Tous les chapitres de : Chapitre 11 - Chapitre 20
45
Praktek Renang
Pagi ini Nara sangat lemas dan kepalanya pusing. Tadi dia buru-buru datang ke sekolah karena bangun terlambat, makanya Nara tidak sempat sarapan. Ditambah lagi, sejak kemarin asam lambung Nara kambuh, perutnya sakit. Untuk berdiri di bawah panas matahari seperti ini butuh tenaga, mendengarkan amanat pembina upacara yang sangat panjang membuat Nara semakin pusing. Berulang kali Nara menguatkan dirinya agar bisa bertahan minimal sampai selesai upacara. Namun, pandangannya mengabur. Suara di sekitar bahkan tidak lagi terdengar. Akhirnya, tubuh Nara ambruk seketika. "Eh, Nara!" Erika yang di sebelah Nara segera menahan agar tidak jatuh. Anak PMR yang berjaga dengan cepat membantu, serta menyiapkan tandu untuk mengangkat Nara. Tiba-tiba tak disangka, Kevin datang dan mengangkat tubuh Nara dengan tangannya."Kelamaan. Udah biar gue aja." Ucapnya sebelum pergi, berjalan menuju UKS. Diikuti Erika yang mengekor. 
Read More
Hati, tolong jangan keterlaluan
Sesuai janji, Erika dan Geo akan pergi sore ini. Cowok itu akan menjemput Erika ke rumahnya, untuk pertama kali. Rencananya mereka akan menonton bioskop dulu, tujuan selanjutnya terserah Geo, itu bisa dipikirkan nanti. Yang penting jalan bareng. Saat ini Erika tengah bersemangat memilih baju mana yang akan ia pakai. Seisi lemari habis berantakan dibongkarnya. Vano masuk ke kamar, seperti biasa berdiri di ambang pintu tanpa alasan yang jelas. "Ngapain sih lo. Ntar dimarahin Mama loh." Komentar Vano. "Bacot pengangguran. Cari kerja sana.""Eh mulutnya minta di tempel pake dollar ya." Ucapnya nyolot. "Berisik! Sana, ah!"Erika mendorong tubuh Vano, memaksanya keluar kamar. Kemudian, dia mengunci pintu.Setelah memilih beberapa lama, akhirnya pilihan Erika jatuh pada kaos putih, celana ripped jeans, serta luaran jaket jeans. Simple. Erika tidak suka ribet. Untuk tatanan rambut, ia biarkan saja rambut hitamnya terge
Read More
Perseteruan
"Wah, gak kerasa minggu depan udah lomba ekskul aja. Mana lawannya anak SMA bakti lagi." Gumam Nara sembari membaca poster di mading yang baru ditempel. Hari jum'at dan Sabtu depan dikosongkan karena lomba ekskul. Sesuai jadwal yang tertulis, pengumuman pemenangnya di hari Senin. Bisa dipastikan akan segabut apa siswa yang tidak ikut ekskul manapun, termasuk Nara dan Erika. Nara berjalan di koridor dengan senyum tipis, senang hari ini tidak terlambat alias Nara datang tepat waktu. Saat menaiki tangga, Nara berpapasan jalan dengan Raffa dan Bintang. "Naraaaaa." Bintang membuat suara seolah sedang seriosa, Nara tertawa. "Bintang kecil... Di langit yang biru... Amat banyak.." Nara membalas dengan nyanyian merdu. "Bentar." Bintang mengangkat telapak tangannya di udara. "Salah lirik, harusnya dilangit yang tinggi." Protes Bintang. Terakhir, mereka duet menyanyikan lagu tersebut. Orang yang lewat hanya memandang
Read More
Menjauh
