Semua Bab A Pearl Girl (INDONESIA): Bab 21 - Bab 30
49 Bab
BAB XX
Pesta besar-besaran diadakan di Istana Moon Kingdom. Kelima raja aliansi itu berkumpul di meja bundar khusus. Gelak tawa dan riuh rendah suara ksatria yang ada dalam ruangan besar, dimana pesta itu diadakan kini menggema hingga ke seluruh ruang-ruang istana. Mereka menari dengan diiringi musik di tengah ruangan, tetapi tidak ada yang boleh bernyanyi karena nyanyian adalah larangan walau musik dan tarian masih diperbolehkan.Jemy sengaja menghindar dari sana dan memilih berkumpul bersama Aaron, Daren, Morio, dan Jackuen. Sedangkan Jrender terlihat tenggelam dengan minuman bon—sejenis minuman keras yang pahit, tinggi alkohol—di meja seberang.“Nikmatilah pesta ini, jangan terus menekuk wajahmu seperti itu, kita tidak akan tahu kapan memenangkan perang lagi dan membuat pesta seperti sekarang,” kata Teo yang menawarkan bon miliknya.Jemy menggeleng. “Tidak terima kasih. Sudah lama aku tidak minum.” Tolaknya halus
Baca selengkapnya
BAB XXI
Tetes air terdengar menggema dalam lorong gelap dengan penerangan minim dari celah dinding yang pucat. Ada jerit serta tangis samar terdengar hingga ke dalam bilik jeruji penjara besi berisi tubuh putih yang terbaring tak sadarkan diri. Lantainya yang dingin terasa menyengat kulit, membuat kulit putih pucat itu menjadi memerah. Seorang pria siap berjaga di luar penjara. Ia waspada, menatap nyalang pada tubuh lemah yang ada di baliknya. Matanya terus awas, seolah tidak akan lepas, takut tubuh itu terbangun dan menyerangnya. Kabar keganasan Pearl Girl telah terdengar hingga ke seluruh dunia. Tidak ada yang tidak tahu berita kemenangan Moon Kingdom di Ghorbo.“Sam!” Seorang pria tinggi berisi mendatangi pria yang sedari tadi berjaga di depan penjara besi. Mendengar namanya dipanggil, ia berbalik dan mengangguk, memberi respon.“Tinggalkan saja gadis itu. Kita disuruh berkumpul oleh Tuan Muda,” ajaknya.“Bagaimana jika dia sium
Baca selengkapnya
BAB XXII
Jemy memukul meja berkali-kali. Ia menatap Raja Dimitri dan yang lainnya. Wajahnya benar-benar menunjukkan emosi yang sejak tadi menguasai. Matanya berpindah dari satu wajah ke wajah lainnya. Ia tak puas dan merasa tertipu.“Ini jelas-jelas penghianatan! Apa kalian tidak bisa mencari dalang dari semua ini?” bentaknya pada jejeran prajurit yang duduk berbaris di ruangan besar itu.“Kami tahu Jemy. Tidak hanya kau yang merasa tertipu, tetapi aku juga. Sebagai seorang Raja yang menjadi pemimpin dari aliansi ini, akulah yang paling merasa dirugikan. Seperti ditusuk dari belakang oleh ksatria yang kupercaya,” kata Raja Dimitri dengan intonasi tenang. Mengurangi keributan serta kekalutan emosi yang telah memenuhi ruangan itu sejak mereka mengadakan pertemuan.“Ini sudah hari ketiga, tapi kita belum menemukan petunjuk keberadaan puteriku! Aku ingin kau menyeret orang-orang yang bersembunyi dari balik baju aliansimu untuk dipenggal
Baca selengkapnya
BAB XXIII
