All Chapters of Menantu Sultan: Chapter 21 - Chapter 30
83 Chapters
Ayah Sambung
 Raka Kudapati Maureen berjongkok di dekat mobilku, menangis tersedu-sedu dan sesekali mengacak-acak rambutnya hingga kusut. Aku melangkah mendekatinya dan mengusap kepalanya lembut, berusaha memberikan kenyamanan juga rasa tenang yang ia butuhkan saat ini.“Raka...sekarang aku harus gimana? Jonas enggak mau menikah denganku!” keluhnya di sela isak tangis, kupeluk ia dan tak ada penolakan. Maureen menjatuhkan kepalanya ke dadaku, melanjutkan tangisnya,“Aku enggak mau hamil..aku mau aborsi aja!”“Jangan Maureen, kamu tau kan kalo aborsi itu banyak risikonya?”“Tapi aku enggak mau hamil di luar nikah begini, nanti papaku marah dan aku dihapus dari daftar warisannya!”Aku terdiam, bisa kupahami jika Maureen sedang merasa putus asa dan membutuhkan solusi nyata. Apalagi urusan dengan papanya, bagi seorang anak yang biasa diperlakukan dengan mewah seperti seorang putri raj
Read more
Yang Terjadi Saat Mabuk
Citra Baru kali ini aku melihat kondisi Maureen begitu buruk, memang beberapa waktu belakangan ia terlihat agak pucat dan kurang sehat. Tetapi kupikir itu karena ia memang sedang tak enak badan, namun dari yang kudengar saat ia meracau, dirinya tengah hamil.Hamil.Iya hamil!Aku tak mau menghakimi seseorang, dia sudah dewasa dan bisa melakukan apapun yang ia inginkan tanpa perlu izin dari siapapun. Sebab ia tentu sudah paham apa konsekuensi yang bisa didapatkan dari semua tindakannya, termasuk berhubungan badan.Memangnya dia pikir jika berhubungan badan konsekuensinya apa? Tentu saja hamil.Lalu setelah hamil harus bagaimana? Ya hadapi, bertanggungjawab.Tetapi melihat betapa histerisnya Maureen dengan kondisi yang ia alami saat ini, terlihat jelas jika ia tak mau hamil. jika memang tak mau hamil, mengapa tak pakai alat kontrasepsi? Kondom juga harganya murah sekali, tetapi sepertinya sudah benar-benar tak tertahankan
Read more
Sehari Setelah Sadar
Raka Ugh! Badanku rasanya pegal semua, seperti habis romusha seminggu berturut-turut. Lalu perutku, mual sekali!Aku buru-buru turun dari ranjang dan berlari menuju wastafel di kamar mandi, kukeluarkan semua isi perutku sampai rasanya usus pun akan tertarik keluar. Mulutku jadi terasa sangat asam, gigiku seolah dilapisi cairan yang bukan rasanya saja yang kecut, namun baunya juga.Setelah kumur-kumur beberapa kali, barulah mulutku terasa lebih baik. Aku pun baru menyadari jika hanya pakaian dalam yang sedang kukenakan. Aku tidak pernah tidur nyaris telanjang seperti ini, bahkan saat aku mabuk sekalipun.Tetapi kenapa sekarang aku tak pakai apapun selain celana dalam? Apakah terjadi sesuatu?“Apa-apaan ini?”Kuraih handuk kimono dari gantungan yang ada di dekat wastafel, kukenakan dengan cepat lalu mengecek ranjang bekas tidurku semalam. Berantakan, spreinya terlepas dari kasur dan menggulung dengan bed cover yang su
Read more
Permintaan Maaf, Untuk Apa?
