All Chapters of Terjebak Cinta Si Kaya: Chapter 31 - Chapter 40
48 Chapters
Bab 31. Niken yang Cemburu
Alex dan Elisa berjalan bersama melewati koridor-koridor sekolah hendak menuju kelas mereka, karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Entah mengapa mereka berjalan dengan pelan seolah tidak ingin momen itu cepat berlalu."Mmm... makasih ya Alex, udah mau nolongin aku tadi," kata Elisa."Bukan apa-apa kok. Yang penting luka kamu udah diobatin," jawab Alex sambil memandangi Elisa. "Kamu sekelas sama Joshua ya?" tanya Alex basa-basi karena ia sebenarnya sudah tahu jawabannya."Iya. Kamu?" tanya Elisa, juga dengan basa-basi karena sebenarnya ia juga telah mengetahui jawabannya."Kelas 11-A. Kelas kita sebelahan," jawab Alex."Ah, iya," jawab Elisa. Mereka sama-sama tersenyum sambil terus berjalan. Tentu saja selama perjalanan mereka ke kelas itu, Alex beberapa kali mencuri pandang pada Elisa dengan perasaan kagum."Ini udah nyampe kelasku," kata Alex. Tak terasa mereka telah sampai di depan kelas 11-A, kelas Alex. Elisa hendak berpamitan, t
Read more
Bab 32. Antara Steven dan Alex
Niken masih merasakan kesal dalam hatinya. Ia tetap terdiam sambil memikirkan bagaimana caranya agar Elisa tidak bisa mendekati Alex lagi. Namun di saat yang sama ia pun merasa tak berdaya karena ia sendiri belum pernah berkenalan atau pun berbicara secara langsung dengan Alex, sehingga bagaimana caranya ia bisa menjauhkan Alex dari Elisa?Tiba-tiba bunyi sebuah pesan notifikasi memecah lamunannya itu. Dilihatnya pesan yang masuk itu, yang ternyata berasal dari aplikasi pengirim pesan miliknya. Ia membuka aplikasi tersebut dan melihat ada sebuah pesan masuk dari seseorang yang diberinya nama Steven 11-A di situ.Niken membuka pesan dari Steven itu."Lagi apa?" tulis Steven dalam pesannya. Niken tak kunjung mengetik balasannya. Ia memandangi pesan tersebut dengan perasaan agak kesal. Ingatannya pun seketika melyang pada kejadian waktu itu.Kejadian sekitar semingu yang lalu...Saat itu Niken sedang duduk bersama Sonya di salah satu bangku yang terda
Read more
Bab 33. Alex Jatuh Cinta
Niken memandang Alex dengan perasaan senang karena kemungkinan siang itu ia akan diantarkan pulang oleh orang yang sangat disukainya itu. Sementara Alex hanya menunjukkan ekspresi wajah datar."Yaudah sana! Anterin, Lex!" pinta Joshua.Alex melihat ke arah Joshua sejenak. "Oke, oke," jawabnya dengan pasrah."Jagain loh, Lex, jangan sampe kenapa-kenapa anak orang," pinta Steven.Steven merasa sedikit kecewa karena tidak bisa mengantarkan Niken pulang pada siang hari itu meskipun ia telah berusaha membujuknya. Namun ia merasa tenang karena Niken diantar pulang oleh sahabatnya sendiri yang diketahuinya belum memiliki ketertarikan sama sekali untuk mencari pacar. Tapi meskipun begitu, ia pasti tetap merasakan cemburu dalam hatinya walau tidak banyak.Alex pun berjalan menuju parkiran motor, diikuti oleh Niken di belakangnya. Kemudian ia berbalik sebelum memasuki area parkiran motor, teringat akan sesuatu."Kamu tunggu di sini dulu ya. Aku mau pi
Read more
Bab 34. Restoran Cloud Nine
