Semua Bab THIS LOVE: Bab 11 - Bab 20
46 Bab
Bagian 11
Sudah setengah jalan setiap regu melewati jalur penjelahahan. Ada yang telah mendapatkan lebih dari 5 bendera, ada juga yang baru hanya mendapatkan 1 bahkan tidak sama sekali. Tergantung pada kecepatan dan ketelitian setiap anggota regu yang mengamati. Seperti halnya regu 2, setelah menempuh setengah perjalanan yang dijelahahi, mereka pun kini sudah berhasil mengumpulkan sekitar 4 bendera yang dipegang langsung oleh ketua regunya. Romeo yang kebetulan ditunjuk sebagai ketua oleh pemandu regu pun hanya memiliki tugas untuk memegang dan menjaga benderanya saja agar tidak hilang apalagi sampai rusak. Mengingat benderanya terbuat dari bahan yang mudah robek, maka para ketua pun bertugas untuk mengamankan benderanya dari apa-apa saja yang berpotensi membuat benderanya sampai robek. Sementara itu, para anggota lainnya diharuskan bersikeras mencari sisa bendera yang masih harus mereka kumpulkan demi memperbanyak jumlah totalnya nanti. Hingga pada saat Tria menemukan satu bende
Baca selengkapnya
Bagian 12
Tria tahu, seharusnya sejak awal dia tolak saja kebaikan si kakak tingkat menyebalkan itu. Meskipun ia rela menggendongnya hanya demi kebaikan Tria semata, tapi tetap saja, kini ia berhasil menjadi objek terutama saat menduduki topik terhangat yang sudah menyebar di hampir seluruh telinga penghuni kampus Nusa Wijaya."Ya ampun, Tria. Jadi ceritanya, lo udah mulai akrab nih sama ketua senat ganteng itu?" Tanpa pernah disangka, tahu-tahu Viona asal nyeletuk saja yang seketika membuat Tria harus memutar bola matanya begitu jengah.Lagipula, kenapa sih Viona harus sesotoy itu. Siapa juga yang mulai akrab sama si kakak tingkat menyebalkan itu. Yang ada, Tria malah merasa risih kali ketika tanpa sengaja ia mendengar setiap orang yang sedang menggosipkannya pasca melihat dirinya yang digendong oleh Mahesa tadi.Ya, ketika Tria digendong Mahesa akibat kakinya mengalami keseleo, sepanjang jalan menuju tenda Tria pun dipandang takj
Baca selengkapnya
Bagian 13
Saat giliranku tiba, aku pun menaiki panggung. Berdiri di hadapan semua orang yang sudah tidak sabar ingin menyaksikan penampilanku. Termasuk dua senior yang sejak tadi berada di dekatku dan saling berlomba untuk mendapatkan perhatianku.Aku tidak sedang merasa percaya diri atau bahkan sok merasa paling cantik sehingga di rebutkan oleh senior seperti mereka, tapi aku berkata yang sejujurnya. Aku berani bersumpah jika ada yang menganggap perkataanku bohong. Dirly memberiku senyuman semangat, sementara si cowok ajaib bernama lengkap Mahesa Gesa Geraldo itu hanya menatapku dengan sorot yang tak kumengerti.Aku memejamkan mataku sejenak, menarik nafas perlahan dan membuangnya dalam desahan panjang. Kurasa, sudah saatnya untuk aku menampilkan persembahanku. Harapanku hanya satu, mereka semua semoga terhibur dengan penampilanku. Saat musik mulai mengalun lembut, dengan segenap hati dan penghayatan yang dalam sebuah lagu yang sudah kupilih sejak mendafta
Baca selengkapnya
Bagian 14
