All Chapters of Merah Hitam Cinta #book1: Chapter 31 - Chapter 40
48 Chapters
Chapter 31
Mobil pick up baru saja menurunkan barang-barang terakhir. Enam boxs besar berisi peralatan dapur dan barang pecah belah, diturunkan dengan hati-hati dari atas pick up. Kanaya yang tengah memasang tirai jendela menarik napas lega. Akhirnya, semua barang-barang di kediamannya dan Haikal dulu, telah diangkut semua ke rumah kontrakan ini. Ya, kini mereka mengontrak rumah. Akibat dari perseteruan hebat Haikal dengan keluarganya minggu lalu, membuat suaminya itu harus menanggalkan nama besar Baihaqi yang sudah di sandangnya selama tiga puluh lima tahun lebih. Pertikaian terjadi saat Haikal meminta izin untuk menikah ulang setelah bulan lalu permintaannya ditolak. Dan seperti yang telah mereka berdua duga, kali ini pun kedua orang tua Haikal tetap menolak. Lebih dari itu, kedua orang tua Haikal meminta Haikal memilih antara keluarga besarnya atau anak istrinya. Konsekuensinya cukup besar. Kalau Haikal memilih keluarga besa
Read more
Chapter 32
Seperti yang dikatakan Jihan beberapa hari lalu, kalau baru saja merintis usaha itu butuh waktu, kesabaran dan tentu saja keberuntungan. Ketiga hal itu saling terkait satu sama lain. Kanaya sudah membuktikan sendiri kebenaran kata-kata Jihan. Sudah tiga hari ini ia berjualan bakso di warung Jihan. Pada hari pertama berjualan, ia hanya mampu menjual lima mangkok bakso. Hari kedua, tujuh mangkok. Dan hari ke tiga ini sembilan mangkok sampai pukul lima sore. Penghasilannya selama dua hari ini masih jauh dari kata cukup. Ia masih terus menombok. Untungnya sisa baksonya masih bisa dijual. Setiap malam saat warung akan tutup, Pak Ramli selalu mengambil sisa dagangan. Pak Ramli akan menjual keliling sisa baksonya dengan gerobak hingga larut malam. Bila masih tidak habis juga, Vina lah yang akan menjualnya di rumah. Kanaya sangat bersyukur karenanya. Dengan begitu ia tidak akan terlalu merugi karena sisa bakso yang terbuang."Pecel ayamnya lima porsi ya? Mau menco
Read more
Chapter 33
Kanaya membolak balik tubuhnya dengan gelisah. Sedari di warung tadi, ia sudah tidak sabar menunggu waktu untuk menjelaskan soal ancaman Ghifari pada Haikal. Setelah Ghifari berlalu dari warung, Haikal memang tidak mengatakan apa-apa. Suaminya itu tetap ramah dalam melayani pembeli. Terhadapnya pun biasa saja. Hanya sinar matanya saja yang berubah. Ada kekecewaan yang kental di sana. Saat ia ingin menjelaskan pun, Haikal menolak. Jangan membawa-bawa masalah pribadi ke pekerjaan katanya. Kanaya baru tau kalau Haikal itu selalu bersungguh-sungguh dalam bekerja, walau apapun jenis pekerjaannya. Termasuk berdagang bakso. Pantas saja Haikal selalu sukses dalam semua bidang pekerjaannya. Haikal fokus setiap melakukan sesuatu.Suara pintu kamar mandi yang terbuka memutus lamunan Kanaya. Inilah saatnya.  "Mas, sebenarnya--" Kanaya kehilangan kata-kata. Bagaimana tidak, Haikal keluar dari kam
Read more
Chapter 34