Hari jum'at ini para siswa pulang jam setengah dua belas, seperti biasa. Jadi, Nara dan Erika punya waktu untuk kerja kelompok. Saat ini, Nara baru saja turun dari gojek, di depan rumah Erika. Nara cuma punya satu motor, itupun dipakai Papanya kerja. Makanya dia sangat susah untuk keluar-keluar. Baru saja Nara mau masuk, Kevin datang dengan motornya. Nara mempercepat langkah, masuk ke dalam rumah. "Assalamu'alaikum." Ucap Nara. "Wa'alaikumsalam. Masuk masuk, Nara."Ternyata di sana sudah ada Tuti dan Ifan juga. Mereka sedang berkumpul di ruang tivi. Tuti bermain ponsel, Ifan membaca buku, dan Erika memandang layar laptop. Nara ikut bergabung, ia duduk di lantai bersama mereka. "Judul kita apa, Tuti?" Tanya Erika. "Pengaruh tulisan sastra terhadap remaja." Tak lama kemudian, Kevin masuk. Duduk di sebelah Ifan. Setelah semuanya berkumpul, Tuti sebagai ketua kelompok memberi tahu mereka harus melakukan
Read More
Lomba Ekskul
Hari berikutnya. Bel istirahat pertama baru saja berbunyi. Seperti biasa semua siswa berhamburan keluar kelas. Nara dan Erika masih di dalam, merapikan buku-buku pelajaran dan membuang sampah di laci. "Tes tes 1 2 3. Maaf bikin keributan sebentar."Suara orang memakai toa mengambil perhatian semua orang termasuk Nara dan Erika. "Ngomong-ngomong, gue udah izin ke guru ya. Jangan salah paham. Yang gak suka boleh lewat aja.""Kek kenal tu suara." Gumam Erika. Beberapa dari siswi di sana penasaran dan mencari di mana asal suara. "Emang ada pengumuman apa, sih?" Nara ikutan bingung. Dia melangkah keluar kelas, diikuti Erika. Di lapangan bawah sana, ada Geovan yang berbicara menggunakan toa. Orang-orang di sekitar hanya melihat saja. "Mau buat ulah apa lagi coba." Erika mengerutkan kening. Nara malah tertawa. "Keknya dia mau ngelakuin apa yang ada di pikiran gue deh."
Read More
Sebuah Alasan
Nara melihat tumpukkan kursi yang pernah jadi tempat dia dan Raffa sembunyi dari kejaran anak OSIS. Mengingat itu membuat Nara menghela napas. Dia beralih ke sisi kiri, duduk di atas meja tak terpakai, mengambil tempat membelakangi sinar matahari yaitu di balik tembok. Lalu, membuka youtube, mencari lagu Rasa Ini karaoke versi, lantas mulai bernyanyi. "Ku tak percaya kau ada di sini""Menemaniku di saat dia pergi""Sungguh bahagia kau ada di sini""Menghapus semua sakit yang ku rasa"Suara Nara mengalun merdu bersama hembusan angin siang itu. "Mungkinkah kau merasakan""Semua yang kupasrahkan kenanglah kasih""Kusuka dirinya mungkin aku sayang""Namun apakah mungkin kau menjadi milikku""Kau pernah menjadi menjadi miliknya""Namun salahkah aku bila kupendam-""RASA INI.." Seseorang menyambung lagu, Nara terkejut dan menoleh ke sumber suara. Dia menghentikan pemut
Read More
Struggle
Selesai makan, mandi, ganti baju, dan membantu pekerjaan rumah, Nara menonton film di ruang tivi. Mama dan Papanya pergi ke kota untuk membeli belanja bulanan. Saat sedang fokus menonton, ponsel Nara berdering. Dia melihat nama yang tertera di sana. Dengan malas, Nara menekan icon hijau. /Naraaa. Kok lo gak buka chat sih? Gue sama Geo mau nraktir lo, nih. Besok. Bisa gak?/Suara Erika yang ngegas dan cempreng membuat Nara menjauhkan ponsel dari telinga. "Iya mau. Atur aja."/Besok ya, jam tiga sore. Gue jemput lo/"Iya, Erika. Tapi-""Aaakkkk-"Seekor tikus melintas di depan Nara, dia menjerit dan reflek naik ke atas sofa. /Kenapa, Na? Ada apa, hei/Nara merinding, kegelian. "Tikussss. Husss!" Dia melempar remot tivi ke tikus, akhirnya hewan itu pun pergi menghilang ke dapur. Baru Nara bisa bernapas lega. "Udah dulu ya, Er. Gue mau lanjut nonton film."/Okeyy. Dadahh/
