All Chapters of KILLER MASK: Chapter 21 - Chapter 30
46 Chapters
Suspicion
   Aghata berdiri sepadan dengan pria suruhan Clarista. Tangannya menghibas di depan wajah pria itu, menyuruhnya pergi meninggalkan Aghata dan Clarista agar berbicara empat mata. Melihat raut wajah Aghata yang terlihat tenang, Clarista merasa gugup seraya menelan air liur. Kemudian ia sedikit tersentak saat Aghata berdengus.      Aghata berkata, “Aku memergoki pria itu saat berusaha menguping pembicaraanku dengan Gisele. Jika mataku tidak bertemu dengan mata pria itu, mungkin saja aku tidak sadar kalau sedang dimata-matai. Setahu aku, ini sudah dua kali kamu menyuruh orang lain untuk memata-matai aku. Bagaimana jika Pak Anderson tahu, kalau kamu sedang mencurigai asistennya?”      “Aku juga mulai jemu karena menaruh curiga padamu. Tetapi sejak kamu bekerja di Alto Grup, berbagai masalah tiba-tiba timbul hanya jarak beberapa hari. Dan aku selalu merasa ada kejanggalan dengan setiap masalah yang terjadi. Jujur saj
Read more
A Deal
   Keheningan malam itu mulai mencekam hingga terasa sejuk. Bahkan karakter dingin dari seorang Aghata berpadu dengan angin yang berhembus. Entah mengapa bisa menjadi seperti itu, tapi Andi adalah penyebab dari perubahan suasana hati Aghata. Hanya karena keraguan di benak Andi, singa yang bersemayam di tubuh Aghata perlahan terbangun. Aghata tak terima jika ada yang berusaha menilai keputusannya, meskipun orang itu adalah Andi.      Aghata selangkah lebih maju mendekati Andi, menatap dengan tajam tanpa senyuman. “Hanya karena dia berguna untukku, bukan berarti aku tidak bisa membunuhnya. Aku bisa saja membunuh Glen saat ini juga di depan matamu secara langsung! Tapi tidak aku lakukan karena dia masih berguna. Jadi ... jangan menilai tentangku seolah kamu paham betul bagaimana diriku! Kamu hanya anak anjing yang aku pungut karena rasa iba.”      Andi merasa tertegun dengan ucapan Aghata. Bahkan ucapan Aghata lebi
Read more
Executing the Plan
   Dari jarak 2 meter, terlihat samar mata Nando yang bergetar. Ia sedikit menyesal dengan keputusannya sebab kompensasi yang Aghata minta pasti bukan suatu hal remeh. Orang lain pun bisa menebak raut wajah Nando yang sedang ragu. Meski begitu ia tetap memberikan kompensasi pada Aghata untuk menjaga martabatnya sebagai seorang pemimpin.    Nando tersenyum pahit sebelum mengatakan sesuatu. “Dilihat dari matamu ... sepertinya kamu tertarik dengan jabatan. Tapi tidak mungkin kamu menginginkan posisi CEO, ‘kan?” terka Nando terdengar ragu.    Aghata terbahak mendengar tawaran itu keluar dari mulut Nando sendiri, di mana anaknya, Anderson, lebih pantas menduduki posisi CEO. Tentu saja Aghata menginginkan posisi CEO, tapi ia belum membutuhkannya. Aghata berdehem sebelum melayangkan keinginannya.    “Aku tidak tertarik untuk menjadi CEO Alto Grup, tapi ada satu pos
Read more
Eating together at Nando's residence
    Aghata mendekat ke arah Andi yang sedang menodongkan moncong pistol di pelipis pria itu, mempertegas sisi pistol yang Andi pegang. Dan ternyata pistol itu terlihat mirip seperti milik Aghata. Bahkan Andi memegang pistol itu tanpa terlihat keraguan yang terlukis di wajahnya.    “Kenapa kamu lama sekali?” gerutu Andi terlihat kesal.    Aghata terus memperhatikan pistol di tangan Andi sambil berkata, “Pistol itu seperti milikku? Sejak kapan kamu mempunyai pistol?”    “Ini memang milikmu ... aku mengambilnya diam-diam saat ke kamarmu,” jawab Andi merasa bersalah.    “Lalu apa yang ingin kamu lakukan padanya?”    Andi melihat pria itu dan baru menyadari tindakannya yang terlihat sedang menodong pria itu. “Aku hanya ingin membantumu, Aghata. Lagipula dia hampir mel
Read more
Have you ever regretted something?
