kecil, tetapi tetap saja, dirinya mai
Baca selengkapnya
Gun dan Kejutannya
Dengan sedikit kekecewaan, Dara melepas kepergian Mas Nur. Dengan berat hati pula, Dara melepas pelukannya kepada Mas Nur. Dara sungguh merasa tertekan jika Bu Celo datang hari ini. Namun, Dara sudah berniat, jika Bu Celo datang hari ini, Dara akan meminta penjelasan atas semuanya.Jam sepuluh, Wahid sudah selesai menjalani prosedur. Wahid kini sudah dipindah ke ruang observasi. Dara sengaja tidak menerima pekerjaan terjemah hari ini. Dia tidak ingin seperti dua minggu lalu. Dia tidak ingin membuat Mas Nur cemburu jika Ben harus mengantarnya lagi malam nanti. Dia ingin naik taksi online saja jika nanti malam Mas Nur tidak bisa dihubungi.Pintu kamar Wahid diketuk. Hati Dara berdebar. Dara mengira kalau Bu Celo yang datang. Tetapi tidak, Ben yang datang bersama perawat.“Pagi Bu Dara. Bagaimana kabarnya hari ini?” sapa Ben ketika menjumpai Dara di depan pintu kamar.“Baik. Dokter sendiri bagaimana?” jawab Dara dengan sopan.
Baca selengkapnya
Kesedihan Dara
Dara, yang masih duduk di sofa, mengambil nafas dalam-dalam lagi dan mmenghembuskannya kuat-kuat. Dara mencoba melupakan semua kata-kata Gun barusan.“Apakah benar Mas Nur selingkuh dengan Bu Celo?” bisik Dara pelan.Akhirnya, Dara mengikuti instingnya. Dia harus membuktikan sendiri. Dia harus melihat sendiri. Dia memutuskan untuk pergi ke bengkel dan mengecek sendiri kata-kata Gun. Entah salah atau benar Dara harus melihat sendiri.Wahid bisa dititipkan sebentar kepada para perawat yang sedang bertugas. Dara bisa beralasan untuk menyampaikan kabar bagus dari Ben tentang donornya Wahid.Akhirnya, jam sebelas lebih lima Dara berangkat ke bengkel dengan taksi online. Dara sampai di bengkel jam sebelas lebih tiga puluh. Dara menuju ke meja resepsionis.“Permisi Mbak, saya mau ketemu Pak Nur. Pak Nur ada tidak ya?” ucap Dara pada seorang gadis di meja resepsionis itu.“Mohon maaf Ibu siapa?” tanya gad
Baca selengkapnya
Semua Sudah Terlambat
“Tidak, apakah Dara melihat kita Nur?” tanya Celo ketika Nur berhenti di depan ruangannya.Nur mengangguk. Dia menggaruk dahinya.“Terus bagaimana ini Nur?” tanya Celo dengan wajah panik.“Aku enggak tahu Cel.”“Kamu kejar dia. Kamu minta maaf sama Dara. Kamu jelaskan semuanya, semoga dia bisa mengerti. Kamu tahu kan aku mencintaimu?”Nur mengangguk.Nur menatap wajah Celo. Nur mencari sesuatu di wajah tersebut. Namun yang tampak bagi Nur adalah sebuah wajah ketulusan dan kesungguhan.Nur mengangguk. Nur memegang tangan Celo, mengecup kening Celo, lalu berkata, “Terima kasih ya Sweetheart.”Celo mengangguk dan tersenyum.“Aku juga mencintaimu” bisik Nur di telinga Celo lembut.Nur lalu melangkahkan kakinya menuju tangga. Dia pikir, Dara pasti sudah keluar bengkel dan mungkin saja masih menunggu taksi. Namun, ketika dia sudah berada di
Baca selengkapnya
Dara atau Celo?
Nur bertanya pada hatinya, siapa yang lebih dia cintai, Dara atau Celo. Dara adalah perempuan yang mau menerima dia apa adanya, menemaninya di saat dia sedang susah sampai sekarang. Tapi Dara ada kemungkinan berselingkuh dengan Ben. Meski Dara menyangkalnya, Nur belum percaya seratus persen.Nur juga mencintai Celo. Celo datang terakhir, disaat dia sudah bersama Dara. Bukan berarti kalau dia bertemu dengan Celo terlebih dulu, Nur bisa saja memilih Celo menjadi pendamping hidupnya. Celo juga menjadi sumber dari semua kemakmurannya hari ini. Bisa saja ketika dia melepaskan Celo, semua kemakmuran ini juga akan ikut hilang. Terlebih lagi dengan perawatan Wahid, hal yang paling membuat Nur berat untuk melepaskan Celo.Apa jadinya dengan Wahid begitu dia memutuskan untuk berhenti berhubungan dengan Celo sekaligus mundur dari bengkel? Tentu saja Celo tidak akan mau memberikan semua bantuan ini dengan cuma-cuma. Hanya inilah akibat dari meninggalkan Celo.“Entahla
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status