Semua Bab Beauty and The Police : Sweet Revenge: Bab 21 - Bab 30
46 Bab
Bab 20
"Iya, gue udah di depan klubnya." seorang gadis menatap bangunan di depannya malas. "Maaf ya, rencana kita harus gagal. Wildan nggak bisa dilepas sebentar, gue takut dia buat masalah ditengah-tengah proses shooting." Menutup sambungan komunikasi, gadis dengan surai sepundak itu mulai berjalan mendekati pintu masuk yang dijaga ketat oleh seorang sekuriti."Maaf, identitasnya.""Saya bukan artis, saya manajer salah satu artis yang ada di dalam. Rekan artisnya di dalam minta saya buat jemput karena dia sudah enggak sadarkan diri." jelasnya lancar dalam mengarang alasan."Bisa ditunjukkan dulu identitasnya?"Tak ingin mempersulit urusan, gadis itu mengeluarkan apa yang diminta. Tak kurang kartu nama dari agensi tempatnya bekerja juga dikeluarkan untuk meyakinkan petugas keamanan di depannya."Bisa dipercepat, Pak? Saya sudah ditunggu."Tak ada lagi alasan untuk menahan, gadis bernama Anatasya itu langsung menyerobot meski sang sekur
Baca selengkapnya
Bab 21
Apa yang lebih miris dari seorang polisi yang harus diinterogasi polisi lain karena sebuah insiden. Tio, Fajar, juga Sandy tengah mengalaminya. Berakhir dikantor polisi lain dengan laporan perusakan properti juga aksi penyerangan membuat mereka bertiga harus berakhir duduk dengan ditanyai oleh seorang polisi yang nampak sinis dengan alisnya yang tebal. "Bisa kalian bersikap kooperatif? Ikuti prosedur dengan baik dan jawab saja pertanyaan saya!" "Sudah saya bilang kami polisi?" "Dan bisa kalian buktikan omongan kalian tersebut?" tanya balik lelaki itu yang membuat ketiganya dibuat bungkam. "Membuat keributan di tempat orang dan melakukan penganiayaan, kalian berharap saya percaya kalau kalian polisi dengan kelakuan seperti itu?" Sandy yang menjadi juru bicara nampak geram namun lebih memilih bisu seperti dua orang rekannya yang lain. Percuma saja dia menjelaskan sepanjang apapun jika polisi itu tidak akan mau percaya dan membiarkan mereka menje
Baca selengkapnya
Bab 22
Kebiasaan seorang Jhonny tiap pagi saat bangun ialah mencari istrinya, tak mendapati Jessica di sebelahnya membuat lelaki itu langsung memanggil nama Jessica berulang kali seperti anak kecil kehilangan ibunya. Tak ayal panggilan yang lebih terkesan berteriak itu terdengar sampai di lantai bawah, tepat pada seorang wanita yang tengah sibuk berkutat di dapur. "Aku di bawah." balas wanita itu tak mengalihkan perhatian dari kegiatannya memasak sarapan. Tak lama sorang lelaki dengan rambut mengembang berantakan turun dengan wajah menekuk. Kaos santai dipadukan dengan boxer tidak memberi kesan seorang lelaki yang biasanya terlihat sangat tegas saat tengah memimpin operasi sebuah tim. Beralaskan sandal jepit yang sudah usang, kakinya membawa tubuh besar itu mendekat hingga berakhir duduk di bar stool dengan tenang memperhatikan istrinya. "Aku panggil kamu nggak sahut." "Aku tadi jawab." "Tapi aku nggak denger." balas pria itu tak mau kalah. "
Baca selengkapnya
Bab 23