Read More
Kebaikan Kevin
Nara dan Erika berpamitan dengan Raffa, Rizki, Dendi, Bintang. Mereka lanjut berjalan lurus.  "Makalah udah mau selesai kan, Er?" "Udah. Tinggal nulis kesimpulan aja. Dua atau tiga paragraf cukuplah." Nara mengangguk paham. "Eh, si Kevin ikut kerja kan?" "Ikutan. Dua kali dia ngasih materi ke gue."  "Syukurlah." Gak lama kemudian, yang sedang dibicarakan berpapasan dengan mereka. Kevin bersama teman-temannya, wajah mereka tampak bahagia dan berseri habis mendapat hadiah. Jadi, tadi selesai upacara para siswa tidak boleh bubar dulu. Staf guru dan kepala sekolah memberikan hadiah untuk para pemenang lomba kemarin. Tidak hanya pemenang, yang kalah juga tetap mendapat hadiah sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras mereka selama ini.  "Bahagia amat kayaknya." Erika bergurau.  Kevin melewati kedua cewek itu dengan ekspresi sedikit sombong, ia menaikkan alisnya.  "Sombong-sombong nanti pantat
Read More
Ketakutan
Beberapa orang menyukai hujan. Bahkan mereka rela tubuhnya dibasahi air hujan meski dampaknya bisa membuat sakit. Seperti Nara. Di saat yang lain meneduh di bawah halte atau sekolah, gadis itu berjalan menerobos hujan hendak menuju persimpangan, tempat biasa dia menunggu angkot. Tetapi tenang saja, tangan kanan Nara memegang payung sementara tangan kiri dia masukkan ke dalam saku jaket. Cewek berambut hitam sebahu itu menyumpal kedua telinga dengan earphone. Langkah kakinya sangat pelan, seakan tidak mau terburu-buru sampai ke rumah. Erika sudah pulang bersama Geovan. Mereka berdua hujan-hujanan naik motor. Nara tertawa dalam hati, mereka sudah seperti Dilan-Milea saja. Dasar bucin. Omong-omong, sakit di perut Nara telah sirna. Meskipun sisa lemasnya masih ada. Setelah bel berbunyi tadi, Nara mengucapkan terima kasih lagi pada Kevin. Bagaimana pun juga dia sudah berbaik hati. Ketika sedang melamun sambil menikmati playlist lagu gal
Read More
Dufan
/Yang, hari ini aku mau ke dufan bareng temen-temen. Kamu mau ikut?/ /kan aku syuting, yang :( Jadi gak bisa./ Raffa menghela napas sejenak. Sudah dua hari kekasihnya itu syuting dan tidak datang ke sekolah. Chat pun dibalas seadanya saja.  /ya udah kalau gitu/ /iya/ /Jangan sampai sakit/ Pesan terakhir itu hanya dibaca saja. Thalia tidak lagi online. Ya sudahlah, biarkan saja Thalia syuting. Tak apa, yang terpenting bagi Raffa, cewek itu harus menjaga kesehatan.  "Si Geovan mau ikut, gan." Rizki menghampiri Bintang, Raffa, dan Dendi di kantin belakang. Dia duduk di sebelah Raffa yang tengah memandangi layar ponsel.  "Geovan siapa?" Bintang yang sedang makan gorengan bertanya.  "Pacar Erika katanya." "Adek kelas?" "Iya." Bintang terkekeh. "Aseekk. Keren Erika dapet adek kelas." "Pacar kan gak mandang umur bro." Rizki menimpali.  "Lo mau nya
Read More
Dernier
12345
DMCA.com Protection Status