Vivian menatap pantulan dirinya di atas air sungai jernih yang mengalir tenang menyusuri lekukan di antara pepohonan di sisinya. Dia termenung, mematut diri dalam diam. Melihat pantulan wajahnya yang tampak mati, seputih kertas, seolah tak bernyawa. Tangannya gemetar, dia menekan kedua tangannya yang tak lagi terkendali. Tubuhnya begitu lelah, bajunya penuh akan noda darah. Bukan darah miliknya, namun darah mereka. Orang-orang yang telah membangunkan Silvia.Ia terlalu takut menghadapi apa pun. Batinnya tersiksa dan kepalanya berpikir tanpa jeda. Berulang kali merapalkan kata mati seperti kaset rusak. Sudah lelah ia menangis, tak ada satu bagian tubuhnya yang luput dari ketersiksaan. Suaranya telah habis, serak karena berteriak. Hanya rasa lelah yang tersisa, dan dia tak sanggup walau sekedar mengangkat tubuhnya."Istirahatlah, aku akan mencari sesuatu untuk kita berdua." Seorang pria menghampiri Vivian yang berlutut di tepi sungai."Aku tidak lapar, Sa
Baca selengkapnya
BAB XXIV
Aaron mengepak perlengkapan ke atas kuda hitamnya dan menaikkan Vivian setelah selesai berkemas. Ada kecanggungan saat Vivian duduk bersama Aaron dalam satu tunggangan, meskipun mereka sering berkuda bersama sebelumnya, namun kali ini berbeda. Percakapan yang mereka lakukan malam tadi membuka jalinan emosi keduanya.Aaron memilih menjaga Vivian dengan caranya sendiri dan memperlakukannya seperti pertama kali mereka bertemu. Dia tahu bahwa Vivian membuat pembatas dengannya. Aaron bisa membaca bahasa tubuh orang lain, itu kemampuan langka yang sangat mengganggu saat seperti ini.Pagi itu mereka kembali melanjutkan perjalanan pulang ke Moon Kingdom, membawa si Tuan Puteri dalam pengawalan. Aaron menuntun pasukannya, berada di barisan terdepan, menunjukkan bahwa dialah pemimpin di sana. Sekarang, jumlah mereka menjadi tiga puluh, bersama Vivian dan Sam. Sedangkan tiga orang dari pasukan Zambela ikut serta sebagai saksi di hadapan petinggi aliansi atas penghianatan
Baca selengkapnya
BAB XXV
Udara Pegunungan Helkin terasa panas, mereka berada di bawah kaki gunung api itu tepat ketika matahari di atas kepala. Sengatan panas serta hembusan angin yang membawa debu pasir di sekitar gunung berbatu menyulitkan perjalanan. Vivian kesulitan bernapas dan pandangannya mengabur karena debu. Berkali-kali dia terbatuk, menutup mulut dan melindungi pernapasannya. Aaron membuka jubahnya, menutupi seluruh tubuh Vivian dengan jubah abu-abu panjang yang melilit tubuhnya selama perjalanan. Vivian tidak protes, dia menerima segala keputusan Aaron. Dan rasa lelah berkepanjangan kini mulai menyerangnya.Ksatria yang berjalan di belakang mereka tidak terlihat terganggu sama sekali, dan terus menuntun kudanya melewati bebatuan. Gerakan pasukan itu tidak lagi lambat seperti sebelumnya, kini mereka memacu kuda masing-masing dengan kecepatan tinggi. Membuat Vivian mau tak mau menggenggam baju cokelat berlengan pendek Aaron hingga tertarik ke depan, membuat Aaron tidak nyaman dan sedikit te
Baca selengkapnya
BAB XXVI
Jemy mengetuk-ketuk jarinya di atas meja kayu panjang tempat makan ksatria istana. Sudah empat hari lebih dia merasa khawatir karena belum juga mendapat kabar tentang puterinya, dia bergerak gelisah dan memandang sekitar dengan geram. Jemy tidak lagi fokus pada makanan di hadapannya, pikirannya selalu berkelana pada Vivian yang mungkin saja kelaparan, membuat nafsu makannya menguap ke udara.Raja Dimitri menatap Jemy prihatin. Dia juga ikut merasakan bagaimana pria itu menderita karena puterinya yang tak kunjung ada kabar. Dalam hati, Raja Dimitri juga bertanya kenapa hingga saat ini Aaron tidak kunjung kembali."Ikutlah denganku, kita latihan di lapangan." Raja Dimitri mengajak Jemy dengan kerendahan hati, meskipun semua perkataannya adalah perintah bagi ksatria dalam aliansi.Jemy menolak. "Tidak, terima kasih. Aku ingin kembali ke kamarku."Saat ia hendak beranjak, seorang pria berlari ke arah mereka dengan segulung surat di tangan. Jemy menatap surat
