All Chapters of Mengejar Mentari: Chapter 21 - Chapter 30
70 Chapters
21. Mengikuti Permainan Defandra
Pagi ini Dzi berada di kampus UNOC. Pagi-pagi sekali dia berangkat, mengendarai scoopy kesayangannya.Sesampainya di kampus, dia langsung menemui dokter Firman untuk berkonsultasi tentang disertasi yang akan dia tulis.“Assalamualaikum, Dokter Firman.” Ucap Dzi setelah dipersilakan masuk ke ruangan dokter Firman oleh anak buahnya.“Waalaikum salam, dokter Dzi. Apa kabar? Sudah lama tidak bertemu.”“Alhamdulillah saya baik, dokter. Dokter Firman bagaimana kabar?”“Alhamdulillah saya juga baik. Ada pencerahan tentang penelitianmu, dokter?’“Sudah. Saya sudah melakukan wawancara kepada founder medical hacking tentang hubungan bedong dengan kesehatan generasi muda terutama anak-anak, dok. Founder mengatakan bahwa bedong adalah reposisi salat. Dimana apabila seseorang melakukan gerakan salat dengan benar, maka dia akan sehat. Bedong sebagaimana kita tahu adalah warisan leluhur yang semakin lam
Read more
22. Hanya tak Tahu
“Kau buat semua bengkel tutup hari ini. Kalau sampai ada yang buka, kau beri hukuman dan hancurkan. Beri mereka kompensasi untuk pendapatan sehari.”“Baik, Tuan”Defandra segera menutup panggilannya.ia mencari keberadaan Dzi namun gagal. Gadis yang sejak tadi ia halangi kepergiannya sudah tak berada di sisinya.“Shit. Ia benar-benar seperti belut. Susah sekali untuk dipegang. Tapi mengapa bos suka sekali padanya? Kaya tidak ada gadis lain saja di dunia ini.” Umpat Defandra. Ia segera melajukan mobil dan saat melihat motor Dzi di depannya, ia memperlmbat dan mengikutinya dari belakang. Dzi yang sudah tahu kalau semua bengkel tutup mengubah arah. Ia mencari jalan alternatif untuk bisa sampai di rumahnya dengan cepat dan selamat.“Dzi!”Seorang gadis menyambutnya dengan terkesima saat melihat Dzi memarkirkan motornya di depan warung makannya. Gadis itu baru saja membuang sampah di sudut jalan.&ld
Read more
23. Pemilik Adzan
Khalid yang baru menyelesaikan panggilan segera memandang rumah Dzi yang kini tertutup rapat.“Apa yang harus aku lakukan? Duduk di sini menunggu dia ke masjid atau mendatanginya dan menanyakan keadaannya? Ah, semua gara-gara Defandra. Kalau dia tidak memiliki permainan konyol,  Yang Mulia Ratu pasti akan baik-baik saja.”            “Siapa yang kau maksud dengan Yang Mulia Ratu, Sahal?” Wildan yang sejak tadi mendengar pembicaraan Defandra dan khalid memandang Khalid penuh tanya.‘Oh, itu, Mas, teman. Tadi bilang sedang membantu temanku yang sedang kesulitan gara-gara dipermainkan.”Wildan memandang Khalid.“Kamu tidak ingin menolong Yang Mulia Ratu?” Khalid terpana pada tatapan Wildan yang menyelidik.“Ingin sekali menolong, Mas. Tapi dinding tebal membentenginya. Aku tidak bisa menyentuh ataupun mengunjunginya.”&
Read more
24. Rencana Kedua
