All Chapters of Un-Desirable Marriage: Chapter 31 - Chapter 40
105 Chapters
31. Aura Menakutkan
“Hmmpptt!” Thalia berusaha keras menahan tawanya mendengar terkaan Stuart atas diri Jose. Paman? Setua itu diri pria itu terlihat oleh Stuart? Atau memang temannya ini sedang melawak? Thalia berusaha keras menahan bibirnya agar tidak tersenyum lebar. DAn benar saja, saat tatapannya tertuju pada Jose, gadis itu langsung menciut nyalinya. Pasalnya, Jose menatap garang pada Stuart, seakan inign menelan temannya itu hidup-hidup. Padahal sebelum mobil itu berbelok masuk, pria itu terlihat tersenyum sambil mengamati kelakuan anak-anak Camila saat bermain bersama. Dan tidak cukup hanya sampai di situ. Stuart masih juga berusaha ramah. Meski tertawa hambar, dia masih berkata lagi, “Ah, maaf, bukan pamannya Thalia kah? Jadi, siapa yaa?” Pertanyaan itu sontak membuat wajah Jose semakin merah padam. Pria itu mulai bangkit dan hendak mengintimidasi Stuart. Secepat kilat, Thalia langsung menarik temannya itu. “Thanks sudah mengantarku pulang. Kau pulanglah
Read more
32. Aku Membencimu!!
    Pada akhirnya, Thalia membuka pintu mobil, masuk, dan duduk dalam diam. Begitu dia duduk, Jose langsung menginjak pedal gas dan mobil melaju cukup kencang. Mereka berkendara dalam diam hingga tiba di rumah. Untuk sesaat Thalia sempat ragu, haruskah dia menunggu suaminya itu untuk masuk bersama, atau Jose yang marah tidak ingin masuk bersamanya? Bum!! Pintu mobil terbanting kuat, mengagetkan Thalia. Jose tampak menenteng tas berisi laptopnya dan melangkah lebar menuju rumah. Thalia mendeliknya kesal dari belakang. Sekarang dia yang ditinggal! Tahu begitu dia jalan dahulu tadi! Dengan menggerutu kesal, Thalia pun memasuki rumah. Seperti biasa, terdengar suara percakapan hangat dan seru di ruang duduk. Mereka semua sedang berkumpul di sana. Thalia melewatinya dan menaiki tangga. Begitu dia sampai di kamar dan menutup pintu, JOse sudah menunggunya. Raut wajah pria itu sangat jauh dari k
Read more
33. The Beast Going Mad!
  Jose melangkah cepat dan lebar melewati ruang tengah lantai 2, menuju tangga, kemudian menuju pintu utama. Tujuannya hanya satu. Dia ingin pergi dari rumah itu, sebelum dia terasuk amarah yang bisa membuatnya menyakiti Thalia. Dia begitu marah, dan rasa itu membuatnya ingin menghantam istrinya itu demi melampiaskan kemarahannya. Untuk pertama kalinya, keinginannya melampiaskan kemarahannya dalam adu fisik membuatnya takut. Karena itulah, lebih baik dia menyingkir sebelum gadis itu remuk dibuatnya. Jose melajukan mobil jeep nya menuju perbukitan yang berada di perbatasan kota. Di sana, dia duduk di atas kap mobilnya, di bawah sinar rembulan, dengan menghisap rokoknya, serta meminum bir dingin yang sengaja dibelinya. Kepalanya harus dia dinginkan sebelum dia kembali ke samping Thalia. Itu tekadnya. Jose terus meminum bir itu hingga berkaleng-kaleng, tetapi ucapan Thalia masih saja bergema di telinganya. “Itu hanya kesalaha
Read more
34. The Beast Going Wilder
Bugh!! Bugh!! Bugh!!! Lagi-lagi, kali ini Jose melawan Red. Mereka berdua kembali bertemu di ring. Setelah dia meninju Fernando di rumahnya tadi, dengan kemarahan bercokol di dadanya, Jose melajukan jeep nya dan tanpa sadar dia berhenti di club tinju gelap favoritnya. Karena amarah begitu berkecamuk dalam dadanya saat itu, Jose pun menuju ring dan langsung menantang siapa saja yang ingin melawannya. “Lawan aku! Akan kubayar 1000 dolar bagi siapapun yang bersedia, menang atau pun kalah!” serunya menggelegar, membuat semua nyali para pria di sana menciut seketika. “AYO! AKAN KUBAYAR 1000 DOLAR, BERENGSEK SIALAN! LAWAN AKU!!!” raungnya lagi, lebih marah dari sebelumnya. Akhirnya, Red-lah yang menaiki ring itu. Dia sedang membutuhkan uang untuk membayar tagihannya akhir bulan ini. Dan tawaran Jose menjadi satu-satunya jalan agar dia mendapatkan uangnya dengan cepat. Masalahnya, baru saja memasang kuda-kuda, Red sudah merasa gentar.