Permintaan Maaf yang Tak Tahu untuk Apa  Citra Sudah terhitung dua malam sejak kejadian itu, perasaanku masih sama seperti terakhir kusebutkan. Merasa jijik dengan diriku sendiri, karena sudah menaruh harapan. Padahal aku sudah berjanji tetap menjaga kesucianku sampai perkawinan ini berakhir, tapi akhirnya malah kuberikan begitu saja.Sudah begitu, dia tak ingat apa yang terjadi pula!Apa aku ini terlalu murahan?“Ibu terlihat murung, ada masalah apa bu?” tanya Risa, pelayan muda itu memang selalu ada di dekatku. Bisa dibilang ia yang paling akrab denganku dibandingkan pelayan lain di rumah ini.Kugelengkan kepala, sambil mencoba untuk tersenyum seperti tidak ada masalah apa-apa. Tak ada gunanya kuceritakan masalah ini, apalagi pada orang yang tak ada hubungannya sama sekali dengan apa yang kualami.“Saya buatkan minuman hangat, ya?” tawarnya ramah, sambil mengangkat bot
Read more
Kepergok Mertua
 Citra Semalam sebelum kami tidur di kamar masing-masing, Raka menghampiriku dan menyodorkan amplop coklat berukuran besar.“Apa ini?” tanyaku, hanya melirik benda itu sekilas.“Ambilah, beli apapun yang kamu mau...ini tanda permintaan maafku.”“Permintaan maaf?”“Ayolah, jangan bikin aku merasa makin bersalah. Terima saja! Terserah mau kamu apakan uangnya.”Raka menjejalkan benda itu ke tanganku, sebuah permintaan maaf yang benar-benar tipikal orang kaya. Mereka merasa dengan uang yang banyak sudah cukup meredakan rasa bersalah, membuat orang yang mereka sakiti melupakan hal yang telah terjadi.Kuremas amplop coklat di tanganku, tak ada niatan sedikit pun untuk kubuka dan kulihat isinya, apalagi untuk kugunakan. Ukurannya besar dan isinya juga tebal, pasti jumlah yang cukup besar. Aku mungkin bisa liburan sebulan penuh di hotel bintang tiga dekat pantai dengan
Read more
Adu Mulut
Raka   Lelaki berperut gemuk itu berjalan cepat menyusuri koridor di lantai dua, menjauh dari balkon tempatku dan Maureen duduk bersama. Aku tak suka dengan gayanya yang bertingkah seolah dia adalah ayah yang paling bijak. Aku tak suka melhat dia bicara seolah dirinya adalah figur suami yang paling sempurna, apa dia lupa dengan jejak langkahnya di masa lalu hingga mama memutuskan untuk menggugat cerai? Gilanya lagi, ia masih bisa memutarbalik fakta seolah dia yang disakiti. Sial! Kenapa juga ayahku harus datang sepagi ini tanpa pemberitahuan apapun? Tapi memangnya apa yang aneh dengan aku duduk bersama Maureen? Ini bukan kali pertama ia melihatku bersama gadis itu. Bahkan kami juga sempat dijodohkan—walau perjodohannya ditolak Maureen. Tadi aku memang sedang memijiti kaki Maureen, membiarkan ia menumpangkan kedua kakinya di atas pahaku. Apa yang salah dengan itu semua? Reaksinya sangat berlebihan dan itu membuat aku merasa sangat muak.