Pagi itu di kelas, Niken tidak bisa berkonsentrasi mengikuti pelajaran. Dari pagi sejak ia datang sampai saat ini pun ia masih saja memandangi Elisa dengan perasaan tidak suka. Namun di lain pihak ia juga mersa senang karena telah berhasil mengungguli Elisa atas Alex sebagai gadis pertama yang terlihat dibonceng oleh Alex, walaupun Elisa tak mengetahuinya.Jam istirahat pertama, Elisa dan Aurora berjalan menghampiri Niken yang masih saja duduk di dalam kelas."Ken, ayo ke kantin," ajak Elisa.Niken berusaha menunjukkan wajah biasa-biasa saja namun dalam hatinya ia mulai berpikiran buruk. Untuk apa selama ini ia pergi ke kantin bersama Elisa yang berbeda status darinya? Pikiran buruknya itu muncul hanya karena Elisa terlihat dekat dengan laki-laki yang ia sukai."Mmm... aku udah janjian sama Sonya sih. Ini mau turun," jawab Niken."Yuk, turun bareng," ajak Elisa."Eh, aku harus buru-buru soalnya Sonya nungguin transferan file dari aku," kata
Read more
Bab 35. Sepupu yang Iri Hati
Jam istirahat pertama. Hari itu Aurora tidak masuk sekolah karena sakit. Elisa pun merasa bingung harus mengajak siapa untuk menemaninya istirahat hari itu. Pilihannya pun akhirnya tidak lain tertuju pada Niken.Ia berjalan menghampiri Niken yang saat itu masih duduk di kursinya. Melihat Elisa berjalan ke arahnya, Niken pun beranjak dari kursinya dan berjalan menghampiri Sonya. Elisa berhenti karena melihat Niken berjalan menjauh."Son, ayo ke kantin," ajak Niken pada Sonya. Niken berpura-pura tidak melihat Elisa yang saat itu hendak mengajaknya istirahat bersama.Elisa pun merasa sedikit sedih karena hari itu berarti ia harus melewati jam istirahat sendirian. Akhirnya ia pun berjalan ke kantin sendirian dan membeli roti di sana, lalu membawa rotinya menuju ke salah satu gazebo yang ada di taman sekolah dan duduk di sana. Ia mulai membuka bungkus rotinya dan memakannya. Hatinya terasa suram karena kesepian yang dialaminya. Hari itu adalah kali pertamanya berisit
Read more
Bab 36. Pendekatan Ryan
Bel istirahat kedua berbunyi. Semua siswa di kelas Elisa keluar dengan teman-teman dekat mereka masing-masing, sedangkan Elisa masih saja duduk di kursinya. Ia merasa enggan keluar dari kelasnya karena tak mengetahui apa yang akan dilakukannya tanpa Aurora. Namun karena peraturan sekolah yang mengharuskan kelas kosong saat jam istirahat, ia pun bangkit berdiri dan berjalan keluar dari kelasnya.Tepat saat ia melangkah keluar dari ruang kelasnya, seseorang berdiri di hadapannya dan membuatnya terkejut. Ia pun melihat siapa yang menghalangi langkahnya itu. Ia menjadi semakin terkejut lagi mengetahui bahwa seseorang yang berdiri di hadapannya itu adalah Ryan, kakak kelas yang disukainya."Hai, Elisa," sapa Ryan dengan tersenyum."Halo... Kak Ryan...," balas Elisa dengan suara lirih karena terkejut Ryan sedang berdiri di hadapannya.Elisa merasa tak percaya kakak kelas yang disukainya datang ke kelasnya dan saat ini sedang berdiri di hadapannya. Apa yan
Read more
Bab 37. Bukan Mimpi
Ryan berjalan mendekat ke arah Elisa yang masih saja berdiri terdiam melihatnya di depan pintu kelas. "Ayok kita pulang," ajak Ryan."Iya, Kak...," jawab Elisa dengan pelan.Entah mengapa saat itu juga, suara petir menyambar di tengah hujan yang turun dengan lebatnya. Apakah itu suatu pertanda buruk? Ah, semoga saja tidak...Mereka pun turun ke bawah dan berjalan keluar dari lobby. Melihat hujan yang turun dengan derasnya, tentu saja mereka menghentikan langkah mereka di teras lobby."Aku ke mobil dulu ya, ambil payung," kata Ryan pada Elisa."Tapi hujan, Kak," kata Elisa mencoba mencegah Ryan."Nggak apa-apa. Deket sini kok parkirnya," jawab Ryan yang kemudian berlari dengan tasnya diangkat untuk menutupi kepalanya dari hujan.Setelah beberapa detik menunggu, Ryan berjalan kembali ke tempat Elisa berdiri dengan membawa payung berwarn biru muda yang sudah terbuka di tangannya."Ayok," ajak Ryan pada Elisa.Elisa pun berg