Persimpangan gang di sebuah jalan sore itu tampak cukup lenggang, hanya ada seorang gadis yang berdiri menunggu kebosanan dengan kaki yang terus-terusan bergantian terangkat mencoba mengurangi rasa pegal karena sudah hampir setengah hari mengenakan sepatu bertumit tinggi. Matanya berkali-kali melirik ponsel sekedar mengecek waktu yang sudah berlalu sejak dia mulai menunggu. "Lima menit lagi nggak datang, gue buang juga itu orang ke kali." gerutunya sambil misuh-misuh. "Sayang, kamu udah nunggu lama?" Menoleh ke belakang, Bianca -wanita yang tengah menunggu tersebut- mendapati sosok misterius dengan hoodie juga masker yang menutupi wajahnya. Tak merasa ada orang lain yang bisa diduga sebagai sosok Rizal, alhasil kesimpulan sederhana terbentuk bila lelaki dengan pakaian serba tertutup itu ialah orang yang sedari tadi di tunggu. "Ini aku." tak kurang masker yang tengah dipakai sengaja dibuka berupaya meyakinkan sang kekasih. Rizal mencoba mendeka
Baca selengkapnya
Bab 24
Apa yang dilihat dari luar belum tentu sama dari dalam, setidaknya itu yang sering orang katakan sebagai arti dari istilah don't judge a book by its cover. Begitulah Eric atau sering di sapa Erika -lelaki gemulai setengah wanita- mengartikan peribahasa tersebut setelah terjun langsung sebagai manajer artis ternama ibu kota yang hobinya membuat sensasi. Saking seringnya berita yang berwara-wiri mengenai artis yang dinaungi, Erika harus siap menyediakan obat migren untuk mengatasi sakit kepala yang kerap kali datang tak diundang."Sialan, di kira gue patung pajangan yang harus stand by buat foto sama manusia kasta rendahan itu." umpat seorang wanita yang baru memasuki mobil."Kenapa sih, beb?" tanya Erik di kursi kemudi masih dengan aktivitasnya meratakan krim malam di wajah."Lagian orang tuh harusnya bersyukur masih punya fans, ini dese marah-marah kayak tante-tante mau menopause.""Apa lo bilang?"Eric tahu saat mata tajam itu meliriknya sinis den
Baca selengkapnya
Bab 25
Selama lebih dari hampir dua puluh delapan tahun usianya, Jhonny tidak pernah memiliki pacar sehingga tidak salah bila banyak orang mengolok-oloknya sebagai jomblo sedari lahir. Namun semua berbeda saat Jessica ada, wanita yang berstatus sebagai istri sekaligus pacarnya saat ini. Dari apa yang dipelajari mengenai kiat-kiat menjadi pacar idaman dan romantis, salah satu di antaranya menyebutkan bahwa seorang pacar idaman ialah pacar yang dapat diandalkan. Berpedoman pada hal tersebut, lelaki itu bergegas memacu mobilnya saat jam di ponsel sudah menunjukkan waktu pulang istrinya bekerja. Sepanjang perjalanan dalam rangka menjemput Jessica, lelaki itu berkali-kali menggigit jarinya gugup saat membayangkan reaksi Jessica, karena pada dasarnya keinginan untuk menjemput wanita itu bahkan tanpa melalui pemberitahuan terlebih dahulu alias spontan, berharap perhatian kecil yang coba diberikan bisa sedikit memberi makna untuk hubungan mereka. Namun mengesampingkan niat utama un
Baca selengkapnya
Bab 26
Setiap fase kehidupan memiliki tingkat kesulitan tersendiri, seiring berjalannya waktu semua rintangan akan terasa semakin berat namun setimpal dengan pengalaman yang diberi. Rasa tegang dan takut akan terganti dengan pencapaian dalam diri karena telah berhasil melewati kesulitan yang terasa mustahil untuk diatasi. Percayalah, hal itu akan terkenang dalam memori yang abadi. Dulu saat masih anak-anak jarum suntik menjadi ketakutan yang hakiki. Sensasi saat benda berujung lancip itu menembus kulit sangat dalam terasa bagai mimpi buruk tak terlupakan. Beranjak remaja, menunggu pengumuman hasil seleksi masuk perguruan tinggi menjadi satu momen yang tidak bisa dilupakan. Melihat hasil pengumuman yang menjadi salah satu penentu dalam menggapai mimpi masa depan seolah lebih menakutkan dari pada melihat langsung valak diseri film the Conjuring.Beranjak dewasa, seseorang akan merasakan dilema dengan kekhawatiran mengenai pernikahan dan segala hal yang ada di dalamnya. Se
