All Chapters of 2'20: Chapter 21 - Chapter 30
60 Chapters
21 - As You Wish
Bagi Jane, di dalam kelompok mereka Wonu bisa dibilang sebagai pemimpin kelompok yang kompeten. Pemuda itu sangat cepat memahami segala situasi, lalu membuat keputusan tepat, dan langsung bergerak. Dia sangat tahu bagaimana cara untuk mengendalikan dirinya dan Cuna, dia tahu bagaimana cara untuk membuat mereka semua tetap miliki pikiran yang waras di dalam dunia yang sangat memuakkan ini.Semenjak Cuna berubah menjadi wrena, semenjak gadis itu sadar bahwa dia memiliki kemampuan yang lebih bagus dibandingkan Jane dan Wonu yang masih menjadi manusia, Cuna selalu menyerahkan tugas terberat untuk dirinya sendiri. Jane akan bersama Wonu, dia akan terus mengikuti perintah pemuda itu karena dia tahu bahwa Wonu mampu membantu mereka untuk selamat.Selama ini, dua orang itulah yang banyak bertugas untuk keselamatan grup mereka.Dia bahkan tak bertambah kuat sejak hari itu. Kematian Hanbin karena kecerobohannya, kematian Nira karena emosinya, dia tak mempelajari apapun se
Read more
22 - Pelatihan
“Kau maju, terus bush!” ucap Putra sambil memperagakkan posisi yang benar dalam meninju, “Kalo menggunakan tongkat, maka bum! Lalu dang! Setelah itu bush!” lanjutnya sambil terus memperagakkan, lengkap dengan mulutnya yang terus mengutarakan bunyi dari serangan itu. “Ngerti?”“KAGAK LAH ANJIR! YAKALI!” kesal gadis itu membuat Putra menatapnya kesal.“KAU BODOH ATAU APA?!”“KAU YANG TAK PINTAR MENJELASKAN BEGO!”“KAU SAJA YANG TAK BISA MENCERNA PENJELASANKU!”“Mereka takkan bisa berlatih bersama,” gumam Arta bersamaan dengan Citra dan Cuna yang terbahak keras melihat perkelahian Putra dan Jane.“KAU HANYA PERLU MAJU SELANGKAH DAN BUM! LALU DANG!” “GAK NGERTI PUT! JANGAN GUNAKAN BAHASA ALIENMU!”Arta menghela napas pelan lalu beranjak pergi mendekati kedua orang itu,
Read more
23 - Persiapan
Cuna menatap sekelilingnya, memerhatikan beberapa bangunan besar dan sebagian spanduk yang memiliki tulisan sejenis, tentang peringatan untuk bersembunyi, menyimpan beberapa persediaan makanan jenis kacang-kacangan, dan jangan keluar kecuali terdesak. Citra memerhatikan gadis itu yang masih menatap sekelilingnya, “Tulisan besar itu? Kami membuatnya saat kekacauan terjadi kemarin.”“Di Jakarta semua orang berlomba memakan sesama karena informasi bodoh yang disebarkan oleh para Wrena melalui tv dan radio,” balas Cuna santai. “Mungkin sekarang mayoritas orang Jakarta sudah menjadi Wrena.”“Kami tak menemukan banyak Wrena disini.” Putra ikut menimpali, “Lebih banyak korban berjatuhan ataupun Pati dibandingkan Wrena, kupikir karena karakter rakyatnya juga.”“Karakter rakyatnya?” tanya Cuna tak paham.“Kau tahu sendiri, banyak orang yang lahir dan besar di Nusantara, tapi tak memiliki
Read more
24 - Jiwa dan Aura
