Semua Bab Noda Dalam Luka: Bab 31 - Bab 40
45 Bab
Mas Rudi Meninggal Dunia
Setahun setelah perceraian, aku berkunjung di rumah sakit terdekat untuk melihat Andi junior. Sosok bayi laki-laki yang gemuk serta menggemaskan. Dialah putra pertama Andi, yang baru dilahirkan dua hari yang lalu. Di sebuah rumah sakit bersalin terdekat.Andi telah menikah dua tahun yang lalu dengan Ani, gadis cantik yang dia kenal di dunia maya. Andi menikahinya setelah aku menolak secara halus lamarannya. Diri ini merasa tidak pantas untuk menikah dengan lelaki sebaik Andi.Saat di rumah sakit aku mendengar berita tentang Sriyanti. Dari tetangga Sriyanti yang kebetulan istrinya sedang melahirkan di rumah sakit yang sama. Dia mengatakan bahwa  Mas Rudi telah menikah dan dua bulan kemudian Sriyanti telah menjadi gila. Menurutnya Sriyanti gila karena ditinggal menikah oleh Mas Rudi. Sri yang dulu bahenol kini badanya kurus kering. Tatapan tajam dari mata bulatnya kini berubah menjadi kosong. Tetangganya lah yang menjelask
Baca selengkapnya
POV Ibu Lisna Season 2
 POV Ibu Lisna Betapa terkejutnya kami ketika Lisna pulang bersama pemuda yang asing. Kami menatap penampilannya dari ujung kaki sampai rambut. Sangat aneh, pemuda seusia dia memakai baju yang kusut. Bahkan bisa dikatakan sedikit dekil. Bila dibandingkan dengan cara berpakaian para pemuda di sini sangat jauh berbeda. Suamiku sendiri tidak suka dengan gaya berbicaranya yang melambung tinggi. Pemuda yang berpakaian lusuh dan kelihatan dekil, dia berkata jika anak dari seorang petani yang sukses. Memiliki berhektar-hektar kebun dan sawah.  Suamiku yang merupakan ayahnya Lisna tentu saja tidak senang, bahkan dia mewanti-wanti supaya Lisna tidak berpacaran dengan dia. Namun, apalah daya nasi sudah menjadi bubur. Lisna yang biasanya cuek dengan pria kini dia menjadi tergila-gila pada Rudi. Bahkan kami sempat curiga jika Lisna diguna-guna.   Dari berpacaran yang begitu si
Baca selengkapnya
POV Ibu Lisna, Menerima Perceraian dan Pernikahan kedua
Sakit sekali ketika mendengar cerita Lisna, yang hidup menderita selama dua tahun di sana, bersama suami terkutuknya Rudi. Serasa seribu sesal hadir di dalam kalbuku sebagai seorang ibu, yang telah melepaskan sang buang hati.Siang itu tepatnya hari raya Idulfitri, Lisna pulang bersama putrinya. Tanpa adanya Rudi yang mengantarkan. Artinya Lisna pulang seorang diri, ketika hari raya. Namun, pada hari raya kedua Rudi berkunjung ke rumah kami bersama dengan sahabatnya. Tidak dapat dihindarkan lagi keributan pun terjadi. Di antara Lisna dan Rudi mereka berdua beradu argumentasi yang saling menyalahkan satu sama lain.Teriakkan demi teriakan, hujatan demi hujatan saling bersahutan memekakkan telinga.Lisna pun menangis dibarengin dengan tangisan Rere, yang pilu.Suamiku yang baru saja selesai mandi menjadi sangat emosi. Dia dengan refleks mengambil golok, sambil berteriak hendak membunuh Rudi."Mati kamu!" umpat suamiku.Rudi mengelak l
Baca selengkapnya
