Keesokan harinya Donny mengantar Morin ke sekolah keempat untuk mendaftarkan Morin untuk menjadi murid disana, namanya Sekolah Semesta Indonesia.
Morin sudah siap dari jam enam pagi, padahal jarak rumah ke sekolah hanya dua puluh menit dan sekolah masuk jam tujuh lewat tiga puluh menit. Dia sangat bersemangat untuk bersekolah di tempat elit dengan guru guru tampan.
Rosaline sedang menyiapkan sarapan nasi goreng saat Morin keluar dari kamarnya diikuti Novi. Mendengar suara langkah kaki mendekat membuat Rosaline mengangkat tatapannya dari makanan yang tengah disiapkannya. Tatapan bertemu dengan tatapan Morin, mereka saling menatap dalam diam. Rosaline menunggu anak itu untuk mengucapkan salam. Sedangkan Morin menunggu untuk ditawari makan.
Krik krik krik
Hampir sepuluh menit mereka saling menatap dan tidak ada yang mau mengalah sampai kemudian Donny keluar dari kamarnya dan menyapa Rosaline.
“Selamat pagi ma, ha
Tanpa terasa hari cepat berlalu sampai di hari jumat, hari kedatangan ayahnya dan Darren beserta Eloisa. Donny sudah berusaha meminta ibunya untuk membatalkan titahnya menyuruh ayah dan adiknya datang ke Jakarta karena dia tidak enak menyusahkan semua orang, padahal dia tidak kenapa kenapa.Tapi ibunya mengatakan bahwa sebenarnya dia dan ayahnya sudah berencana ke Jakarta setelah pernikahan Darren, tapi belum menemukan waktu yang pas. Dan karena sekarang dia sudah di Jakarta, jadi sekalian saja ayahnya menyempatkan waktu ke Jakarta.Begitu juga dengan Darren dan Eloisa, ada yang mau om Aksa bicarakan dengan Darren, jadi Darren juga harus ke Jakarta.Om Aksa adalah sepupu mama. Om Aksa merupakan salah satu crazy rich Indonesia, perusahaan bertebaran di Indonesia, bahkan sampai ke benua benua lainnya. Om Aksa adalah adik angkat dari aya
Tiga tahun kemudian..Di suatu sore yang cerah, Donny baru saja selesai menghadiri rapat di kantor pusat saat mendengar ponselnya berbunyi. Saat melihat id callernya, dia menghela napas.'Albert calling'Tidak ada berita baik yang akan disampaikan jika anak bungsu Pak Andreas yang baru berusia tiga belas tahun ini menghubunginya. Morin pasti berbuat ulah lagi.“Hallo”“Hallo, Om Donny”“Iya Albert, Ada apa?”“Hm, Om Donny… tadi kak Sissy pergi dengan teman temannya, bersama Morin juga”&l
“Saya minta maaf, saya sungguh menyesali sikap saya yang terburu buru mengambil kesimpulan sendiri” kata wanita itu dengan wajah merona. Wanita itu tidak berani mengangkat kepalanya.Donny sekarang duduk di salah satu ruang VIP hotel Superlux dan menatap kesal pada wanita yang tidak dikenal itu yang masih berdiri sembari terus membungkukkan tubuhnya meminta maaf.Dia bahkan harus dibantu berdiri dan berjalan oleh Supri menuju tempat di mana mereka berada sekarang. Busyet dah sakitnya, di hajar ibunya saat latihan ga ada apa apanya dibanding rasa sakit yang dideritanya sekarang, bahkan sampai perutnya sakit dan dia merasa mual dan mau muntah. Entah apa hubungannya sakit disana dengan perut dan lambungnya?“Nona…. ?” Donny baru menyadari kalau dia tidak tahu nama wanita itu.“Monika,nama saya Monika Elizabeth Jordan”“Nona Monika, apa yang membuat anda menarik kesimpulan seperti ini?”