Read more
Luka Masa Kecil (Flashback)
 Raka 10 tahun  Aku baru saja pulang sekolah, sambil membawa selembar kertas berisi gambar yang kubuat tadi di sekolah. Gambar tentang aku, ayah dan mama yang sedang berwisata di taman hiburan. Aku memakai topi dan memegang lolipop, ayah memegang tanganku dan tersenyum lebar. Lalu mama memegang tanganku yang lain, juga tersenyum lebar dengan lipstik merah.Itu bukan gambar pengalamanku saat ke taman hiburan, melainkan cita-cita yang ingin kuwujudkan. Aku ingin pergi ke taman hiburan dengan mereka berdua, supaya aku pun bisa bercerita dengan bangga pada teman-temanku bahwa keluargaku baru saja jalan-jalan.Karena seingatku, aku tak pernah pergi bersama untuk berjalan-jalan. Ayah saja nyaris tak pernah tinggal di rumah dan sehari-hari aku bersama mama. Aku pergi ke tempat-tempat wisata pun dengan mama.Yaa itu memang menyenangkan, tetapi aku merasa ada yang kurang.Semoga dengan melihat has
Read more
Ada yang Aneh dengan Tubuhku
 Citra Aku tidak menyangka jika Raka serapuh itu. Kejadian kemarin membuatku sedikit banyak memahami, mengapa Raka tidak akrab dengan ayahnya dan cenderung ketus saat bicara dengan lelaki itu, walaupun ayahnya sudah berusaha mencairkan suasana. Karena kejadian kemarin pula, aku bisa memahami mengapa Raka bersikap buruk padaku.Memang dia tak menceritakan apapun padaku, namun mendengar semua percakapan mereka, melihat reaksi Raka saat ayahnya mulai mendiskriminasinya, saat ia menangis di bahuku. Aku langsung paham, aku mengerti bahwa ia terluka sangat dalam.“Raka, mau kuambilkan makanan? Dari semalam belum makan, bukan?” tanyaku, pada Raka yang sedang duduk di ruang kerja, menghadapi laptopnya yang menyala dan setumpuk map yang sepertinya belum disentuh sama sekali.Ia melirikku sekilas, lalu menunduk menatap keyboard dan membiarkan jemarinya menggantung. Seperti tak tahu apa yang mau dia lakukan, seolah sedang menca
Read more
Kehamilan yang Tak Diinginkan
 Citra Gara-gara Risa yang mengira aku sedang ngidam, akhirnya jadi kepikiran. Bagaimana jika aku benar-benar hamil? aku takut sekali. Mengingat bahwa kemungkinanku untuk hamil sangat besar, tubuhku terasa sangat lunglai.Kudekati cermin, lalu kuamati bagian perutku yang masih terlihat normal. Kutatap perutku dari depan, lalu menyamping, lalu kutarik bagian belakang bajuku supaya bisa melihat seperti apa perutku dengan lebih jelas.Tidak ada perubahan apa-apa.Perutku masih rata, dadaku juga masih sama ukurannya seperti semua. Aku juga tidak muntah-muntah di pagi hari, makanku masih normal dan entahlah, aku tidak merasakan semua gejala yang dirasakan oleh ibu yang sedang hamil muda. Hanya kemarin saja aku merasa mual, saat memegang buncis. Benda lain tak ada yang membuatku mual separah itu!Sejak kejadian di malam itu, mungkin baru seminggu lamanya. Apa mungkin aku langsung hamil? kami hanya melakukannya sekali!Ku
Read more
Drama di Klinik Bersalin
Citra Aku tak mau tahu, calon bayi ini harus kusingkirkan sebelum semuanya terlambat.Sejak pagi aku sudah mencari-cari klinik bersalin yang paling jauh yang bisa kutemukan, semakin jauh semakin baik. Tujuannya supaya tidak bertemu siapapun yang kukenal, supaya aku bisa dengan leluasa berkonsultasi dan menemukan solusi terbaik untuk masalahku ini.Klinik bersalin Cahaya Hati, begitu namanya yang terpampang di depan bangunan tiga lantai dengan cat kuning pastel itu. Desainnya sederhana, bangunannya juga tidak terlalu besar sekalipun terdiri dari tiga lantai. Area parkirnya sempit, hanya cukup beberapa mobil dan motor saja.Aku sendiri datang dengan menggunakan taksi online, berangkat sendirian setelah Kevin pergi ke kantor. Kudekap tas cangklong yang kubawa dari rumah, di dalamnya ada uang saku yang Kevin berikan dan jumlahnya lumayan. Siapa tahu sekarang aku bisa langsung ditindak, aku tak perlu memikirkan bagaimana membayar tagihan medisnya
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status