Semua Bab PARANORMAL CANTIK: Bab 31 - Bab 40
119 Bab
Cahaya Pedang Kuasa Dewa
"Siapa kira-ira yang menguntit kita kemarin?" Bagus bertanya kepada Alena saat mereka sedang sarapan. "Aku juga belum tahu namun setiap melihat wajah orangnya aku seperti merasa sangat mengenalnya tapi belum dapat aku ketahui siapa wanita itu," jawab Alena sambil terus menikmati sarapannya. "Apakah tidak ada kemungkinan kalau orang itu merupakan seorang yang non bidadari kenal?" tanya Bagus lagi. "Aku juga belum bisa memastikannya walaupun kemungkinan itu selalu ada, karena sepanjang yang aku rasakan orang itu mempunyai kekuatan Bidadari tapi aku belum bisa memastikan siapa dia" Jelas Alena kepada Bagus. Mereka berdua cukup lama terdiam mengurai misteri yang selama ini menggelayuti mereka entah rahasia apa yang menanti mereka kedepannya. Ketika mereka sedang duduk menikmati sarapan tiba-tiba tanah yang mereka pijak bergetar hebat seakan mau merobohkan apa saja yang ada di atas du
Baca selengkapnya
Turunnya Bidadari Atas Angin
Mobil yang di kemudikan Alena sudah memasuki halaman hotel tempat perempuan yang dia ikuti tempo hari. Begitu mobilnya sudah terparkir di depan hotel itu hatinya terus berdebar-debar dia sandarkan dulu badannya di kursi mobil untuk menenangkan pikiran. Setelah mereguk air putih yang tadi dia beli di jalan dan menarik napas panjang berulang kali dia baru merasakan perasaan hatinya sudah sedikit lega kemudian baru Alena memberanikan diri melangkah ke lobi hotel. Alena melangkah dengan pikiran yang tak karuan berbagai pikiran menggelayut di benaknya setelah hampir sampai di lobbi hotel dia kembali merasa ragu. Namum demi mengetahui kebenaran siapa wanita yang selalu menguntit perjalanannya akhirnya dia mencoba kembali menguatkan hatinya. "Permisi," Alena menyapa resepsionis hotel itu. "Maaf apakah tamu yang menginap di kamar 502 masih menginap di sini?" tanya Alena lagi.&nbs
Baca selengkapnya
Peperangan Para Dewa
Alena menatap ibunya yang memandangnya dengan pandangan serius, pandangan ibunya berulang kali di alihkan ke arah Sungai Musi yang mengalir membelah kota Palembang melewati samping tempat mereka duduk sekarang. "Kamu ikut ibu berjalan-jalan di samping Sungai Musi!" Ibunya berkata sambil beranjak dari duduknya. Mereka berdua berjalan menyusuri tepian Sungai Musi yang merupakan satu-satunya sungai yang membela kota Palembang. "Alena kamu tahu kenapankamu di turunkan di sini dalam menjalankan misimu mencari pedang kuasa dewa yang hilang?" Tanya Bidadari Atas Angin kepada Alena ketika mereka berjalan menyusuri tepian sungai. "Tidak tahu ibu, aku tahunya ini kehendak dewa tertinggi," Jawab Alena dengan polos. Ibunya yang mendengar jawaban yang di berikan Alena menatap putrinyandengan tatapan matanya yang bening. "Benar turunnya kamu ke sini karena kehendak Dewa Te
Baca selengkapnya
Wabah Hitam
Pagi hari semua media memuat berita tentang kematian mendadak penduduk di berapa wilayah yang ada di Palembang. Dari pagi sampai malam berita televisi mengabarkan tentang kematian penduduk itu, Alena yang dari tadi memantau berita dari semua saluran televisi menjadi melamun menonton berita tersebut. "Apa yang non lamunkan?" Bagus yang tiba-tiba muncul langsung bertanya melihat Alena merenung mendengar berita tersebut. "Ohhh... tidak hanya merenung melihat kejadian yang di beritakan di TV, kenapa aku merasa ada sesuatu yang aneh dengan kejadian ini," Ujar Alena kepada Bagus. "Aneh bagaimana non?" Bagus Bertanya lagi. "Coba kamu perhatikan setiap korban yang di tayangkan di TV ada satu kesamaan dari korban itu yakni bagian lehernya," Jelas Alena kepada Bagus. "Benar aku melihat ada kesamaan kejadian yang menimpa warga Palembang kali ini dengan wabah maut hitam
Baca selengkapnya
Racun Kala Hitam
Dalam satu kesempatan Alena mengakhiri aliran kekuatannya dan berteriak dengan sangat kencang kemudian tangannya dengan cepat seperti menangkap sesuatu dari dalam air. Setelah tangannya seperti menangkap sesuatu di dalam air Alena segera berdiri dari posisi jongkok tangannya yang dari tadi tergenggam langsung dia buka. Di dalam telapak tangan Alena tiba-tiba muncul cahaya hitam pekat berpendar-pendar, Alena tersenyum menyeringai melihat warna di telapak tangannya. "Racun Kala Hitam," teriak Alena dengan bibir bergetar. Bagus yang mendengar teriakan Alena segera menghampirinya sambil matanya tiada henti memperhatikan telapak tangan Alena. "Siapa pemilik racun ini?" tanya Bagus Penasaran.  "Racun ini di miliki...". Belum sempat Alena menyelesaikan kata-katanya tiba-tiba dari udara terdengar gelombang angin yang menyerang mereka.