   Tulisan berwarna merah di dinding membuat Nando tak sadarkan diri di lantai. Suara pecahan vas kaca ke lantai terdengar sangat keras sampai seisi orang di rumah itu terbangun. Natalia dan Anderson sampai keluar kamar untuk melihat apa yang terjadi. Begitu keduanya membuka pintu, Nando sudah tak sadarkan diri di lantai.      Natalia berlari menghampiri Nando, memangku kepala Nando seraya berusaha membangunkannya. Anderson yang melihat Sang Ayah tiba-tiba pingsan langsung mengambil beberapa alat medis untuk membuat kesadaran Nando kembali.       Beberapa pengawal yang ada di rumah itu berkumpul di ruang keluarga, mendapati Natalia dan Anderson yang sedang membangunkan Nando. Awalnya semua orang yang ada di dalam ruangan itu tidak sadar akan penyebab Nando pingsan. Tapi kemudian Natalia berteriak histeris melihat tulisan berwarna merah seperti darah di dinding. Teriakan Natalia membuat semua orang terpaku p
Read more
Investigation
   “Aku tidak menyesali hal apa pun sampai saat ini.” Tak terlihat rasa bersalah di wajah Nando saat menjawab pertanyaan Aghata. Hal itu membuat Aghata terkejut sampai tak tahu harus berekspresi seperti apa? Pada akhirnya Aghata hanya memasang raut wajah datar yang terlihat di mata Nando, sementara menurut pandangan Glen, raut wajah Aghata terlihat sangat mengerikan.      Perlahan sudut bibir Aghata mulai timbul. Ia menyeringai, menampakkan sebagian gigi berwarna putih. Pupil mata Aghata menatap tajam mata Nando.      “Kalau begitu aku juga tidak akan menyesali perbuatanku selama ini ... Anda terlihat sangat keren saat berkata, ‘Aku tidak menyesali hal apa pun sampai saat ini’. Karena itu ... aku akan menjadikan Anda sebagai panutan untuk segala perbuatanku ... dan mulai saat ini, tak ada yang perlu aku sesali.”      Nando terbahak! Seolah Aghata menganggap dirinya memang panutan y
Read more
Box Without Sender's Name
   Sebuah kotak berwarna hitam polos yang tampak misterius dikirim untuk Aghata. Tak ada nama pengirim di kotak itu, apalagi inisial si pengirim paket. Clarista tahu mengenai Aghata yang mendapat paket misterius, ia terperanjat dari tempatnya penasaran dengan Aghata yang sedang membuka kotak itu.      Namun, setelah kotak berwarna hitam polos itu dibuka, terdapat kotak lagi berukuran kecil. Aghata dan Clarista semakin dibuat bingung dengan paket yang Aghata dapat. Begitu Aghata membuka kotak berukuran kecil itu, mata Clarista langsung membelalak. Terdapat kertas di mana berisi sebuah foto Aghata yang dicoret dengan noda berwarna merah.      Aghata mungkin memang terkejut, tapi tidak terlalu terkejut seperti Clarista, tercengang sampai tak bisa berkata-kata. Sontak Aghata membalik sisi belakang foto tersebut. Ada sebuah tulisan yang tertera dengan tinta merah di belakang foto Aghata.    
Read more
Don't cross the line!
Dalam kurun waktu tiga tahun, kebersamaan seperti keluarga yang tinggal serumah membuat Andi melihat Aghata sebagai seorang wanita. Berawal dari kekhawatiran, rasa ingin melindungi, dan kenyamanan. Awalnya Andi tak menyadari perasaannya terhadap Aghata, tapi setelah Aghata menekankan bahwa Andi terlalu berlebihan dalam keputusan Aghata, dia baru sadar ada secuil rasa yang timbul seperti benih di lubuk hatinya.   Andi berusaha keras menyangkal perasaannya agar tak melewati batas. Tapi sayang sekali! Dia tak memampu membendung perasaannya. Sampai akhirnya dia mengatakan semuanya pada waktu yang tidak tepat.   Di hadapan Andi, entah mengapa Aghata tak bisa berkata-kata. Pikirannya menjadi tak karuan sampai memilih untuk diam. Dia juga tak tahu harus menjawab perkataan Andi seperti apa. Nada yang terdengar bukan seperti meminta jawaban, tidak juga meminta pengakuan dari perasaan Aghata sekarang, tapi hanya sekedar ungkapan.  
Read more
What is the Purpose of My Life?
   Kaki terus melangkah dengan lunglai, sedangkan otak terus bekerja memikirkan sesuatu dengan keras. Sejak meninggalkan rumah duka, Aghata berjalan tanpa arah dengan tatapan kosong. Bagaikan air sungai yang terus mengalir meski ada bebatuan menghadang.    Selama ini Aghata seperti berada dalam dunia yang hanya ada warna hitam dan putih. Tak ada kesan yang berwarna baginya. Namun, ada beberapa orang menghampiri mempunyai warna tersendiri. Sama seperti anak 10 tahun di rumah duka. Baru kali ini ada yang bertanya pada Aghata.    Tidak!    Baru kali ini ada yang berani mendekat ke arah Aghata lebih dulu. Anak itu dengan polos dan berani menanyakan Aghata, apa tujuan hidupnya? Dan pertanyaan itu kini terus terngiang di kepalanya. Sudah lebih dari 5 tahun, Aghata mencoba bangkit dari keterpurukan. Melawan trauma yang mengikat dirinya. Berusaha menjadi wanita tangguh. Tapi apa arti itu s
Read more
Are they the same person?
   Pagi hari buta, Glen sudah duduk di sofa dalam apartemen Aghata, disajikan secangkir kopi hangat. Entah apa yang Aghata butuhkan sampai memanggil Glen, padahal seharusnya Glen masih berada di dalam alam bawah sadar. Tentu saja Glen merasa kesal, wajahnya ditekuk sedari tadi, melihat Aghata dengan sinis.      Namun, sudah lebih dari 1 jam Aghata tidak mengatakan sepatah kata pun. Glen mulai merasa bosan hanya duduk diam.      “Cepatlah katakan sesuatu! Tidak mungkin kamu memanggilku hanya karena iseng?” Glen akhirnya angkat suara.      Aghata berkata, “Aku yakin kamu sudah dengar kabarnya. Wanita di unit sebelah meninggal karena ditikam orang tak dikenal. Saksi mengaku kalau melihat pelakunya memakai jubah dengan tudung yang menutupi wajah, tapi ... aku penasaran dengan hal lain.”      “Kamu penasaran dengan apa?”     
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status