Jane menatap mangkuk berisi bubur kacang hijau di tangannya dalam diam setelah itu mengangkat kepala, menatap empat orang dihadapannya yang kini memakan daging panggang. Baunya persis seperti steak, dengan bagian luar yang memiliki warna coklat gelap, sedangkan dalamnya berwarna merah menyala, terlihat indah sekaligus lezat. Dia tak tahu Arta bisa menyajikan masakan semengagumkan ini, andai saja dia tak lupa bahwa itu adalah daging Wrena, dia pasti sudah memakannya sejak tadi.“Kau mau?” goda Putra menusuk sepotong daging itu dengan garpunya, menyerahkan sepotongn makanan itu pada Jane. “Kau takkan menyesal mencoba steak buatan Arta, ini sangat enak!” lanjutnya menggoda sambil menyantap makanan itu dengan penuh penghayatan di hadapan Jane.Gadis itu merotasi matanya dengan malas melihat ekspresi Putra, “Aku hanya akan memakan daging, jika itu adalah dagingmu.”Putra menelan makanannya itu dengan cepat sambil
Read more
25 - Topeng
Mereka melanjutkan perjalanan menuju Malang dengan sangat lancar karena ketiga kawan barunya itu yang sangat hafal jalanan tiap daerah dan dengan mudah menghindari tornaro-tornado yang hendak muncul. Cuna dan Jane seperti memiliki penglihatan baru karena mata batin yang baru saja dibuka oleh Citra dan Putra sore lalu, tak seperti kebanyakan rumor yang mengatakan bahwa mata batin bisa membuat mereka melihat banyak mahluk mengerikan, sejauh ini, baik Cuna ataupun Jane sama sekali tak melihat hal-hal menakutkan di sekitar mereka.Citra sempat bercerita bahwa semenjak tornado itu datang untuk pertamakalinya, hantu-hantu kelas bawah seperti pocong, kuntilanak, dan kawan-kawannya, seakan telah berubah menjadi zat lain. Salah satunya adalah Banaspati yang kini digunakan sebagai senjata untuk para Wrena. Putra berteori bahwa mungkin saja, tipe hantu seperti itu telah dimusnahkan di dunia ini jika mereka tak bisa digunakan sebagai senjata.Kebanyakan yang Cuna maupun Jane lihat
Read more
26 - Kota Malang
Gadis itu perlahan terbangun dengan topeng di wajahnya, dia menatap sekelilingnya, mata pada topeng itu kini bisa ikut melirik kesana-kemari layaknya mata manusia. Cuna menelan salivanya tanpa sadar melihat hal itu di sampingnya. “Dewi Galuh Candra Kirana, ini saya … Raden Inu Kertapati.” Keempat orang itu terdiam mendengar monolog dengan suara yang begitu menenangkan dan sopan keluar dari mulut Citra. Gadis yang sedang diperhatikan itu lalu dengan cepat menepuk topeng yang menempel di wajahnya sendiri, lalu mengerang kesal dan melepaskannya. “Raden dari mana anjing?!” kesalnya membuat tawa Putra pecah seketika. Belum saja Citra membuka suara untuk menjelaskan sekaligus mengomel karena dipasangkan topeng saat dia sedang tidur, Putra lebih dulu memasangkan topeng berwarna putih itu ke wajahnya sendiri. Jane menatap pemuda itu dengan mata membulat ketika Putra dengan tiba-tiba berdehem berkali-kali, lalu berucap dengan suara
Read more
27 - Bulan Purnama
Lingga mengadahkan tangannya, menatap kosong sebuah duri runcing yang berwarna ungu yang kini melayang di atas telapaknya, duri itu juga sedikit memiliki kilat cahaya karena bulan purnama yang ada di atas mereka. Dia sudah tahu mengapa kekuatan ini kembali padanya, mungkin saja— “Kudengar Regar mati?” buka Grilya seakan menyuarakan pikiran Lingga. “Hati-hati dengan ucapanmu, kata-kata itu adalah doa,” guraunya membuat Grilya merotasi bola matanya dengan malas.   “Aku juga berdoa dia mati,” lanjut Grilya pelan. “Dasar iblis.” “Terima kasih.” Gadis itu mengayunkan kakinya dengan santai, dia masih terduduk di salah satu bangku taman, berhadapan langsung dengan Lingga yang kini masih menatapi kekuatan barunya itu sambil bersandar di bawah pohon, bersebrangan langsung dengan posisi bangku taman yang sedang Grilya duduki. “Duri ini, akan menghujani siapapun yang mencoba melepaskan topeng dari tubuhnya.” Lingga menatap duri itu y
