All Chapters of Jiwaku di Tubuh Istrinya: Chapter 21 - Chapter 30
113 Chapters
Bab 21 : Rahasia Ilyas
Seketika aku tenang mendengar itu. Ya, aku yakin Ilyas tak akan mungkin mau mencelakai tubuh kekasihnya ini walau aku yang merasukinya sekarang. Saat cukup jauh berjalan, aku melihat sebuah pondok kecil yang berdiri di tengah hutan, di bawah pohon-pohon besar. Langkahku terhenti. “Sebenarnya kita mau kemana, Ilyas?” tanyaku lagi. “Kita masuk ke sana,” jawabnya. “Kita ngapain di sana?” tanyaku yang masih khawatir dan penasaran. “Kan mau ngebuktiin kamu?” jawab Ilyas dengan kesal. Akhirnya aku mengikuti langkahnya mendekat ke pintu masuk pondok itu. Ilyas mengetuk pintu pondok itu. “Masuk!” Terdengar suara lelaki tua di dalam sana. Aku merinding mendengar suara lelaki tua itu. Ilyas menarik tangangku untuk masuk ke dalam. Aku pun mengikutinya dengan terpaksa. Kami masuk lalu duduk di hadapan kakek-kakek tua. Kakek tua itu tampak dingin. Rambutnya panjang beruban tanpa diikat. Kumis putihnya tampak tebal. Ia mengenakan pakaian ser
Read more
Bab 22 : Kembali
“Tolong lepaskan aku dari tubuh ini, Bah.” pintaku. “Iya, Bah. Kembalikan lagi jiwa Nayara ke dalam tubuh ini, biarkan Indah keluar dari sana dan kembali ke tubuhnya,” pinta Ilyas pada kakek tua itu. “Kamu hanya bisa melakukan itu jika salah satu diantara Indah dan Lastri ada yang mati. Hingga kamu bebas memilih kemana akan kupindahkan jiwa Nayara. Apa ke tubuh Indah atau kembali ke tubuh Lastri yang ini?” ucap Kakek tua itu sambil tertawa. Aku terkejut dan ketakutan mendengarnya. Apakah kakek tua itu telah melakukan ilmu sakti yang pernah diceritakan oleh abah di Cibatu? Kalau benar itu, berarti bukan karena kalung bermana tengkorak elang dan bulu elang di rumahku itu? Tak lama kemudian kepalaku sakit kembali. Padahal baru saja aku ingin kabur dari sana. Sakitnya benar-benar tak terkira. Lalu lemas dan setelahnya gelap. Aku tidak sadarkan diri lagi. Aku membuka mata. Ternyata aku sudah berada di ruangan kamar rawat inap sebuah rumah sakit. Segera aku
Read more
Bab 23 : Di mana Aku?
Mendadak aku tersadar di sebuah tempat asing. Ya, aku tahu itu di mana. Aku sedang berada di pondok kecil kakek tua itu. Tapi aku sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuh yang aku rasuki itu. Aku yakin aku sedang kembali ke tubuh Lastri. Ku lihat kakek tua itu sedang merapalkan mantra di sebelahku. Dan kulihat Ilyas sedang duduk menunggu di dekatku. Aku sedang dibaringkan di atas panggung kecil yang terbuat dari bambu. Bebungaan dari berbagai jenis bunga dihamburkan ke tubuhku oleh kakek tua itu. Tak lama kemudian kakek itu meraih gayung batok kelapa dan menciduk air dalam guci besar, lalu menyiramkannya pada tubuhku dari atas kepala sampai ke ujung kaki. Aku kedinginan, tapi aku tak bisa bergerak. “Setelah ini, tak ada yang bisa saling bertukar jiwa lagi. Salah satu tubuh diantara Lastri dan Indah yang kamu maksud itu akan gila. Jiwa Nayara akan kembali ke tubuh ini. Jiwa Indah akan kuserahkan pada mereka yang sedang menunggu di depan sana,” ucap Kakek tua itu pada Ily
Read more
Bab 24 : Mereka Memanggilku Nayara