Baca selengkapnya
Munculnya Dewa Muara
"Ada apa non?" Tanya Bagus kaget. "Sepertinya kita kedatangan tamu diluar, coba kamu sambut tamu kita," Jawab Alena yang kemudian duduk. Mendengar apa yang di katakan Alena membuat Bagus buru-buru berlari keluar rumah menyambut tamu yang di maksud Alena. Tak lama kemudian dari arah depan rumah terdengar langkah kaki yang datang diikuti nongolnya kepala Bagus bersama dengan satu sosok orang tua yang memakai pakaian serba putih seperti jubah. Begitu masuk orang tua itu memperhatikan keadaan seluruh ruang tamu tempat mereka berada. "Silakan duduk kek, terima kasih sudah mau mampir ke tempat ala kadarnya ini," Alena mempersilahkan orang yang baru datang itu untuk duduk. "Hehehe.... Apakah kamu mengenalku gadis cantik" tanya kakek itu sambil duduk di sopa tempat mereka duduk. "Bagus bikinkan tamu kita kopi," Alena berkata kepada Bagus.
Baca selengkapnya
Alam Tartaros
Semua mata memandang Bagus yang berteriak, Alena langsung meloncat dari duduknya dan membantu menenangkan kesakitan yang Bagus alami.  "Ada apa?" Alena langsung bertanya melihat Bagus sudah tenang. "Aku merasa kesakitan karena melihat kilasan-kilasan berwarna merah di beberapa titik Kota Palembang, ketika kilasan itu masuk aku seperti merasakan tusukan ribuan jarum yang menyayat-nyayat," jawab Bagus yang sudah bisa duduk kembali langsung menjelaskan. "Dewa Muara kenapa memberi tanda harus seperti ini," Gumam Alena namun masih bisa di dengar oleh Bagus. "Apa maksudnya non?" Tanya Bagus bingung. "Itu tadi Dewa Muara mentransfer penglihatannya kepadamu, namun karena kekuatan jin tidak kuat menampung kekuatan dewa sehingga kamu kesakitan, tanda yang di tunjukkan Dewa Muara Itu menandakan ada kedatangan makhluk yang jahat lagi yang singgah di kota ini, adapun kilasan-kilasan ini
Baca selengkapnya
Goncang Alam Tartaros
Alena mendengar bentakan keras diikuti lesatan sinar hitam langsung menghentikan larinya, dia meloncat tinggi menghindari pukulan itu. Dalam keadaan meloncat tangannya yang sudah di isi kekuatan langsung dihantamkan ke depan menangkis serangan Resi Sesat. Suara ledakan keras memenuhi seluruh tempat itu memunculkan pijar api yang sangat terang. "Besar sekali rezekiku ternyata ada bidadari kesasar berani menantangku di di Alam Tartaros ini," Sumbar Resi Sesat dengan pandangan mata tajam. "Resi Sesat seharusnya dulu para dewa langsung menghancurkan kamu bukan memasukan kamu ke penjarah l, namun aku tidak akan mengulangi kesalahan dewa yang menangkapmu, aku akan menghancurkan kamu sampai ke akar-akarnya," bentak Alena dengan garangnya. "Hahaha.... kau akan menjadi Bidadari pertama yang akan di makan racun kala hitam sebelum racun ini aku lepas di negeri dewata," Sumbar Resi Sesat.
Baca selengkapnya
Mayat terbelah
Malam yang dingin di sebuah lestoran siap saji orang-orang yang sibuk dengan pekerjaan seharian mulai berjubelan memesan makanan untuk mengisi perut. Diantara jubelan orang itu terlihat satu sosok wanita muda memakai pakaian ketat warna merah dengan langkah anggun memesan makanan di konter pemesanan. Dengan rambut tergerai panjang yang ketika berjalan terlihat riap-riapan di tiup angin menambah pancaran aura kecantikannya. Setiap lelaki yang ada di lestoran siap saji itu tak ayal langsung menatap wanita itu dengan pandangan terpana. Malam yang semakin dingin tidak dihiraukan oleh wanita itu seakan udara malam tidak bisa membuat badannya yang di balut pakaian ketat menjadi dingin. Setelah melihat ke seluruh ruangan lestoran wanita itu memilih duduk di sebuah meja kosong dengan anggun dia langsung menyantap makanannya. Sedang asik wanita itu menyantap makananny
Baca selengkapnya
Betina Pelahap Jantung.
Di rumah sakit Alena bersama Kapten Japar segera menemui dokter, dokter yang sudah sangat kenal dengan mereka langsung menyambut dan mengajak melihat korban sementara Bagus menunggu di depan. "Apakah ada yang di hilang dari badan korban dokter?" tanya Alena kepada dokter tersebut. "Semua anggota badannya lengkap kecuali jantung dan ada satu keanehan dari mayat korban, luka terbelah di badannya di sebabkan bukan karena benda tajam," jelas Dokter. "Maksud dokter?" Kapten Japar bertanya bingung. "Luka ini berdasarkan analisis kami di sebabkan oleh kuku, namun kami juga merasa heran kuku seperti apa yang bisa merobek dada seperti ini," dokter menjelaskan sambil memandang mereka berdua. Alena hanya terdiam saja mendengar penjelasan dokter kepada mereka, tangannya perlahan dia gerakan menyentuh bekas luka tersebut. Begitu tangannya menyetuh bekas luka tersebut Alen
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status