Monika POVNamaku Monika Elizabeth Jordan, Aku anak kedua dari keluarga Jordan. Usiaku dua puluh lima tahun, aku mendapatkan gelar masterku di Harvard University di Amerika tahun lalu. Sekarang aku membantu di salah satu kantor ayahku di Jordan Tower yang berlokasi di kawasan kuningan. Bisnis keluarga Jordan cukup besar, mencangkup beberapa perusahaan di bidang industri hiburan dan hotel berbintang.Sedari kecil aku anak yang tomboy, rambutku selalu kupotong pendek. Saat anak perempuan lain seusiaku bermain boneka, aku lebih memilih bermain bola bersama anak laki laki. Hal itu terus berlanjut hingga aku remaja, saat anak perempuan ikut kelas memasak, aku memilih ikut kelas bela diri. Hingga dewasa pun aku masih selalu memotong pendek rambutku, walau dengan style rambut wanita.Aku memiliki seorang kakak perempuan yang berusia lima tahun diatasku. Dia wanita yang sangat cantik dan lemah lembut, sangat berbeda dengan diriku yang tomboy. Dia sangat m
Sekarang mereka sudah berada di ruang tamu kediaman Donny. Donny sudah duduk nyaman di sofa dan keenam anak bebek tersebut masih berdiri dengan kepala tertunduk.“Ada yang bisa jelaskan bagaimana cara kalian masuk ke The Hits? karena setahu saya untuk masuk kesana membutuhkan KTP yang menunjukkan usia minimal delapan belas tahun dan seharusnya tempat itu baru buka di jam tujuh malam.”Mereka masih menunduk dan tidak ada yang menjawab.“Baiklah, saya akan menghubungi Pak Andreas dahulu” kata Donny mengeluarkan ponselnya.“JANGANNNN!!!” teriak Sissy. Gadis itu langsung berlari menghampiri Donny dan bersimpuh di kakinya dengan mengatupkan kedua tangannya.“Tolong om Donny, jangan beritahu papa.. Nanti papa akan langsung mengirimku ke rumah nenek”. Anak itu mulai menangis. Dan seperti diberi aba aba, keempat teman Sissy langsung melakukan hal yang sama. Mereka semua bersimpuh di depan Donny yang mas
Keesokan paginya saat Donny baru saja keluar dari kamarnya saat dia disambut oleh Morin yang sudah siap dengan seragamnya. Morin langsung menghampiri dan mencium pipinya seraya berkata“Morin berangkat dulu ya pa.. Bye” dan dia berlari langsung keluar rumah dan masuk mobil.BLAM!! Pintu mobil ditutup dan mobil melaju meninggalkan kediaman Donny di jam enam lewat lima belas menit. Padahal biasa Morin berangkat jam tujuh.Donny hanya menatap kepergian anaknya dengan alis terangkat sebelah. Berapa lama anak itu bisa menghindar dari dirinya?****Sore itu Donny sedang sibuk dengan pekerjaannya saat sekertarisnya mengetuk pintu ruangannya dan masuk membawa sebuah paper bag dengan logo ponsel terkenal.“Permisi Pak, tadi ada kurir datang mengantarkan ini untuk Bapak”“Dari mana?” tanya Donny. Dia tidak merasa memesan apapun, apalagi ponsel jika paper bag itu
Monika POV Aku tiba di resort pukul lima sore. Aku langsung cek in dan meminta kartu akses kamarku. Aku pergi kesini sebagai perwakilan dari perusahaan papa. Sudah dua bulan ini kondisi kesehatan papa tidak stabil sehingga dia tidak bisa berangkat bahkan hanya untuk liburan seperti sekarang. Aku tidak menyangka kalau aku akan ditempatkan di vila, bukan kamar hotel di gedung utama resort tadi. Melihat pemandangan luar biasa indah dari balkon vila membuat semangatku kembali. Moodku yang sudah berapa bulan ini berada ke titik terendah sekarang melonjak naik. Tiga hari disini bisa mengalihkan diriku dari semua beban dan masalah yang menghimpitku selama ini. Staff hotel yang mengantarkan tadi memberitahu jika spot disini sangat sempurna untuk melihat matahari terbit. Jadi aku langsung memasang alarm di ponselku agar aku bisa melihat matahari terbit besok pagi, lalu memesan makan malam dari hotel. Saat matahari sudah turun, aku tidak menyalakan
“Aku yang minta ke reception untuk membuka kartu akses untuk penghuni ketiga vila ini tante, supaya tidak ribet tiap kali kami mau saling mengunjungi.” jawab Rose yang diangguki kelima anak lainnya sebagai bentuk persetujuan. “Tapi… saya kan bukan kerabat kalian. Mengapa kalian minta akses ke vila saya juga” bantah Monika. Mengapa juga dia harus berada diantara kepusingan ini sekarang? “Oh itu karena..” Rose terdiam akibat sikutan Sissy. “Begini tante. Kan seharusnya kamar ini digunakan oleh papa mama saya, tetapi ternyata papa sedang kurang sehat. Jadi dia minta ganti ke kamar biasa saja supaya tidak banyak terkena angin. Maklum sudah tua, hehe.. Terus mungkin jadi kamar tante yang ditukar sama vila ini” Sissy nyengir menjelaskan. “Iya tante, dan saya lupa untuk informasikan ke resepsionis lagi karena kemarin kami sibuk menjelajah resort ini” Rose menimpali. Monika sepertinya mulai menerima penjelasan anak anak ini, tapi tidak dengan Do