Lelaki itu memanggil perempuan itu dengan nama indah. Lalu sakit di kepalaku menghilang. Bapak dan Ibu tampak panik melihatku. “Kamu kenapa, Nayara?” tanya Bapak khawatir. “Kepalaku sakit, Pak.” jawabku sambil menahan sakit di kepalaku. “Mungkin ini yang dikatakan dokter, Pak. Katanya jika ada gejala sakit kepala itu tandanya ingatannya akan kembali,” ucap ibu pada bapak. Bapak itu tampak tenang mendengarnya. Rumah itu tampak sederhana tapi ukurannya terlalu besar untuk rumah-rumah di pedasaan. Tapi pantas bapak mendapatkan semua itu, dia memiliki ladang pertanian yang luas yang memperkerjakan orang-orang desa untuk mengurus ladang pertaniannya. Kemarin kulihat orang-orang desa sangat menghormati bapak dan ibu.Ibu memegang tanganku. “Nayara,” panggil ibu dengan lembut. “Iya, bu.” jawabku. Bagaimana pun aku harus menganggapnya sebagai ibuku. Dan lelaki tua itu juga aku harus menganggapnya sebagai ayahku. Aku
Read more
Bab 25 : Lelaki Bernama Rangga
Entin kembali melanjutkan kata-katanya padaku,“Kalian udah pacaran sejak SMA kelas satu. Bahkan sampe kuliah kalian masih bersama, tapi karena kedua orang tua kamu mau menjodohkan kamu dengan orang bandung, anak dari kenalan bapak kamu. Ilyas nyulik kamu pake motor, setelah itu ada kabar kamu masuk rumah sakit karena kecelakaan motor lalu menghilang. Ilyas nggak tanggung jawab, katanya bukan dia yang buat kamu koma. Polisi pun nggak dapet bukti apa-apa. Makanya jangan terima kalo dia ngubungin kamu lagi. Lebih baik kamu sama Rangga aja, dia baik, dia sering nanya-nanya tentang kamu ke aku,” ucap Entin menjelaskan segalanya padaku. Aku benar-benar bingung, banyak sekali kenyataan yang aku temukan setelah aku sadar. Soal Ilyas pun aku tak ingat apa-apa. Ini aneh, sungguh aneh. Akhinrya aku berdoa, semoga Tuhan kembali memulihkan ingatanku hingga aku bisa hidup tenang dan menjalani semuanya dengan baik tanpa perlu bertanya-tanya lagi tentang diriku sendiri. “Ter
Read more
Bab 26 : Apa Dulu Kita Pernah Melakukan Itu?
Aku dan Rangga pun duduk di ruang tamu dengan canggung. Lelaki muda itu memang tampan. Kulitnya begitu putih layaknya warna kulit orang-orang Jepang. Wajahnya pun sangat tampan dengan pandangan mata sayu dengan bola mata begitu teduh. Dia pantas untuk menjadi seorang aktor. Rangga menatapku lekat-lekat, ”Kamu beneran nggak inget apa-apa lagi?” tanya Rangga padaku. Aku mengangguk. Bingung dan mengikuti alur hidup yang saat ini aku alami. “Aku sering menungguimu di rumah sakit. Tapi karena aku harus bantu papah ngurus bisnisnya di Bandung, jadi aku nggak bisa jagain kamu setiap hari,” ucap Rangga dengan sedih. Aku menatap wajah lelaki itu lekat-lekat. Dia tersenyum padaku. Lalu aku mendekat dan kedua tanganku kusentuhkan pada kedua pipinya. Dia tampak senang melihat aku melakukan itu. “Pandangi aku sepuasnya, Nayara. Aku tunanganmu, sebentar lagi kita akan menikah,” pinta Rangga padaku dengan tulus. “Apa kamu bene
Read more
Bab 27 : Bantuan Dari Isabel
Rangga mendekat lagi padaku. "Syukurlah..." Lalu dengan tanpa bicara, Rangga mendekatkan bibirnya ke arah bibirku. Lalu tanpa perlawanan kubiarkan bibirnya melumat bibirku. Wajahnya yang benar-benar tampan itu sudah menghipnotisku. Tak berapa lama kemudian kepalaku sakit lagi. Kali ini sakitnya sungguh tak tertahankan. Rangga melepas pelukannya lalu panik melihatku begitu. “Kamu kenapa, Naya?” tanya Rangga panik. “Kepalaku sakit, Rangga,” jawabku. “Kita pulang sekarang,” pinta Rangga dengan panik. Rangga langsung menggendongku dan membawaku ke mobilnya dengan panik. Aku masih berusaha melawan rasa sakit yang mendadak datang di kepalaku itu. Apa aku akan ingat semuanya? Entahlah. Lalu, saat tubuhku digotong Rangga menuju mobilnya, aku seperti kapas, tubuhku rasanya ringan sekali. Lalu lemas. Rangga menangis sesenggukan melihatku yang lemah di gendongannya. “Nayara! Kamu baik-baik aja, kan?
