All Chapters of 1095 Days!: Chapter 21 - Chapter 30
50 Chapters
BAB 21 - Menunggu
Pagi ini para guru mengumumkan adanya kegiatan ekstrakulikuler atau yang biasanya disebut dengan kegiatan di luar sekolah setelah upacara dilaksanakan. Para siswa-siswi juga masih berbaris dengan sangat rapi. Mulai dari kelas sepuluh hingga kelas dua belas. Seorang guru yang tengah berpidato di depan ingin mereka mengikuti kegiatan ekstra yang akan diadakan mulai minggu ini, dengan cara setiap kelas harus memiliki perwakilannya masing-masing. Kegiatan yang baru ditambahkan ini adalah ekstra seni bela diri, basket, dan juga dance.Naira yang kebetulan menguasai seni bela diri pun pasti akan ditunjuk oleh Alisya yang kebetulan adalah ketua kelasnya. Ia tampak menghembuskan napasnya dengan kasar dan berkata, “Udah ketebak, pasti gue.” Dengan mengalihkan pandangannya ke samping.“Ketua kelas di kelas sepuluh silahkan angkat tangannya!” teriak seorang guru yang berpidato tadi. Beliau adalah kepala sekolah.“Saya, Bu!” jawa
Read more
BAB 22 - Kecelakaan
Kedua gadis itu sedang menikmati makanannya di kantin sekolah. Akan tetapi, Naira melamun sejak tadi karena perasaannya yang resah karena kepikiran Gibran. Ia rindu akan gangguan yang biasanya dilakukan oleh Gibran. Alisya yang melihat temannya melamun mulai merasa kesal. Ia membuka botol minuman untuk mengambil sedikit air, dengan tersenyum simpul Alisya mulai mencipratkan air yang berada ditangannya sehingga Naira terkejut.“Apaan sih lo! Basah nih baju gue!” jerit Naira dengan penuh emosi.“Makannya jangan ngelamun terus!” cetus Alisya dengan mengibaskan rambut panjangnya. Naira langsung berdiri dari tempat duduknya. Ia ingin ke kamar mandi tanpa berpamitan ke Alisya yang masih sibuk dengan makanannya.Setelah sampai di kamar mandi, Naira mendapati Kevin yang mengikutinya dari arah belakang. Naira bingung, kenapa Kevin malah mengikuti dirinya? Padahal Naira akan menuju ke toilet wanita.Lima menit setelahnya, Naira sudah ke luar
Read more
BAB 23 - Pasien Yang Tidak Patuh
Alisya tampak kebingungan karena tidak ada kabar dari sahabatnya. Apalagi Naira tidak masuk sekolah pagi ini. Ia juga sudah menghubungi kakak lelaki Naira, tapi Dirga tidak segera mengangkat teleponnya. Bahkan Farrel pun berkata kalau Kevin juga tidak masuk sekolah. Ke mana mereka berdua? Alisya mondar-mandir tidak jelas di kantin sekolah. Makanannya diabaikan begitu saja sampai dingin. Farrel menatap Alisya dengan dahi yang mengerut.“Kamu kenapa, Sya?” tanya Farrel. Namun gadis itu belum juga merespon ucapan Farrel. Bisa jadi bahwa Alisya sudah terhanyut ke dalam pikirannya.“Alisya?” panggil Farrel lagi.“Alisya cantik?”Alisya yang mendengar dirinya dipuji pun langsung berhenti mondar-mandir. Ia refleks menoleh ke arah Farrel yang sudah tersenyum lebar. Sangat tampan. Alisya menggaruk tengkuh lehernya dengan tersenyum kecut dan berkata, “I..Iya?”“Nggak kenapa-kenapa kok, kamu yang kenapa mo
Read more
BAB 24 - Pulang Tanpa Permisi
