All Chapters of Terpaksa Menikahi CEO: Chapter 21 - Chapter 30
159 Chapters
Bab 20. Mainan Baru (18+)
Tapak kaki Monika melewati pintu saat tiba-tiba hujan turun dengan begitu deras. Langit malam menumpahkan beribu-ribu bulir air yang jatuh dari angkasa. Sebagian mengalir ke sungai melalui saluran drainase yang ada, sementara sisanya tersimpan di dalam tanah. Hawa dingin menyergap, membuat siapa saja enggan berada di luar rumah dan memilih berdiam di tempat mereka sendiri.  "Untunglah..." ungkap wanita yang kini melepas dua sepatu di kakinya. Dia merasa beruntung karena tidak sampai kehujanan. Daya tahan tubuhnya sedikit lemah, mudah terserang flu setelah kehujanan. Dengan langkah kaki lebar-lebar, Monika bergegas menuju dapur demi mengambil segelas air putih hangat. Tenggorokannya terasa kering dengan perut yang mulai meronta minta diisi. Terakhir dia makan pagi ini, setelahnya tak ada sebutir nasi pun yang masuk ke dalam perut. Monika bersiap minum air di gelas yang kedua saat tiba-tiba netranya menangkap kalender meja di hadapannya. "P
Read more
Bab 21. Semangkuk Mie Instant
WARNING !!! 21+ only! Adegan di bawah ini hanya boleh dilakukan oleh pasangan suami istri. Tidak untuk ditiru sama sekali. Bijaklah dalam menyikapi sebuah bacaan! Selamat membaca.... * * * "Aku menginginkanmu, Sayang!" "Jangan mimpi!" Monika menggeleng kuat-kuat. Dia tidak ingin menjadi lahan pelampiasan pria mesum ini lagi. Apa yang Rio lakukan siang tadi sudah membuat tubuhnya hancur. Bagaimana jika dia menggila lagi sekarang? "Kamu ingin melawanku?" Rio menampilkan smirk andalannya. "Pergi!" Monika semakin terdesak. Dia tidak bisa lagi menjauh saat tubuhnya menabrak dinding. "Ayolah, Sayang. Jika kamu menurutinya, aku akan memberikan hadiah untukmu. Satu kali kepuasan, satu permintaan akan ku kabulkan." Rio melembutkan suara, menyingkirkan kesan angkuh yang sedari tadi terpampang di wajah tampannya. Wajah Monika memerah, menahan marah. Dadany
Read more
Bab 22. Perhatian Monika
"Merepotkan!" ketus Monika saat memapah tubuh pria ini dari dapur. Dia merasa lemas setelah muntah berkali-kali. Brukk Tubuh kekar Rio teronggok di atas kasur mini yang biasa Monika gunakan untuk istirahat malamnya. Wajah pria itu terlihat pucat dengan tatap mata yang tampak sayu. Satu tangannya menutup hidung sementara tangan yang lain memegangi perutnya yang terasa seperti dipelintir. Dengan cekatan, Monika membuka pintu dan jendela kamarnya, berharap aroma menyengat dari bumbu mie itu segera pergi. Dia tidak tega melihat Rio yang terus muntah tanpa henti. Awalnya dia merasa senang dan menertawakan pria ini. Tapi sekarang justru dia merasa kasihan. "Ini." Monika memberikan sebuah minyak aroma terapi dalam botol kecil, berharap aroma menthol yang menguar dari sana bisa sedikit melegakan pernapasan Sang Suami. Rio menggeleng. Dia tidak ingin menerima pemberian Monika. Apapun itu, bisa memicu rasa mualnya untuk muncul lagi. "Lepas bajum
Read more
Bab 23. Cium Aku!