Pov Ibu Lisna Pamit Pulang
Pikiranku eros-ku meronta-ronta, membayangkan apa yang terjadi semalam antara Indra dan Resti."Auh," teriakkanku, tatkala jidat ini menabrak pintu kamar yang membisu."Kenapa Bu, kok teriak-teriak?" tanya suamiku."Anu pak, anu," jawabku gugup, hati ini berusaha untuk merahasiakan apa yang ada dalam benakku."Cek, anu apalah? Yuk kita sholat berjamaah!" tungkas suamiku."Iya, iya," jawabku, sambil mengikutinya dari belakang. Ternyata dia sudah siap untuk salat.Kami menuju ke samping rumah mewah ini, tepatnya di Mushollah pribadi milik keluarga Indra.Satpam, tukang kebun, asisten rumah tangga, Lisna, anak pertama dan keduaku, ayahnya Lisna dan aku melakukan sholat berjamaah, sedangkan Indra dan ibu tirinya tidak ikut bersama.Selesai melakukan sholat mereka melakukan aktivitas seperti biasanya, sedangkan aku bersama suami mengelilingi taman belakang rumah, yang sangat luas. Bahkan ada beberapa pohon jeruk madu yang sedang ber
Baca selengkapnya
Mencari keberadaan Mas Indra
Siang hari ini terasa sepi, tatkala orang tua dan saudaraku sudah pulang. Rere pun di antarkan untuk mendaftar sekolah oleh Indra. Tidak dipungkiri kasih sayang Indra pada Rere begitu besar, layaknya seorang ayah pada anaknya."Nyonya Lisna, aku ingin mengatakan sesuatu, tetapi takut," celetuk Yanti, yang membuyarkan lamunanku.Aku menatap tajam ke arah Yanti dengan penuh selidik. Gadis itu mengikat rambut panjangnya seperti ekor kuda, memandangku dengan tatapan mata bulatnya yang aneh. Yanti memiliki kulit hitam manis dan tubuh yang langsing, sangat cantik untuk dikatakan seorang pembantu."Iya, silahkan katakan!" sahutku."Tapi nyonya, bisakah berjanji untuk tidak menceritakan kepada siapapun, aku takut di pecat," rengek Yanti."Baiklah," jawabku singkat. Namun, dalam hati penuh dengan sejuta pertanyaan yang tidak ada jawabannya."Nyonya, nanti malam pura-pura tidur, jika Tuan Indra bangun sebaiknya pura-pura tidak tahu, lalu ikutin dia! I
Baca selengkapnya
Prihal Kehamilan Mama Resti
Kegiatanku setiap hari setelah Mas Andre berangkat ke toko, ialah pergi shoping bersama Mami Resti. Kadang Mama Resti bercerita tentang deritanya memiliki suami yang lumpuh. Tidak bisa melayaninya di ranjang asmara. Terdengar sangat memilukan setiap curhatan hatinya. Hari demi hari keakraban aku dengan Mami Resti, makin bertambah, bahkan dia bercerita prihal kisah kelamnya, yang terpaksa menjalin hubungan terlarang dengan sosok pria dambaan hatinya. Namun, dia enggan menyebutkan nama sosok pria tersebut. "Suatu saat kamu akan tahu siapa dia dan di saat itu, berjanjilah kamu tidak akan membenciku walaupun sedikit saja!" rengek Mami Resti padaku, di kala senja. "Tentu saja, aku tidak akan pernah bisa membenci Mami," jawabku, sembari tersenyum manis. "Terima kasih, Sayang, maukah kamu berjanji!" ucap Mami penuh harap. "Tentu saja," sahutku ringan. Namun, di dalam hati mulai berpikir
Baca selengkapnya
Menyaksikan perselingkuhan Mami Resti dan Suamiku.