Read more
35. Can't Stop Thinking of You
“Jadi semalam suamimu gak pulang?” tanya Ramona saat siang itu mereka janjian untuk belanja bulanan bersama ke supermarket.Mereka mengobrol seraya mendorong trolli belanja masing-masing, beriringan.“Mau berapa kali kau tanya? Dia tidak pulang. Ti-dak pu-lang!” sahut Thalia dengan raut membara.Ramona tidak memedulikan amarah Thalia. Dia tetap saja membahas topik itu. “Menurutmu, kalau dia tidak pulang, dia tidur di mana semalam?”Thalia mengedikkan bahunya. Kemudian mendelik tajam pada Ramona. “Sudah! Jangan bahas itu lagi. Kau ini sudah kubilang stop, masih juga membahas dia terus!”“Dia suamimu, Thal,” sahut Ramona cuek.“Suami di atas kertas!” tegas Thalia.“Justru di atas kertaslah. Itu berarti suami sah!”“Iya, tapi itu hanyalah status!” kilah Thalia lagi, membuat Ramona menghela napas dalam-dalam dan mengangkat bahunya.
Read more
36. Did He Ever Touch You?
 Tok. Tok. Tok.Entah berapa lama Thalia terlelap saat dia mendengar samar-samar suara pintu diketuk.Tok. Tok. Tok.Kali ini, Thalia terbangun dan mendengar dengan jelas ketukan itu.“Urgh! Pukul 3.40? Yang benar saja!”Dengan menyeret tubuhnya, Thalia turun dari ranjang dan menuju pintu.Begitu pintu dia buka, sosok tubuh Jose yang tinggi dan besar sedang bersandar di kusen pintu. Di sampingnya, ada lelaki yang tak Thalia kenal.“Maaf, ini aku mengantar suamimu pulang. Dia sedikit mabuk. Dan ini kunci mobilnya.”“Aku tidak mabuk, Curt!” sergah Jose dan berdiri tegak menunjukkan bahwa dia belum mabuk.Curt menepuk punggungnya. “Ya, tapi kau tidak bisa berpikir jernih. Dari pada kau terus mematahkan tulang orang, lebih baik kau pulang ke rumah. Temani istrimu, Man!”Thalia menerima kunci itu. “Terima kasih. Tapi, apa yang sudah dia lakukan?”
