All Chapters of 5 games on: Chapter 31 - Chapter 40
91 Chapters
Chapter 31
Terdengar suara langkah kaki berjalan mendekati Altair, pemilik toko yang baru saja keluar dari sana sedang tidak terlihat membawa apa-apa Altair mengira dia akan mendapatkan beri hitam yang banyak berapapun harganya. Pemilik toko hanya menghela napas. “Hufth... maafkan aku tuan muda, aku hanya punya satu buah saja,” jawab pemilik toko sambil mengeluarkan buah beri hitam dari saku baju miliknya. Beri hitam itu berbentuk bulat hitam seperti obat tidak memiliki aroma bahkan tekstur pun keras seperti batu Altair mengira apa yang berada di tangannya hanyalah sebuah batu biasa dan kebetulan berbentuk bulat mirip dengan apa yang di definisikan di dalam buku perpustakaan. “Apa benar ini beri hitam?” tanya Altair melihat wajah pemilik toko. “Tentu saja.” jawabnya. “Kalau aku menipumu, kau tahu sendiri bagaimana reputasiku sebagai pemilik toko.” imbuhnya lagi. Altair hanya menatap tajam pemilik toko dan merasa lebih baik jika dirinya ma
Read more
Chapter 32
Pantas saja selama Altair berada di kuil bersama Pino untuk mencari Saintess dia tidak menemukan benang Mana milik Voor’t kemanapun dia mencari karena benang Mana hanya diperuntukkan bagi Pengendali Mana yang sudah memasuki tahap upacara kedewasaan. Rumah Saintess terhubung kuil dan altar untuk berdoa dengan dewa di saat Altair memegang benang Mana tersebut, Altair merasakan semilir angin berhembus dari depan dan disusul terdengar suara pintu yang di tutup. Altair menoleh ke arah belakang tidak ada terjadi apapun di sana hanya lorong kosong yang sama Mana sihir milik Altair menghilang dan saat menyentuh benang Mana Altair sudah berada di lorong, berdiri dinding pembatas yang menghalangi Altair untuk kembali ke sana dinding besar seperti kaca tebal menjulang tinggi. Satu-satunya cara untuk bisa keluar adalah menyelesaikan apa yang dibutuhkan di sana setelah melihat ke belakang Altair berjalan lurus ke depan tidak butuh waktu yang lama Altair sudah berada masuk
Read more
Chapter 33
Dalam benak Adir, dirinya ada keraguan apakah dia bisa mengemban tugas seperti ayahnya yang berani dan penuh kasih sayang, semenjak Adir mendengarkan pembicaraan ayahnya dengan dewa dimana akan ada seseorang yang akan membuat perubahan dimensi ruang dan waktu apakah juga berdampak  membahayakan rakyat Rhodes atau tidak. Sampai saat ini Adir masih tidak tahu siapa orang yang menjadi pelintas dimensi yang dewa maksud. Sedangkan tanggung jawab sebagai satu-satunya penerus yang bisa berbicara dengan dewa hanyalah dia yang dari keluarga Voor’t keluarga Voor’t harus berani mengambil tindakan tegas jika ada yang mengancam kehidupan nyawa manusia. Kini di pundak Adir terdapat tanggung jawab besar yang harus bisa dia terima dan jalankan rasa gelisah Adir juga ada saat di pertarungan untuk melindungi rakyat Rhodes dari serangan asap naga dimana tugas utamanya adalah melindungi nyawa namun, saat itu Adir bahkan tidak bisa menghalau seekor monster masuk ke dalam lap
Read more
Chapter 34
Altair mengalirkan sebagian kecil Mana miliknya ke tangan menyentuhkannya di atas tangan Adir dan Adir menjadi salah tingkah namun, berusaha untuk menutupi ketidak nyamanan di hatinya. Mana milik Altair masuk ke dalam perpustakaan, permata berwarna hijau yang terpasang di sekitar menyala menandakan ada pemilik Mana lain diizinkan untuk masuk ke dalam. Pintu masuk terbuka lebar, jika dari luar terlihat seperti rumah kaca yang dipenuhi dengan pohon dan bunga-bunga yang indah namun, di dalam hanya terlihat buku-buku yang sangat banyak tersusun rapi di rak buku besar. Disambut dengan berbagai macam warna buku yang sama usangnya milik keluarga Onder de perpustakan berbentuk melingkar dengan rak-rak lemari yang banyak dan juga aroma buku membuat perasaan Altair tenang muncul gairah untuk membaca di sana. Di atas terdapat sekat lantai dua di mana terdapat meja dan kursi yang tertata rapi ada tangga penghubung antara buku-buku lantai satu dan lantai dua di at
Read more
Chapter 35
Membenarkan posisi duduk di tempat tidur Adir merasa aneh dan bertanya-tanya bagaimana bisa dia berpindah ke sana sedangkan dirinya tertidur di atas meja perpustakaan semalam. Adir melihat ke arah meja dan Altair tidak ada berada di sana sedangkan semua buku-bukunya sudah tertata dengan rapi, dengan cepat Adir membuka selimut dan meloncat untuk mencari Altair melihat ke arah bawah lantai, tidak menemukan sosok yang dia cari dengan tergesa-gesa Adir berlari menuruni tangga mencari Altair di sela dan sudut ruangan, sehingga Adir membuka pintu perpustakaan. Altair yang mendengarkan suara pintu terbuka akhirnya keluar dengan nampan yang berisikan makanan. “Kau ingin kembali?”tanya Altair dengan polos yang baru saja muncul dari ruangan lain. Adir melihat ke arah belakang di dalam perpustakaan terlihat Altair berdiri dengan membawa nampan berisi sarapan roti dan susu hangat Adir berlari mendekati Altair dengan penuh emosi. “Apa yang kau lakukan?” ta