Dengan tangan gemetar Kanaya mencoba menelepon ayah mertuanya. Pada saat seperti ini ia sudah tidak memikirkan soal janjinya pada Haikal lagi. Semenjak keluarganya memutuskan hubungan kekerabatan, Haikal memang bertekad untuk mandiri. Haikal melarang keras segala hal yang intinya meminta bantuan pada kedua orang tuanya. Dan Kanaya pun sebelumnya telah berjanji untuk mematuhi segala larangan suaminya. Tapi keadaan sedang genting begini, mana mungkin ia diam saja saat Haikal celaka bukan?   Kanaya mendesah kecewa saat panggilannya tidak tersambung. Sepertinya ponsel ayah mertuanya sedang tidak aktif. Namun Kanaya tidak yakin. Ia kembali mencoba menelepon. Siapa tau jaringan telepon ayah mertuanya sedang tidak baik. Makanya panggilan tidak masuk. Saat panggilan tetap tidak bisa terhubung, barulah Kanaya menyerah. Ponsel ayah mertuanya sepertinya memang dalam keadaan tidak aktif. Tidak
Read more
Chapter 35
Kanaya terus melantunkan doa dalam hati selama Haikal di operasi. Berdasarkan analisis dokter, mereka akan membuat lubang pada tulang tengkorak Haikal atau craniotomy. Tindakan ini harus dilakukan agar dokter bisa mengeluarkan cairan dari otak sekaligus pemulihan otak akibat pembekuan darah. Kabar baiknya cedera otak Haikal tidak terlalu parah. Makanya dokter hanya akan melakukan craniotomy burr holes, atau operasi yang relatif lebih kecil. Namun yang namanya operasi, tetap akan beresiko walau sekecil apapun. Apalagi ini operasi yang berhubungan dengan otak. Kecemasan Kanaya tidak terungkapkan.  Sedari tadi, Kanaya duduk diam di ruang tunggu. Tafakur dalam kepasrahan pada Illahi. Menurut dokter, tindakan craniotomy ini akan memakan waktu kurang lebih dua setengah jam. Dan ia telah duduk 2 jam lebih di ruang tunggu ini. Para dokter sedang berusa
Read more
Chapter 36
"Haikal pulang ke rumah sendiri saja, Bu. Biar nanti Naya yang merawat Haikal.""Naya 'kan kegiatannya banyak, Kal. Harus jualan, ngurusin anak. Mana bisa maksimal dia ngurusin kamu. Sudah, kamu pulang ke rumah Ibu saja!""Naya jualan 'kan tidak 24 jam, Bu. Di rumah juga ada Ika. Lagi pula Haikal bukan anak kecil, Bu. Haikal bisa mengurus diri sendiri."Sembari memasukkan pakaian-pakaian kotor ke dalam tas, Kanaya mendengarkan perdebatan antara Haikal dan ibunya. Setelah sepuluh hari  menjalani rawat inap di rumah sakit pasca craniotomy, hari ini, Haikal sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Masalah terjadi saat ibu mertuanya ingin membawa Haikal pulang ke rumahnya. Sementara Haikal memilih untuk pulang ke kediamannya saat ini bersamanya. Sebagai orang luar, Kanaya tidak ingin mencampuri perseteruan antara ibu dan anak itu. Ia tidak ingin dianggap lancang. Satu hal yang pasti. Ia akan menerima keputus
Read more
Chapter 37
"Apa nggak repot kamu membawa Juang ke warung, Nay?"Kanaya yang tengah mempersiapkan barang-barang keperluan Juang, menghentikan kegiatannya. Sembari tersenyum manis, Kanaya menghampiri Haikal yang tengah duduk setengah bersandar di ranjang."Ya nggak dong, Mas. 'Kan ada Ika. Mas tenang saja. Semua sudah Naya perhitungkan. Lagian Juang cuma beberapa jam kok di sana. Naya hanya ingin melatih Juang agar terbiasa dengan keramaian. Jangan sedikit-sedikit menangis karena tidak terbiasa dengan suasana baru. Mas tidak usah khawatir ya?"Kanaya menangkup kedua rahang Haikal mesra. Sungguh ia sangat bahagia karena Haikal benar-benar menyayangi Juang. Haikal memperperlakukan Juang, seperti anak kandungnya sendiri. Buktinya, Haikal ikut mengkhawatirkan kenyamanan Juang di warung tempatnya berjualan.Haikal menarik kedua tangan Kanaya yang tengah mengelus-elus mesra rahangnya. Ia mencium kedua telapak tangan istrinya