Baca selengkapnya
Bab 27
Hari itu mendung, awan kumulonimbus dengan warna hitamnya sudah menyelimuti langit namun tidak menyurutkan seorang bocah berusia sembilan tahun untuk sekedar beranjak dari tempatnya karena hujan yang akan segera mengguyur. Seragam sekolah masih setia melekat ditubuhnya, ditambah sandal capit yang hanya dikenakan sebelah, juga luka di kepala yang masih diperban tak bisa untuk menggambarkan anak itu tengah baik-baik saja. Lambat laun, tetes demi tetes hujan mulai turun membasahi bumi, tak terkecuali anak yang sama yang hanya terdiam merenungi apa yang dialami. Semua masih terasa tak nyata dalam ingatannya, bagaimana keramaian para tetangga yang berkumpul di rumahnya dengan pakaian hitam, lalu tangisan adiknya yang sudah terdengar memilukan dari luar, ditambah pemandangan ibunya yang juga menangis dengan mata sembab. Awalnya dia masih tak mengerti dengan apa yang terjadi, sepatu sudah dia lepas sesuai ajaran sang ibu sebelum memasuki rumah lalu mendekati wanita yang melahirkann
Baca selengkapnya
Bab 28
Menjadi wanita karier dan seorang istri di saat yang bersamaan tidak pernah mudah. Jessica sadar statusnya sudah tidak lagi sendiri, ada sosok lain yang harus dia pikirkan selain dirinya sendiri. Namun terlepas dari itu semua Jessica mencoba untuk tetap bersikap rasional tentang apa yang mesti dan harus dia lakukan. Ada beberapa hal pribadi yang seharusnya disimpan sendiri, sebagai contoh dalam hal pekerjaan. Memiliki Jhonny sebagai pasangan bukan hal yang buruk, terlebih pemikiran lelaki itu tidak kolot mengenai pernikahan dengan pihak wanita yang hanya harus berdiam diri di rumah menjadi ibu rumah tangga.  Mencampuradukkan masalah pekerjaan dengan urusan pribadi bukan hal baik, karena itu Jessica memilih bersikap abai mengenai ranah pekerjaan sang suami, termasuk urusan sang polisi dengan artis tidak tahu diri. "Bisa nggak...." seorang wanita yang berdiri tepat tak jauh dari meja kebesaran seorang General manager menggerutu tak habis pikir akan tingkah atasann
Baca selengkapnya
Bab 29
Helaan napas lelah yang entah untuk ke berapa kalinya terdengar beriringan dari tiga orang yang duduk berderet di satu kursi panjang. Waktu jam makan siang yang biasanya terasa menyenangkan entah kenapa tiba-tiba bisa terasa menyebalkan. Piring makanan di hadapan yang biasanya bisa membangkitkan selera sudah terabaikan. Namun lain lagi dengan seorang pria yang asik menyantap lahap makanan di piringnya tanpa menghiraukan kefrustrasian tiga kawan karibnya. "Nggak mau di makan, nih?" Ajun yang selesai dengan piringnya buka suara untuk bertanya. Bukan tidak tahu apa yang membuat ketiganya bertingkah demikian, bahkan Fajar sekalipun yang tidak akan tahan menolak makanan sanggup mengabaikan piringnya, baru setelah Ajun menyelesaikan makannya dan menegur ketiga orang itu, Fajar seolah mendapat kembali kewarasan dan nafsu makannya. Lain lagi dengan Sandy dan Tio yang masih setia dengan bertingkah menjadi orang paling menyedihkan di dunia. Melirik ke belakang punggung
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status