“Pagi Alisya?”Farrel mendekat dengan senyumnya yang manis. Pagi ini Alisya berdiam diri di taman sekolah. Gadis itu tampak bosan karena sahabatnya yang belum juga ke luar dari rumah sakit. Jika saja Alisya memaksa untuk mengantarkannya waktu itu, mungkin Naira tidak akan sampai terbaring di rumah sakit sekarang.“Kamu mikirin Naira, ya?” tanya Farrel lagi karena sapaannya tidak kunjung dijawab. Alisya masih saja terdiam tidak menghiraukan ucapan Farrel. Ia sibuk mengoperasikan ponselnya dengan memasang earphone di kedua telinganya.“Alisya!” teriak Farrel yang membuat Alisya terkejut. Bahkan ponselnya pun terjatuh ke tanah. “Ih! Kamu kenapa teriak sih!” Alisya berteriak dengan kening yang mengerut. Ia sangat kesal, karena hampir saja ponselnya masuk ke saluran pembuangan air.“Iya, iya maaf,” kata Farrel dengan menyatukan tangannya.“Untung aja HP-nya nggak masuk ke situ,&r
Read more
BAB 25 - Tahun Kedua
Tidak terasa sudah banyak hari yang terlewati, bahkan tahun sudah berganti. Saat ini Naira dan Alisya sudah menginjak bangku kelas sebelas SMK. Tahun di mana dirinya akan sangat sibuk mempersiapkan diri dengan banyak belajar karena akan dilakukannya praktik kerja industri di rumah sakit. Tanpa adanya Gibran yang akan menemaninya tahun ini. Entah kapan dirinya akan kembali.Saat ini Naira dan Alisya berada dalam kelas. Naira sedang asik membaca novel best seller keluaran terbaru. Berbeda dengan Alisya, ia sibuk dengan pacar barunya, yaitu Farrel yang saat ini duduk di sampingnya. "Pacaran jangan di kelas woi!" sindir Naira dengan berteriak. Mereka sangat berisik dan tentunya mengganggu aktivitas Naira yang sedang membaca novel."Syirik aja lo jomblo," ujar Farrel."Mending jomblo daripada pacaran nggak ngasih PJ."Jleb!Mereka berdua terdiam lalu menoleh ke arah Naira. Mungkin merasakan sindiran dari perkataan Naira. Memang benar y
Read more
BAB 26 - Kejutan [2]
"Naira pulang!" teriaknya setelah masuk ke dalam rumah. Gadis itu menyandarkan badannya ke kursi tamu dan memejamkan mata. Ia sangat lelah, apalagi di jalan sangat macet."Capek, ya?" Naira mengerutkan keningnya setelah mendengar suara yang tak asing lagi baginya. Perlahan Naira membuka matanya dan menoleh ke sumber suara tadi. Naira refleks melotot dan langsung berdiri dari tempat duduknya. Gadis itu sangat tidak percaya dan langsung berlari ke sumber suara tadi. Gadis itu memeluk Gibran dengan sangat erat dan air matanya menetes di kedua pipinya."Kenapa, Nai? Kok nangis sih, kangen, ya?" tanya Gibran dengan kening yang berkerut. Sudah tahu rindu masih saja bertanya. Dasar lelaki menyebalkan, pikir Naira.Bugh!"Kangen lah bodoh, pakai nanya lagi," kata Naira dengan memukul dada bidang Gibran. "Aku juga kangen sama kamu tahu! Masa dari semester satu aku pergi nggak pernah ketemu kamu lagi sampai sekarang kamu udah kelas sebelas, hehe.” Gi
Read more
BAB 27 - Kembalinya Most Wanted
Seluruh murid bersorak senang, sehingga suaranya bergema seantreo. Yang menyebabkan kegaduhan adalah lelaki yang pernah menjadi incaran banyak siswi. Gibran Alandra, kembali di sekolah SMK Kesehatan karena tidak betah di Paris. Bahkan seorang Hanum yang tadinya sibuk merapikan rambutnya pun langsung menoleh dan berjalan mendekat. Mungkin dirinya rindu dengan sang mantan."Waduh! Suami gue balik lagi, pasti kangen sama gue tuh.""Sialan! Makin ganteng aja si Gibran.""Kayaknya dia ke sini demi gue deh, ya ampun demi gue nggak tuh?""Alhamdulillah! Populasi cogan gagal musnah!"Gibran terlihat sangat risih setelah mendengarkan suara-suara yang terdengar di telinganya. Tidak hanya itu, bahkan sebagian siswi mendatanginya untuk bersalaman dan mengucapkan kata rindu. Jijik, sayangnya Gibran tidak menyimpan rindu untuk kalian semua kecuali dengan Naira dan Farrel."Kayak artis aja gue jejeran sama lo," kata Farr