"Anu, anu, Nyonya, supaya Rere memiliki adik," jawab Pak satpam gugup.Kemudian dia dengan tergesa-gesa meninggalkan diriku, yang sedang menunggu jawaban darinya. Namun, sampai beberapa saat tidak juga ada jawaban yang tersurat.Tiba-tiba saja suara sirene kecil terdengar dari kamar utama membuat aku sangat terkejut, sebab bel berbunyi pada saat tidak ada orang di dalam rumah selain aku.Suara sirine itu ialah sebuah alat yang terletak di tepi ranjang ayah. Ayah mertua bisa menggerakkan tangannya dengan sangat pelan, jadi di ranjangnya dipasang sebuah bel yang berbunyi seperti sirene. Setiap membutuhkan sesuatu dia akan memencet bel tersebut. Aku memberikan diri untuk masuk, karena di rumah sedang tidak ada orang. Namun, terkejutnya aku setelah sampai di dalam kamar tersebut, ternyata ada perempuan setengah baya, yang sedang mengganti diapres milik ayah."Siapa kamu?" selidikku."Aku adalah asisten ya
Baca selengkapnya
Aku juga Hamil
"Mas Indra, cepat bangun antar aku ke rumah Bu Bidan!" perintahku pada Mas Indra, yang masih tertidur pulas. "Sebentar, aku ngantuk sekali!" sahutnya tanpa membuka mata. Aku beranjak bangun dari pembaringan, membuka pintu koridor, kemudian duduk di teras kamar. Pandanganku menyapu ke penjuru angkasa, menampakkan awan biru yang unik.  "Sangat indah," gumamku. Bulir-bulir bening kembali mengalir dari sudut mata yang sembab milikku. Pikiranku meronta-ronta membayangkan setiap malam, suami yang tercinta bercinta dalam jeratan setan. Banyak perempuan di dunia ini. Namun, mengapa harus dengan dia, ibu tirinya sendiri? Ah, pikiran ini begitu menyiksa jiwa, bahkan sepertinya bisa membuat perempuan yang tidak kuat rohaninya bisa gila. 'Mengapa aku selalu terjebak pada lelaki berengsek? Apakah dosa yang telah aku lakukan di kehidupan sebelumnya, sehingga harus memiliki nasib seperti?'
Baca selengkapnya
Aku Yang Tersakiti
"Indra, Indra, Indra, antar aku ke rumah Dokter!" pekik Mami Resti dari balik pintu kamar.Dalam hati ini ada perasaan benci dan cemburu, mendengar Mami Resti memanggil dan memerintah suamiku seenak jidatnya sendiri. Untuk kali ini tidak ingin rasanya mengalah seperti biasa.   "Mami Resti, hari ini Mas Indra mau menemani aku pulang kampung," sahutku dengan suara yang kubuat selembut mungkin, sambil membuka pintu kamar. "Mau berapa lama kalian di Kampung dan ada kepentingan apa sampai Indra harus ikut serta?" selidik Mami Resti dengan mata yang melotot, seperti sedang mengintrogasi pencuri. Mungkin dalam hati dia yang aneh, menganggap aku adalah pencuri kekasihnya. 
Baca selengkapnya
Pulang Dari Puncak
Selama berada di puncak aku dan Rere mengisi waktu siang dengan mengelilingi kebun teh milik warga. Aku mencoba untuk tersenyum di depan putriku satu-satunya, agar dia tidak merasa curiga dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam rumah tangga kami. Walaupun terasa sangat menyakitkan. Namun, semua ini terpaksa dilakukan demi masa depan Rere dan juga calon bayi dalam rahim ini. Suasana yang teduh dan cuaca dingin, membuat aku teringat akan kebun kopi coklat milik mendiang mantan suami. Ah, aku mengambil napas dalam-dalam dan mengembuskan dengan pelan, serta panjang.    Tidak terasa mata ini pun berembun dan rintik-rintik hujan pun turun dari sela-sela mataku, yang mulai cekung.  "Bunda, kenapa menangis?" selidik Rere yang tiba-tiba saja sudah berada di sampingku. "Rere, mana jagung bakarnya?" tanyaku, sambil menyeka air mata.  "Ini,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status