Defandra masih duduk di sofa rumah rahasia Khalid, menunggu perintah bos selanjutnya. Ia masih sibuk dengan ponsel ketika Khalid masuk ke ruangannya.Brakk“Kamu benar-benar keterlaluan, Ndra. Kau persulit ratuku dan membuat dirinya kelelahan hingga aku sama sekali tidka bisa menemuinya di masjid tadi sore.” Gerutu Khalid sambil memandang Defandra dengan mata elangnya. Defandra nyaris tersenyum. Ia segera mengurungkan senyumnya saat melihat mata elang bosnya telah terpasang di hadapannya. Satu-satunya yang membuat Defandra ketakutan adalah munculnya mata elang Khalid yang menghujam ulu hatinya.“Apakah Yang Mulia Ratu sudah berhasil kembali ke rumah dengan selamat?”“Selamat. Tapi dia sama sekali tidak pernah keluar rumah.”“Ha ha ha, kau sangat mengenaskan, Bos”Khalid menggeram. Ia benci ditertawakan oleh anak buah sekaligus sahabat masa SMAnya.“Apa maksudmu?”&ldqu
Read more
25. Perkelahian
“Apakah kau sudah tahu kalau dia sedang bersama laki-laki lain? Segera cari tahu siapa laki-laki itu dan aku butuh waktu satu jam dari sekarang”perintah Khalid adalah sabda sang raja yang tidak boleh dilewatkan begitu saja oleh Defandra. Tanpa memikirkan bagaimana kondisi dirinya yang lelah, Defandra mengiyakan amanah yang dibebankan kepadanya. Ia segera bangun dari tempat duduknya, mengambil kunci mobil dan melangkah menuju parkir mobil sport hitam di parkir VVIP.“Kau selalu saja menebarkan sabda tanpa memikirkan bagaimana aku Yang Mulia Raja.”Defandra duduk di belakang kemudi. Sebelum menyalakan mobil, ia meraih ponsel yang tergeletak di depannya. Ia segera menghubungi kaki tangannya dan mengirimkan perintah dengan pesan whatsapp. Setelah menerima jawaban, Defandra segera meninggalkan kantornya menuju restoran tempat Dzi dan Firman makan.            Sampai di Restoran Tol
Read more
26. Menang tapi Lemah
Dzi yang sudah duduk di jok motornya menoleh.  Di belakangnya berdiri seorang pria bertubuh kekar sedang berkacak pinggang sambil memandangnya tajam. Dzi turun dari motor maticnya dan berjalan menuju pria yang masih berdiri dengan kokoh di tempatnya.“Siapa kamu?”Pria bertubuh kekar di depan Dzi tertawa. Ia pandang Dzi dari atas sampai bawah lalu tersenyum mengejek. Dzi yang melihat senyum pria itu segera memalingkan wajahnya. ia tidak suka dengan kepongahan sang preman.“Tadi kau bertanya padaku?”Dzi menggeleng. ia merasa sia-sia. Meladeni laki-laki gila seperti itu baginya terlalu membuang waktu tapi apabila ia pergi dan menghindar, ia yakin dia akan mengejar. Tidak ada pilihan lain selain meladeni keinginannya. Dengan berkomat-kamit membaca doa, Dzi mulai meneguhkan hatinya untuk tetap melayani preman tampan di hadapannya yang semakin lama semakin menyebalkan.“Kau tidak tahu siapa aku?’“H
Read more
27. Menikahlah Denganku
“Menginap di AlFitrah?”Dzi mengangguk. Mata Khalid membelakak kaget. Entah mengapa mendengar kata menginap, Khalid menjadi tidak suka. Ia membayangkan keadaan Alfitrah yang dipenuhi banyak laki-laki terutama Dokter Willy yang dianggap sebagai saingan terberat Khalid selain Wildan.“Katakan padaku mengapa kau mau menginap di sini!”Dzi memandang Khalid heran. Ia tidak tahu mengapa wajah pria di hadapannya kelihatan mencemaskannya. Dzi tersenyum membuat Khalid terpana menatapnya.“Kenapa, Mas?”Khalid mendesah. Ia benar-benar merasa sangat kesal pada Defandra. Meski akhirnya ia tahu sisi lain dari kelebihan yang dimiliki Dzi, ia tetap saja marah. Khalid mengulurkan tangannya, mengambil tangan Dzi yang nampak memar. Meski dia memenangkan perkelahian, tapi kulit Dzi tetap tergores.  Dzi yang tidak tahu kalau Khalid akan menyentuhnya kaget. Ia segera menarik kedua lengannya namun Khalid menolak. Ia tetap memegan