Baca selengkapnya
BAB XXVII
Segerombolan pasukan berkuda memasuki gerbang istana. Mereka disambut oleh Aaron dan beberapa petinggi. Aaron menatap pasukan tersebut dalam selimut duka, hal biasa yang terjadi ketika usai berperang. Tanpa berbicara pun mereka tahu siapa yang gugur.“Yang Mulia, maafkan kami,” ucap Morio sambil menunduk diikuti seluruh pasukan yang berbaris di belakangnya.Aaron menghela napas, tangannya terkepal. Dia tak tahu harus bagaimana dalam situasi ini, ditatapnya satu per satu pasukan itu dalam diam. Hanya matanya saja yang menunjukkan betapa ia kehilangan.“Kembalilah ke tempat kalian masing-masing. Istirahat dan pulihkan tenaga kalian.” Itu bahasa halus untuk menyuruh pasukannya agar tidak memikirkan apa pun dan melupakan kejadian yang baru saja terjadi.“Baik, Pangeran.” Pasukan itu membubarkan diri, membawa kuda masing-masing ke istal dan memasuki ruangan khusus ksatria.Jrender menatap Aaron yang masih memandang ge
Baca selengkapnya
BAB XXVIII
Vivian berkeliling di Istana Moon Kingdom. Dia berjalan sambil melompat-lompat, menari-nari kecil mengikuti irama senandungnya. Suaranya begitu pelan, takut ada yang mendengarnya bernanyi. Entah sejak kapan nyanyian dilarang dan tidak ada yang tahu apa alasannya. Namun, Vivian suka bersenandung. Dia melakukannya secara diam-diam agar tidak ada yang menegur. Langkahnya terhenti, begitu pula dengan senandungnya saat melihat seseorang yang memakai sepasang sepatu tutu yang indah terbuat dari bulu burung flavo bertabur permata berdiri sejajar tepat di atas rumput di hadapan Vivian. Kepala Vivian memindai dari bawah hingga ke atas, melihat siapa gerangan yang berdiri di hadapannya.Dahinya mengernyit bingung mendapati wajah seorang gadis yang seumuran dengannya. Bisa dikatakan gadis itu keturunan bangsawan atau mungkin seorang puteri. Hal itu terlihat dengan apa yang dipakainya. Mulai dari kaki hingga kepala, semua tampak mewah dan indah. Vivian bahkan merasa silau dengan
Baca selengkapnya
BAB XXIX
Pembersihan besar-besaran. Begitulah bunyi perintah dari Raja Dimitri. Setelah kesepakatan yang mereka buat, akhirnya dibutuhkan tindakan tegas untuk mengurangi perselisihan di tubuh Aliansi dengan melakukan pemeriksaan. Sejak beberapa waktu yang lalu Raja Dimitri membentuk tim khusus untuk melakukan pengintaian, pemantauan, serta memata- matai anggota aliansi yang dicurigai. Dan, ternyata hasilnya sangat mengejutkan. Hampir seluruh anggota Aliansi, termasuk para petinggi di Moon Kingdom melakukan penghianatan.Mulai dari membocorkan rahasia dari dalam serta melakukan perusakan dan permainan curang. Merampas dagangan rakyat, meminta uang pasar yang menekan pedagang di istana sendiri maupun yang datang ke negara satuan Aliansi.“Ini tidak bisa dibiarkan. Kita harus melakukan tindakan tegas.” Raja Dimitri meminta orang kepercayaannya untuk mengumpulkan penghianat itu. Harus ada hukuman jelas di antara mereka.Setidaknya ada dua ratus tiga puluh tiga pe
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status