Aku baru saja menuruni tangga. Berniat untuk membuang jenuh di depan televisi, karena ternyata berdiam diri di kamar seorang diri itu sangatlah membosankan. Suasana rumah begitu sepi, saat kulirik jam tangan rupanya jarum jam masih berada di angka 4. Aku mendesah bosan, ingin main tapi tidak punya tujuan sama sekali."Tria!"Bahkan aku baru saja duduk hendak menyalakan televisi, tapi panggilan itu membuatku harus menunda dulu niat awalku.Bibirku menyunggingkan senyuman ramah pada tante Netha yang kini tengah melangkah ke arahku, lalu tak lama kemudian tante Netha pun ikut duduk di sofa sebelahku. Kakinya disilangkan anggun dan punggungnya bersandar santai ke badan sofa."Malam ini kamu ga ada acara sama teman-temanmu kan, sayang?" tanya tante Netha menyentuh bahuku lembut.Aku lantas menggeleng, aku memang sedang tidak memiliki jadwal acara apapun dengan siapapun. Tapi ada apa ya, kok tiba-tib
Baca selengkapnya
Bagian 15
“Iihh Esa lepasin gue!” rontaku memberontak, tapi tetap saja tenaganya lebih besar dari tenagaku yang seuprit.Entah bagaimana caranya dia bisa tahu kalau aku ada di sebuah kafe di dalam mall. Padahal, aku juga gak pasang GPS. Aku bahkan gak bilang juga sama tante Netha, tapi kenapa ini orang bisa nongol gitu aja?“Esa, lepasiin gueee!!” rengekku ingin menangis.Perlakuannya ini sangat keterlaluan, dia menyeretku seperti penjahat yang berniat untuk melarikan diri dari kejaran polisi. Membuat semua perhatian orang yang sedang berlalu lalang di dalam mall tertuju fokus ke arahku. Sangat memalukan!Seretan penuh pemaksaan itu akhirnya disudahi oleh si cowok kejam ini. Tepat di parkiran mall dia melepaskan cekalan kuatnya yang sedari tadi melingkari pergelangan tanganku."Lo apaan sih? Gak usah seret-seret gue juga kali. Lo pikir gue sapi yang mau di kurbanin. Pake acara di seret-seret gitu, HAH??”
Baca selengkapnya
Bagian 16
Astaga!Aku terlambat.Gawat!Pagi ini ada kuis mata kuliahnya pak Eko. Denger-denger dari mahasiswa lain, katanya pak Eko itu dosen killer. Aduh, bisa jadi bencana besar kalau aku sampai telat masukin kelasnya.Selepas mandi dan berpakaian setelan kampus, aku pun segera menyambar tas kuliahku. Tanpa sempat membereskan tempat tidur terlebih dahulu aku lekas berlari keluar dan refleks membanting pintu kamar. Aku harus memburu waktu, atau aku tidak akan bisa mengikuti kuis dan mendapatkan nilai dari Pak Eko nanti.“Kamu gak sarapan dulu, Sayang?”“Enggak sempet, Tante. Aku sarapan di kantin kampus aja nanti,” gelengku bergerak cepat.Setelah menyempatkan diri untuk mencium tangan tante Netha sambil berpamitan, aku segera berlari keluar rumah. Aku harap ada taksi yang lewat dengan tiba-tiba ke depan rumahnya tante Netha. Supaya memudahkan perjalananku ke kampus tanp
Baca selengkapnya
Bagian 17
Aku tertawa renyah saat Dirly melontarkan lelucon. Dia pandai sekali melucu, entah diajari siapa sampai dia bisa nyeritain hal selucu itu.“Terus-terus gimana lagi?” tanyaku antusias.“Ya terus dia—““TRIA!!” interupsi sebuah suara menyentak lantang.Aku lantas menengokkan kepala ke asal suara dan mendapati Esa yang kini sudah berdiri tegap dengan kedua tangan terkepal di masing-masing sisi tubuhnya. Aku mendesah frustrasi, lagi-lagi dia selalu datang mengganggu di saat aku sedang bersama Dirly.Apa bahkan dia gak bisa sekali saja membiarkan hidupku tenang?"Ayo pulang!" ajak Esa bernada memerintah.Aku lalu beranjak dan menatapnya datar. "Duluan aja, gue masih mau di sini kok.""Lo ngebantah? Lo mesti pulang sama gue!" ujarnya tegas."Bro, lo duluan aja. Biar gue yang anterin Tria pulang nanti. Lagian, rumah kalian gak searah kan?