Jam menunjukkan pukul 22.30 saat Monika keluar dari dalam minimarket. Beberapa karyawati tampak keluar bersamanya sebelum lampu dipadamkan. Dengan langkah cepat, Monika kembali ke kamar kosnya melalui gang sempit ini. Suasana terasa lengan, tak ada seorang pun yang dia temui sepanjang jalan. "Huh! Akhirnya sampai," ucapnya begitu selesai menapaki anak tangga terakir, beberapa langkah menuju pintu kamarnya. Cklekk Pintu berwarna putih itu Monika buka dengan hati-hati. Arah pandangnya tertuju pada pria yang masih duduk bersandar pada kepala ranjang. "Maaf membuat Anda menunggu." Hening. Rio tak membalas ucapan Monika. Pandangannya lurus ke depan, seolah menyimpan dendam. 'Eh? Ada apa dengannya? Bukankah dia baik-baik saja saat aku pergi tadi?' batin Monika, heran karena pria ini sekarang terlihat tidak senang. 'Apa dia kelaparan sampai marah seperti itu?' Tanpa mempedulikan ekspresi wajah Rio, Monika mulai berkuta
Read more
Bab 24. Apa Kamu Seekor Binatang?
WARNING! 21+ BIJAKLAH DALAM MENYIKAPI SUATU BACAAN. BUKAN UNTUK DITIRU!! * * * Monika mendekatkan bibirnya, bersiap mencium pria yang berstatus sebagai suami sahnya ini. Wanita itu menarik diri setelah mengecup Rio sekilas. Dia tidak suka melakukan hal ini dengan pria yang dia benci. "Itu kecupan, bukan ciuman." Rio melayangkan protesnya karena Monika mengakhiri layanannya dalam hitungan detik. "Dasar mesum!" Monika beranjak. Dia enggan melanjutkan kegiatan mereka lagi. Brukk! Monika jatuh terduduk di pangkuan Rio. "Jika kamu tidak ingin melayaniku, maka aku yang akan mengambil alih keadaan. Jangan salahkan aku jika kamu tidak bisa bekerja besok!" Ancaman Rio berhasil membuat Monika menyerah. "Aku tidak bisa! Aku belum pernah melakukannya!" ketus Monika, melupakan kata ganti saya seperti yang dia gunakan sebelumnya. Rio tersenyum. Dia senang karena istrinya ini bukan wanita berpengalaman, artinya dialah
Read more
Bab 25. Mungkinkah Dia Jatuh Cinta?
"Apa aku juga ikut gila?! Bagaimana bisa aku jatuh pada pesona pria mesum sepertinya?" Monika merasa begitu malu dengan apa yang sudah dia lakukan. "Argh! Aku benar-benar sudah gila!!" Monika langsung berlalu ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, berharap bayang-bayang Rio segera bisa dia lupakan. Brukk Monika menjatuhkan tubuh rampingnya ke atas kasur, memilih untuk tidur daripada harus memikirkan pria yang sudah merenggut kesuciannya. Dia mulai memejamkan mata, namun justru bayang-bayang Rio dan Devan bergantian muncul di dalam kepalanya. "Arrghhh!!" Monika menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Apa yang harus aku lakukan?" Monika kembali mengamati cincin di jari manisnya. Dia sudah menjadi istri orang, tapi hatinya masih tertaut pada kekasihnya. Rasa bersalah seketika merasuki hatinya. Dia tidak ingin berpisah dengan Devan, tapi juga tidak berniat menduakannya. "Haruskah aku jujur padanya?" Monika menatap cincin lain di ja
Read more
Bab 26. Simbiosis Mutualisme
WARNING !!! 21+ only! Adegan di bawah ini hanya boleh dilakukan oleh pasangan suami istri. Tidak untuk ditiru sama sekali. Bijaklah dalam menyikapi sebuah bacaan! Selamat membaca.... * * * Monika keluar dari dalam minimarket dan segera berlari menuju halte bus di seberang jalan. Dia harus menemui Devan di tempat kerja pria itu secepatnya. Hatinya merasa gelisah sejak pagi ini, merasa bersalah jika terus menyembunyikan pernikahan kontraknya dengan Rio. Wanita bersurai panjang itu mendekatkan ponsel pintar miliknya ke samping telinga, berharap panggilannya segera terhubung. "Maaf, nomor yang Anda tuju tidak menjawab. Silakan tinggalkan pesan setelah nada berikut." Monika menekan ikon berwarna merah, perintah untuk mengakhiri panggilan. "Apa dia begitu sibuk?" gumam gadis yang sesekali menatap ke arah kedatangan bus. Kakinya melompat masuk ke dalam kendaraan besar ini bers
Read more
Bab 27. Hamil?