Read more
28 - Portal Dimensi (1)
“Daerah kampus memiliki banyak pepohonan,” lanjut Citra mengabaikan respon Arta yang sama sekali tak paham dengan apa yang dia katakan. “Dan kupikir, kita seharusnya menghindari cahaya bulan purnama.”Apa yang Citra katakan memang tak berlebihan, mengingat bagaimana sebelumnya orang berlalu-lalang dengan santai di bawah sinar bulan menggunakan topeng, juga ketika Jane dan Putra keluar dari mobil tanpa topeng dan langsung mendapatkan serangan. Arta sama sekali tak menyangkal tentang kecurigaan Citra perihal cahaya bulan.Walaupun sejujurnya mereka tak begitu tahu apa yang benar-benar berbahaya disini.Kelima orang itu akhirnya melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, masuk ke dalam bangunan-bangunan kampus untuk menghindari cahaya bulan, dan mencoba menemukan manusia waras di sana untuk mendapatkan informasi lebih.“Oh, kau masih membawa tongkat pisau dari Arta? Kupikir kau pandai tangan kosong?” ejek Putra
Read more
29 - Portal Dimensi (2)
Dibandingkan muncul tiba-tiba, portal sebelumnya lebih seperti sedang datang dan langsung menelan Cuna hidup-hidup, dia bahkan sangat cepat sampai-sampai mereka sama sekali tak sempat untuk membuat reaksi, rasanya hal itu seakan terjadi kurang dari satu detik.Mereka saling berpegangan tangan, Jane bersampingan dengan Arta, Citra yang ada di belakang Jane, sedangkan Putra merangkul Citra yang ada di sampingnya, —pemuda itu berada tepat di belakang Arta. Mereka memutuskan untuk saling terikat dengan untuk berjaga-jaga jika saja ada yang terseret dengan portal dimensi seperti tadi, mereka takkan sendirian.Lagi pula, Cuna itu suka membahayakan dirinya sendiri. Dia pasti bisa menjaga dirinya. Begitu yang Arta pikirkan, dan dia sampaikan pada Jane. Setidaknya kata-kata seperti itu dapat membuat Jane merasa lebih tenang.Walaupun tak lama setelahnya, Putra itu menyahut seperti, “Ya, jika kau yang diseret portal, sudah pasti kau akan mati kare
Read more
30 - Ada Dimana?
Cuna menatap dengan sorot mata kosong hamparan pasir yang kini ada di hadapannya, dia bahkan sama sekali tak tahu kini dia ada di mana. Matanya kembali terarah ke langit, menatap bulan purnama yang rasanya makin lama semakin memancarkan cahaya yang kian menyilauan. Bisa dibilang, malam itu sangatlah cerah, dia bahkan tak menemukan sedikitpun awan berani menutupi purnama itu. Cuna memutar tubuhnya, mulai menatap sekeliling dan menyadari bahwa beberapa kilometer dari tempatnya berdiri, terdapat sebuah Pura.Tempat itu terlihat cukup ramai, lengkap dengan suara-suara gemelan dan nyanyian merdu dari sinden yang mulai sampai ke dalam telinganya. Gadis itu terdiam, dibandingkan merasa penasaran, dia malah merasa muak sendiri karena seakan tempat itu mengundangnya untuk datang ke sana.Terakhir kali dia mengikuti kata hatinya, dia membuat Wonu harus berjuang berdua saja dengan Jane, dan berakhir dengan kematian. Kejadian itu sudah sangat cukup untuk membuatnya marah pada diri
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status