Read more
Chapter 36
Altair berjalan mengendarai kuda hitam dengan cepat, perjalanan mereka dari ibu kota paling tidak butuh 3 hari untuk segera tiba di kediaman Bedros yang terletak di gunung salju dan tambang batu keras. Jalan yang mereka lalui juga sangat sulit dan berbahaya.  Keluarga Bedros dikenal sebagai satu-satunya keluarga penghasil batu keras di kerajaan Rhodes, mereka lebih suka memilih untuk tinggal di tempat yang sangat jauh dari keramaian Rhodes. Keluarga Bedros adalah keluarga yang menduduki peringkat pertama dalam kekayaan di antara semua Pengendali Mana di kerajaan Rhodes, saat pertama kali mereka memiliki kekuatan Mana setelah berhasil mengalahkan naga saat deklarasi berdirinya kerajaan Rhodes, Bedros dan keluarganya langsung mencari tempat yang sangat jauh dari ibu kota secara kebetulan di saat itu mereka menemukan tambang serta gunung batu keras di wilayah Rhodes, dengan cepat keluarga Bedros langsung menancapkan area kekuasaan mereka sebelum istana raja berdiri
Read more
Chapter 37
Melihat tempat yang akan digunakan untuk menginap terasa nyaman, Altair turun dari atas kuda disusul dengan Adir yang juga ikut turun dari sana lalu menuntun kuda dan mengikat kuda di sebelah pohon.  “Apa kau pernah tidur di alam bebas?” tanya Altair meledek Adir sambil membereskan dan merapikan tempat untuk mereka tidur. “Tentu saja!” ucap Adir dengan nada kesal yang tiba-tiba berteriak. Altair hanya tersenyum melihat Adir yang bertingkah aneh dari awal mereka berangkat dari ibu kota dalam benaknya, Altair sangat senang dengan sifat Adir yang sangat mudah diajak bekerja sama. Altair berjalan di sekitar tempat untuk mereka beristirahat untuk mencari kayu bakar sekaligus melihat sekitar berjaga-jaga. “Tidak usah marah,” jawab Altair sambil mengambil batang dan ranting kayu yang kering. “Aku menanyakan hal itu karena kau adalah calon Saintess, bisa-bisa aku dituntut oleh keluargamu karena telah membiarkan seorang calon yang agung ti
Read more
Chapter 38
Altair tetap fokus dengan buruan ikan di depannya, sudah ada dua ikan yang cukup besar menggantung di pinggang Altair dengan berat hati Adir ikut menyingsingkan kain celana dan bajunya.  Mengambil kayu di sekitar sungai untuk di jadikan tombak berburu dan Adir ikut turun masuk ke dalam air dingin nya air menyentuh kulit Adir sempat membuatnya mengigil kedinginan namun, karena rasa kesal di dalam benaknya  Adir tidak bisa melupakan perlakuan Altair selama ini dengan cepat Adir berjalan menyusul Altair yang sudah berada di tengah sungai, Altair yang mendengar suara langkah orang mendekatinya secara refleks menoleh ke belakang. “Kau juga ingin ikut berburu?” tanya Altair sambil melihat ke arah Adir dengan waspada. “Ya.” jawab Adir dengan ketus. “Dimana peri air?” tanya Altair penasaran yang mulai mengalihkan perhatiannya ke dalam air. “Aku meninggalkannya di sana,” jawab Adir dengan cuek sambil melihat ke arah peri air yang sibuk bermai
Read more
Chapter 39
Hari hampir siang, mereka masih berada di dalam hutan belum memasuki gunung es yang bersalju lebat Adir sudah mulai terbiasa dengan cara mengendarai kuda milik Altair yang serampangan. Tiba-tiba kuda Altair berhenti Adir yang merasa mereka tidak melaju kembali melihat ke arah depan dan bertanya, “Ada apa?” tanya Adir sambil menjulurkan kepalanya. Terlihat jurang yang membentang menghalangi perjalanan mereka dari satu ujung ke ujung yang lain tidak dan terlihat ada dataran atau jembatan untuk mereka seberangi. “Ada jurang besar disini, sebelumnya tidak tertulis ada jurang di peta,” jawab Altair dengan cemas. Altair turun dari kuda melihat keadaan di sekitar, Adir yang masih berada di atas kuda juga ikut turun untuk melihat sekitar. “Aku yakin ini mungkin karena serangan asap naga waktu itu,” ujar Altair sambil menyelidiki. “Bagaimana bisa? Padahal hanya satu monster yang berhasil masuk ke dalam, itupun berada di kediaman keluarga Onder
Read more
Chapter 40
Anak panah yang melaju melesat tepat mengenai sasaran langsung memotong lepas kepala dari lehernya. Sejenak rusa tersebut berdiri mematung di posisi yang sama lalu kepalanya jatuh diikuti dengan darah yang mengalir tidak menunggu waktu yang lama badan menyusul jatuh ke tanah. Altair berjalan menggendong rusa yang baru saja ditangkap di tengah hutan, dengan kepala yang sudah terpenggal dan darah yang menetes deras jatuh mengenai tanah. Tempat berburu Altair sedikit jauh dari tempat mereka berkemah. Hari sudah mulai gelap, kunang-kunang berkelap kelip menerangi hutan agar bercahaya. Altair senang karena malam ini dia bisa makan daging setelah beberapa hari hanya memakan buah-buahan dan makanan kering di hutan. Saat Altair tiba di sana dia tidak melihat bara api di tempat kemah mereka. Setelah melewati sebuah semak yang tinggi dan menyibak Altair tidak menemukan Adir sedang menyalakan api unggun. Kuda tunggangan mereka juga tidak terlihat. Altair
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status