Read more
Bab 38. Tertampar Realita
Hari itu Aurora masih sakit sehingga belum bisa masuk sekolah. Namun hari itu perasaan Elisa tidak sesedih kemarin pagi mengetahui bahwa ia kini memiliki teman-teman lain yang berbeda kelas darinya. Ia pun memberanikan diri berjalan sendirian ke kantin, dan makan di sana dengan duduk di salah satu meja yang sama dengan beberapa anak lainnya yang berbeda kelas dengannya. Di meja yang berjarak beberapa meter dari meja tempat Elisa makan, Sandra memandanginya dengan tatapan tajam. Ia terus saja memperhatikan gerak-gerik Elisa dengan menahan amarah yang menggebu-gebu di dalam hatinya. Ia pikir peringatannya selama ini pada Elisa mampu membuat Elisa sadar, tetapi yang dilihatnya tadi pagi benar-benar membuat darahnya panas. Ia tidak menyangka bahwa anak beasiswa itu bisa melakukan tindakan yang menurutnya melewati batas seperi itu."San, liatin apa sih kok kayaknya serius banget?" tanya Kirana pada Sandra."Iya nih, diajakin ngobrol nggak nyahut sama seka
Read more
Bab 39. Pungguk Merindukan Bulan
Elisa duduk terdiam di salah satu gazebo di taman sekolahnya. Ia melamun memikirkan hal yang baru saja terjadi padanya di toilet. Ia telah menyangka bahwa Sandra pasti akan mengetahui kedekatannya dengan Ryan dan pasti ia kan mengganggunya lagi. Namun hatinya tetap saja sedih mengetahui hal tersebut benar-benar harus terjadi lagi pada dirinya.Sementara itu, Trio Casanova berjalan keluar dari kantin hendak menuju ke lapangan basket untuk melihat anak-anak lain yang sedang bermain basket di sana. Karena bel masuk sebentar lagi berbunyi, mereka pun memutuskan untuk tidak ikut bermain basket dulu saat itu. Sedari tadi mata Alex mencari-cari keberadaan Elisa namun tak kunjung menemukannya di dalam kantin. Sambil berjalan dengan sahabat-sahabatnya itu, matanya tetap mencari-cari di mana Elisa berada. Akhirnya ia pun menemukan Elisa sedang duduk melamun di gazebo."Josh, Ven, aku langsung ke kelas aja ya," kata Alex."Lah, ngecek tugas lagi?" tanya
Read more
Bab 40. Serigala Berbulu Domba
Pagi itu, kelas Alex sedang mengikuti pelajaran olahraga. Para siswa di kelas Alex saat itu sedang mempelajari teknik bermain voli di lapangan voli dalam sport hall. Mereka mengikuti pelajaran olah raga dengan sangat asyik dan menikmatinya. Mereka bergantian menggunakan lapangan untuk bermain, dan saat itu Alex belum mendapat giliran untuk bermain sehingga ia pun duduk di pinggir lapangan.Saat itu juga masuklah siswa-siswa dari kelas 11-B ke dalam sport hall menuju ke lapangan basket. Mereka baru saja mempelajari teori basket di kelas sebelum menuju ke sana. Alex sangat hafal bahwa teman-teman yang dilihatnya itu berasal dari kelas 11-B karena ia melihat Martin, Niken, dan tentu saja Joshua."Hei, bro!" Sapa Joshua menghampiri Alex kemudian melakukan high five. Saat itu, Steven sedang bermain voli di lapangan.Joshua pun berlari kembali ke kumpulan kelasnya di lapangan basket. Saat melihat Joshua berlari kembali itu, Alex melihat Elisa yang sedang berdiri denga
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status