Baca selengkapnya
Bagian 18
Beberapa kali aku melirik jam perak yang melilit di pergelangan tangan kiriku. Sudah hampir pukul 9, tapi Dirly belum juga menampakkan dirinya.Aku memang sengaja menunggunya di parkiran, karena pagi ini sebelum masuk kelas aku berniat untuk bertemu dulu dengan Dirly. Setelah kejadian menguras emosi yang kemarin menimpaku, sudah tentu aku harus meminta maaf padanya.Terutama tentang pukulan Esa yang membuat sudut bibirnya sobek hingga mengeluarkan darah. Meskipun itu perbuatan si cowok kejam, tapi kalau bukan karena aku, bogem mentah dari tangan Esa pun gak akan melayang telak melukai Dirly.Kuharap dia bisa memaafkan perlakuan kasar Esa. Bukan karena aku ingin membela cowok itu, tapi aku hanya tidak mau kalau Dirly menyimpan dendam kesumat dan berujung dengan gontok-gontokkan lagi saling membalas dendam.Aku mengetuk-ngetukkan ujung sneaker hitam ku ke tanah yang dialasi rumput-rumput hijau di bawahku. Dirly
Baca selengkapnya
Bagian 19
“Demi Tuhan, lo junior paling beruntung di kampus ini. Diperebutkan sama dua senior ganteng yang rela berbuat konyol kayak gitu, demi untuk bisa bersama lo. Gokil! Gue jadi iri sama lo."Aku menghela napas panjang saat mendengar tuturan kalimat yang Anna lontarkan. Ya, dia adalah salah satu di antara teman-temanku yang juga sudah melancarkan komentarnya terhadapku mengenai kelakuan cowok-cowok nekat itu.Entah mereka berniat memuji atau justru mengejek, aku sama sekali tidak ambil pusing. Aku hanya mencemaskan skor Dirly yang tertinggal beberapa angka dari Esa. “Gue pasti menang, dan gue harap lo gak pura-pura lupa saat kemenangan berpihak ke gue nanti,” kicau Esa percaya diri di tengah wajahnya yang sudah dibanjiri buliran keringat sebesar-besar biji jagung.Aku sampai harus menelan ludahku sendiri saking ngerinya melihat mereka. Bagaimana bisa mereka melakukan battle gila ini? Di saat semua orang waras mengadakan pertandingan adu kekuatan dalam be
Baca selengkapnya
Bagian 20
“Tria, gue minta maaf Tria. Gue beneran menyesal karena udah ngambil tindakan yang justru malah bikin gue kalah sendiri. Demi Tuhan! Niat gue cuman pengin bantu lo agar terlepas dari jeratan Esa aja, tapi gue—““Tapi lo gak pikir panjang sebelum mengambil tindakan!” sentakku seraya menghentikan langkah yang sekaligus membuat Dirly mengejarku sedari aku melengos pergi dari hadapan kedua cowok itu.Napasku memburu, selain sedikit kecapekan karena langkah cepatku aku pun merasa lelah dengan keadaan ini. Dirly terlalu membuatku kecewa, tindakannya itu sama sekali gak bisa untuk dibenarkan.“Gue tau Tria....” Lirihnya nyaris berbisik, sesaat dia kembali menundukkan kepalanya. “Tapi gue terpaksa melakukan itu, gue pikir dengan cara itu Esa bakalan nyerah dan tumbang sebelum mencapai puncak....” lanjutnya yang sudah menatapku lagi dengan sorot penyesalan.“Tapi kenyataannya, dia lah yang keluar sebagai pemenangnya,"
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status