Read more
Bab 28 : Kejutan Dari Mas Bimo
Malamnya, Mas Bimo datang ke rumah sakit tempat aku dirawat. Dia langsung memelukku dengan tangisan. “Terima kasih ya, Allah. Sekarang kamu sudah sadar,” isak Mas Bimo dengan haru. Isabel yang masih menungguku di sana langsung keluar dari kamar rawat inap itu. “Aku kenapa, Mas?” tanyaku yang ingin tahu semua dari kacamatanya. “Aku nggak tahu, kamu tiba-tiba aja pingsan, lalu kata dokter kamu koma. Semua bingung kenapa kamu bisa seperti itu, saat dokter memeriksa semuanya, mereka bilang nggak ada cedera apapun di otakmu,” jawab Mas Bimo menjelaskan semuanya padaku. Aku diam. Mas Bimo kembali menatapku dengan lekat. “Saat kamu mau pingsan dulu, kamu ingin bilang sesuatu padaku. Kamu masih ingat?” tanya Mas Bimo penasaran. Ya, aku ingat itu. Aku ingin menceritakan akan semua yang sudah aku alami atas jiwaku ini. Tapi hari ini, saat aku terbangun dari koma ini, aku merasa masih bukan waktu ya
Read more
Bab 29 : Kembali Bercinta
Kami pun masuk ke dalam. Aku duduk di sebelah Isabel dengan gugup. Isabel langsung bertanya pada intinya ke lelaki itu. Lelaki yang bernama Ihram itu pun menatap wajahku dengan heran. “Saya pernah mendengar soal ilmu pertukaran jiwa itu. Dan tidak sembarang orang yang bisa menguasainya. Banyak sekali tantangan-tantangan yang harus dihadapi jika mau mendapatkan ilmu itu. Tapi ilmu itu sudah tidak ada lagi yang menggunakannya, itu limu zaman dahulu.” Ucap Ihram pada kami. “Apakah ada cara agar aku nggak bertukar Jiwa lagi?” tanyaku. “Ada, tapi itu sulit,” jawab Ihram pada kami. “Caranya apa?” tanya Isabel heran. “Kamu harus mencari orang yang menguasai ilmu itu, dia bisa menyembuhkanmu dari orang dzolim yang sudah membuatmu bertukar jiwa begini,” jawabnya. Aku dan Isabel saling pandang. Kami tahu itu sulit untuk dilakukan. Aku hanya tahu, si kakek yang menjadi tempat Ilyas bertanyalah, orang satu-satunya yang aku
Read more
Bab 30 : Terjebak di Tubuh Nayara
Aku membuka mata. Kulihat seorang pria berusia beranjak dewasa sedang menangis memegangi  tanganku. “Nayara?” panggilnya lirih dan tampak senang melihatku. Astaga. Apakah aku ditubuh kekasihnya Ilyas? Lalu siapa lelaki di hadapanku ini. Aku buru-buru melepas tanganku. Lelaki itu tampak heran. “Kamu hilang ingatan lagi?” tanyanya khawatir. Hilang ingatan? Apakah selama aku tidak sadarkan diri selama ini merasuki tubuh ini karena tubuh Lastri sudah meninggal? Tidak. “Kamu siapa?” tanyaku. Lelaki tampan mirip orang jepang itu tampak heran. “Aku Rangga, tunanganmu.” Jawab lelaki itu. Aku mencoba berdiri namun tubuhku terasa sangat lemas. “Berbaringlah dulu, Nayara. Kamu belum pulih betul,” pinta Rangga. Seketika kulihat sepasang orang tua datang dengan tangis melihatku. “Nayara! Kamu sudah sadar?” tanya perempuan tua itu sambil menangis. Aku diam saja, aku tak tahu siapa mereka.
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status