"Dari awal sudah ku katakan, kita tidak ada hubungan apapun." Nada bicara Devan terdengar tak bersahabat sama sekali. Lisa terhenyak. Dia tidak menyangka akan mendengar penyataan ini setelah pergulatan panas mereka. "Selain untuk menuntaskan hasrat bilogis, tak ada hal lainnya. Jika salah satu dari kita bosan, maka yang lain tidak boleh merasa keberatan." Devan menoleh, menatap wajah sedih pemuas nafsunya. "Anggap kita hanya teman kerja biasa. Setelahnya, kita bisa melanjutkan hidup masing-masing." Lagi-lagi Lisa terdiam seribu bahasa. Tiba waktunya dia tak lagi dibutuhkan oleh Devan. Apa yang harus dia lakukan? Lisa sama sekali tidak ingin kehilangan sosok pemuas nafsunya. Dia benar-benar jatuh cinta pada Devan. "Jangan lupa minum pil kontrasepsi seperti biasanya. Aku tidak ingin memiliki anak dari seorang wanita malam sepertimu!" Kata-kata tajam itu Devan ucapkan dengan datar, tak ada nada bercanda sama sekali. Dia benar-benar serius tentang hal ini
Read more
Bab 28. Fakta Mengejutkan
"KAMU BERCANDA 'KAN?" Devan mencengkeram pergelangan tangan Lisa, membuat wanita yang memakai rok mini ini meringis kesakitan. Pegangan tangannya pada jemari Monika terlepas begitu saja. "NGGAK! AKU MEMANG HAMIL!" Nada bicara Lisa ikut meninggi, balas menatap Devan dengan tatapan yang tak kalah tajam.  "BOHONG!"  "APA URUSAN KAMU?" Lisa menyentak cekalan tangan pria di hadapannya. Disaat Devan dan Lisa terus bersitegang, Monika mundur satu langkah. Dia diam menyaksikan pertengkaran keduanya. Berbagai pikiran buruk menyergap kepala. Otaknya berputar, menghubungkan berbagai potongan puzzle yang tersaji di depan mata. Ada sesuatu yang salah di sini. Tiga buah bekas tanda cinta di leher Lisa, parfum pria yang melekat di tubuhnya, juga respon yang Devan tunjukkan. Itu semua begitu jelas, Devan ada affair dengan Lisa. "Mon, tolong aku." Lisa meraih lengan Monika, bersembunyi di belakang tubuhnya. Seketika parfum da
Read more
Bab 29. Di Belakangku
Mentari kembali ke peraduan, membiaskan sinar berwarna merah di ufuk barat. Seorang gadis berdiri di atas jembatan, menatap riak air di bawah sana yang muncul akibat lemparan batu dari tangannya barusan. Tatap matanya kosong, tak ada semangat hidup sama sekali. Bekas air mata yang mengering tak dia hiraukan, dibiarkan begitu saja. Monika menarik napas dalam-dalam. Pertengkaran Devan dan Lisa masih tergambar jelas dalam ingatan. Dua orang yang sangat dia percaya, ternyata memiliki hubungan tak biasa di belakangnya. Bulir-bulir tanpa warna itu kembali luruh, menganak sungai tanpa bisa dia cegah. Tubuhnya melangsai, bersandar pada dinding jembatan. Kakinya kembali melemah, mengingat begitu dalam luka yang dia rasakan. Hangatnya sifat Devan selama bersamanya, membuat Monika tak bisa mempercayai bahwa pria itu telah berkhianat. Dengan terus menggigit bibir bawahnya, Monika kembali bungkam. Dia menahan isak tangis agar tak keluar dari mulutnya. Monika meras
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status