Read more
37. When Lust Defeats Love
Dia pun menuju telinga Thalia dan menggelitik di sana. Gadis itu kembali menggelinjang, dan Jose mendesis lagi, “Kau harus ingat dengan baik, siapa yang sentuhannya lebih membuatmu melambung. Mantan kekasihmu atau aku, suami di atas kertasmu!” Thalia tak bisa menjawab, terlebih lagi Jose sudah menarik seluruh gaun tidur Thalia dan melemparnya jauh-jauh. Dan jari besar dan kasarnya sudah menyelinap ke dalam celana dalam Thalia. Dia menggerakkan jarinya dengan kasar dan penuh kebencian. “Apa dia sepiawai ini, hah?!” desis Jose lagi. Pria itu menatap lekat-lekat wajah merah Thalia yang sedang menggigit bibir bawahnya menahan rasa nikmat yang melandanya. Jose mempercepat gerakan jarinya. Thalia semakin kewalahan. Kakinya telah terbuka lebar dan dia tak memikirkan lagi jika saat ini Jose bukan sedang mengajaknya bercinta, melainkan sedang menghinanya dan menghajarnya secara intim. “Katakan padaku!” Kemarahan Jose yang semakin bertambah seiring diamnya Thalia dan wajah istrinya yang ter
Read more
38. I'm A Stupid Beast
  “Jangan harap! Aku tak kan pernah memaafkanmu!” Selesai meneriakkan kalimat itu di wajah Jose, Thalia menghambur ke kamar mandi. Dia membuka shower dan membiarkan air dingin membasahi tubuh polosnya. Thalia memeluk dirinya di bawah guyuran air dan mendekap dirinya sendiri dengan kedua tangannya. Thalia terisak dan menangis tersedu-sedu. Pria yang mulai dia percaya, pria yang dipercaya ayahnya untuk menjaganya, nyatanya menjadi sosok yang malah memperlakukannya dengan begitu buruk. Dia merasa lebih dari seoggok samsak yang menjadi tempat pelampiasan amarah Jose. Kata demi kata penghinaan Jose masih terngiang jelas di telinganya. Itu semua menyakiti hatinya, menusuk hatinya dengan ribuan jarum yang tak kasat mata. Andai memang Jose menginginkan hubungan suami istri, kenapa tidak dia lakukan saja tanpa perlu mengatainya 'jalang'?  Hanya karena dia pernah berpacaran dengan Fernando, lantas dia dianggap bekasan f
Read more
Stay Away From Me!
  Thalia menuju teras dengan langkah mengentak kasar. Hatinya masih merasa teramat berat, teramat marah bahkan jika hanya sekadar untuk menatap wajah monster suaminya itu. Akan tetapi, saat dia tiba di sana, dia segera berubah pikiran. Thalia masuk kembali hanya untuk berpamitan pada Camila. Setelahnya, dia kembali ke teras namun hanya berlalu begitu saja dan langsung masuk ke dalam pick up Jose. Dengan begitu, dia tidak perlu berusaha berinteraksi dengan Jose. Melihat Thalia sudah langsung memosisikan diri di dalam mobilnya, Jose pun otomatis langsung berpamitan dengan Camila. Dia duduk di belakang kemudi, masih saling diam tidak tahu apa yang harus diucapkannya. Jose tahu kemarahan Thalia masih berkobar untuknya. Sepanjang perjalanan pulang pun mereka tetap diam, satu kata pun tak terdengar. Begitu tiba di rumah dan mobil berhenti, Thalia langsung membuka pintu dan turun. Dia tidak menunggu Jose. Thalia masuk sendiri ke
Read more
40. Tawaran Mrs. Milly
 Malam telah larut. Akhirnya, Jose kembali ke meja kerjanya setelah dia melihat Thalia bergelung di balik selimut. Dia tidak ingin membuat gadis itu kembali marah padanya. Jose pun membiarkan saja.Dari meja kerjanya, Thalia terlihat gelisah. Dia bolak balik berkali-kali hingga saat dia berbaring menghadap ke tengah ranjang, gadis itu mulai tampak tenang dan tertidur.Jose menatapnya dari meja kerjanya. Meski bermeter-meter jauhnya, tetapi setiap lekuk wajah Thalia sudah sangat dihapalnya. Bahkan jika dia memejamkan matanya, dia akan bisa membayangkan wajah Thalia dengan jelas, hingga ke detil-detilnya.Dari jarak itu, dia menatap wajah damai dan tenang Thalia. Dia terlihat cantik dan bersinar tanpa kemarahan di wajahnya.Hati kecil Jose menangis. Dia merindukan wajah damai dan lembut Thalia. Dia ingin sosok istrinya yang seperti dulu saat mereka ke El Chiflon kembali lagi.Tapi bagaimana caranya? Dia telah melukai Thalia begitu dalam.
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status