Read more
BAB 28 - Menjadi Rebutan Buaya Darat
"Nanti Naira pulang sama gue, lo adik kelas minggir aja sana!"Gibran dan Alvalino berdebat di kantin sekolah. Farrel kewalahan untuk menjauhkan mereka berdua yang hampir saja saling pukul. Alisya malah menikmati perkelahian mereka dan tidak membantu kekasihnya yang tengah kewalahan. "Dulu aja nyakitin, sekarang ada yang ngedekatin Naira malah marah-marah, cowok aneh." Alisya berkata dengan sesekali menyesap minumannya."Emang Adik kelas nggak boleh dekatin Naira hah?!" tanya Alvalino dengan berteriak pada Gibran. Gibran yang tidak suka akan ucapannya Alvalino langsung langsung mendekat dengan tangan yang mengepal.Bugh!"Rasain tuh bangsat!" seru Gibran dengan merapikan rambutnya yang berantakan. Ia sudah sangat muak dengan sikap Alvalino yang sangat tengil, pikirnya."Gibran! Apa-apaan sih lo main pukul sembarangan!" Naira berjalan dengan berteriak karena ulah Gibran yang kelewatan. Alisya yang tadinya diam juga ikut memarahi Gibran. "Lo
Read more
BAB 29 - Menyebalkan
Suara ber terdengar sangat nyaring berkali-kali. Naira merasa sangat risih karena sedang sibuk membaca novel best seller. Ia langsung mengatur posisinya dari berbaring ke duduk. “Masuk lo! Nggak usah tang ting tung segala!” Naira berteriak dengan mengikuti nada suara bel rumahnya. Gadis itu melanjutkan aktivitasnya kembali dengan berbaring di kursi berkulit cokelat."Selamat sore cantik?" Tiba-tiba suara yang tak asing pun terdengar, Naira segera berdiri dan melihat ke sumber suara. Ia pikir yang memencet bel adalah Alisya, karena kebetulan sekali tadinya Alisya menelpon akan main ke rumahnya. "Duh, salah ngebacot gue," ucapnya dalam hati."Selamat sore cantik?" ucapnya lagi karena belum juga dijawab oleh Naira."S...Sore, lo ngapain ke sini?" tanya Naira dengan menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Ia malu, sangat malu tentunya."Kangen aja."Blush!Pipi Naira langsung memerah karena Gibran tela
Read more
BAB 30 - Tidak Terima
Naira berjalan menuju kelas dengan senyum yang mengembang. Bahkan dirinya tidak menghiraukan seseorang di sekitar yang mungkin akan menganggapnya sudah tidak waras karena senyam-senyum sendiri sejak tadi. Alisya yang sedang duduk langsung memicingkan matanya menatap Naira. Ia berkata, “Kenapa lo, Ra? Lo sehat kan, Ra?” Dengan menempelkan punggung tangan ke dahi Naira.“Apaan sih lo, Sya! Gue sehat kok, kalau nggak sehat ngapain gue sekolah?” ucap Naira dengan mengalihkan pandangannya. Ia tersenyum lagi.“Naira?” panggil Alvalino yang juga curiga dengan sikap aneh Naira.“Apa, Alva?” jawab Naira. Alvalino langsung mengerutkan keningnya terheran-heran. Sangat kebetulan sekali Nair menjawab panggilannya dengan sangat ramah seperti itu.“Kamu kenapa, Naira?” tanya Alvalino.“Nggak kenapa-kenapa kok, hehe.”Kriingg! Kriingg!Suara bel masuk berbunyi menandakan
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status