Read more
28. Perintah
Dzi masuk ke gerbang Rumah Sehat Alfitrah dengan kondisi tubuh yang masih lemas. Sudah lama ia tidak berlatih sehingga saat melawan enam preman yang mengganggunya, ia merasa kewalahan. Ia merasakan kepalanya pusing. Mual dan matanya sedikit berkunang-kunang.Setelah memarikir motornya, Dzi melangkah masuk Alfitrah. ia mengedarkan pandangan untuk mencari Dokter Andini untuk mencoba mencari pertolongan. Beberapa pasien yang melihatnya nampak kebingungan dengan kondisi Dzi namum, mereka tidak berbuat apapun.“Kamu kenapa Saifi?”Dokter Andini yang baru keluar ruang tindakan pasien putri, menghampiri Dzi yang berjalan terhuyung di depannya. Dzi mengulurkan tangannya, meminta bantuan Andini.“Tolong bawa aku ke ruang perawatan. Aku butuh pertolongan sekarang, Dok.”Andini langsung menuntun Dzi ke ruang perawatan pasien. Mereka melangkah dengan cepat tanpa menghiraukan tatapan pengunjung“Kamu kenapa sampai begini kon
Read more
29. Prinsip yang Gagal
Tok tok tokAndini, Willy dan Mira menolah ke pintu. Sedang Dzi hanya memejamkan matanya.“Silakan masuk!”Seorang pemuda berpenampilan sederhana masuk. Andini, Willy dan Mira menatap sang pemuda dengan tatapan datar.“Maaf, Dokter. Saya mau menengok pacar saya.”Dzi yang sedang memejamkan mata terkejut mendengar suara laki-laki yang sangat dihafalnya. Jantungnya berdegup kencang. Ia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Membuka mata dan menerima kunjungan Khalid atau tetap memejamkan mata dan berpura-pura tidur.“Apakah dia yang kau maksud?”Andini bertanya sambil memandang Khalid yang memandang Dzi khawatir. Khalid mendekat. ia tatap wajah Dzi yang masih memejamkan matanya lalu mengangguk.“Iya. Dia kekasihku.”“O ternyata.”Mira yang sejak awal tidak suka dengan Dzi tersenyum. Ia bahagia saat tahu kekasih Dzi bukanlah orang yang bisa dibanggakan. Sela
Read more
30. Cami Kesayanganku
Khalid segera mengangkat panggilan. Ia melangkah ke sudut ruangan setelah meminta ijin pada Dzi.“Halo”Suaranya ia buat selembut mungkin membuat Defandra tercengang. Defandra yang tak pernah mndengar suara lembut Khalid justru tak mampu bicara. Ia lupakan topik yang akan ia bahas dengan Bosnya.“ada apa?”“Tu. . .tuan.’“Katakan!”Defandra diam. Ia mencoba menganalisa  perubahan suara Khalid dan penyebabnya. Ia tahu ada yang tidak beres dengan Khalid. Defandra memutuskan untuk mengakhiri panggilan setelah mengucapkan kalimat terakhirnya.“Temui saya di tempat biasa, Tuan.”Akhirnya Khalid mengerti. Ia sudah membuat asisten pribadinya tidak bisa mengatakan apa yang menjadi kepentingannya saat ini. Khalid tersenyum ketika sadar bahwa dirinya sedang bersama Dzi. ia mematikan panggilan dan menatap Dzi yang masih duduk di tempatnya melihatnya.“Sayang&rdq
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status