Read more
Chapter 38
"Tolong Anda jangan salah paham dan menyalahkan Naya. Situasi ini tidak seperti yang Anda bayangkan. Saya hanya bermaksud menolong Naya. Tidak ada maksud lain. Naya tadi nyaris terjerembab dengan Juang dalam buaiannya."Kanaya hampir tidak mempercayai pendengarannya sendiri. Seorang Ghifari mampu berbicara dengan santun. Bahasa tubuh Ghifari juga santai sekali. Tidak terlihat sedikit emosi pun di wajahnya. Padahal nada suara Haikal tadi di atas rata-rata."Benar, Mas. Kejadiannya tidak seperti yang Mas saksikan. Naya bisa menjelaskan semuanya, Mas."Kanaya segera menghampiri Haikal. Keadaan suaminya ini masih belum baik. Dokter menyarankan agar Haikal tidak berpikir tentang hal yang berat-berat dulu. Syaraf-syaraf di otaknya belum mampu bekerja dengan sempurna."Jangan percaya pada mereka berdua, Kal. Ini lihat, video-video pendek yang dikirimkan seseorang ke handphone Tante dan ibumu, sudah membuktikan ke
Read more
Chapter 39
Kanaya memandangi test pack di tangannya nanar. Ia hamil! Jika saat bersama Ghifari dulu ia selalu berdoa agar garis di test pack ada dua, kini malah kebalikannya. Selain Juang masih berusia 3 bulan lebih, hubungannya dengan Haikal juga dalam keadaan sulit. Sejak peristiwa kemarin, Haikal terus mendiamkannya. Di depan orang lain Haikal memang bersikap biasa saja. Tetapi saat mereka hanya berdua, Haikal seolah-olah tidak menganggap kehadirannya.Mengenai kehamilannya ini, sebenarnyanya Kanaya tidak kaget. Nyaris setiap waktu bercinta, bukan hal aneh kalau ia hamil. Haikal memang sedang kejar setoran. Haikal tidak mau menunda-nunda mempunyai anak. Menurut Haikal ia sudah terlalu tua. Teman-teman sebayanya, rata-rata sudah mempunyai dua atau tiga orang anak. Dirinya juga setuju dengan keinginan Haikal saat mereka baru menikah beberapa bulan lalu. Hanya saja, ia tidak menyangka kalau situasi akan berubah seperti ini.
Read more
Chapter 40
Kanaya memandangi rinai hujan di depan jendela. Sesekali ia mengusap kaca jendela nako yang basah. Bulir-bulir air yang berjatuhan mewakili hatinya saat ini. Jatuh ke titik nadir. Saat ini ia berada di rumah Jihan. Entah mengapa saat mengorder taksi online tadi, ia malah mengetik alamat Jihan, alih-alih orang tuanya. Mungkin ia merasa malu karena rumah tangganya kembali bermasalah. Makanya alam bawah sadarnya mencari perlindungan pada Jihan. Sebagai sesama wanita yang gagal dalam berumah tangga, setidaknya Jihan pasti sangat memahami keadaannya saat ini.Dugaan Kanaya tepat. Jihan sama sekali tidak heboh dan menginterogasinya saat melihat kedatangannya malam-malam. Istimewa dengan keadaan yang seadanya. Kanaya memang hanya sempat membawa dompet dan ponsel, selain baju yang melekat di badan. Itu pun karena dua benda tersebut kebetulan ada di saku celananya.Saat ia datang dalam rinai hujan, Jihan dengan luwes
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status