Tidak ada sedikit pun niat untuk merespons pesan itu. Bagi Aditya ini tidaklah penting. Membalas pesan mantan. Terdengar lucu di telinga Aditya. Baginya mantan adalah bagian di masa lalu yang tidak berhak mencampuri kehidupannya lagi. Karena tidak ingin kembali mengulang dengan masa lalu, pada akhirnya Aditya melakukan kontrak pernikahan dengan Tiara dengan maksud agar sang mantan tidak mengganggunya lagi. Sekaligus ingin membuktikan jika dirinya bisa move on darinya.Tidak ingin terlalu memikirkan sang mantan Aditya memutuskan untuk beranjak ke kamar. Tubuhnya terasa lelah ingin secepatnya membaringkan tubuhnya.Sementara itu di rumah sakit, Tiara merasa lega sebab ia sudah mengatakan jika calon suaminya akan datang besok. Meskipun diselipi dengan sebuan kebohongan.Waktu terus saja berjalan hingga tidak terasa sudah menunjukkan pukul dua pagi. Dan dirinya sama sekali belum memejamkan mata, rasa kantuknya hilang dikarenakan memikirkan bagaimana besok ia harus menghadapi pria yan
Keesokan paginya.Sekitar pukul tujuh pagi, Aditya sudah siap dengan setelan kerjanya. Ia berniat ingin menemui orang tua Tiara secepatnya. Ia tidak ingin jika wanita di masa lalunya kepalang datang dan statusnya belum menikah. Boy yang sudah datang sejak pukul enam pagi sudah ada di depan tangga menyambut kedatangan Aditya yang hendak menapaki anak tangga “Sarapan dulu, Boy. Setelah itu kita pergi,” ujar Aditya saat dirinya baru saja menuruni anak tangga.Boy tidak menjawab, ia hanya sekadar menganggukkan kepalanya tanda ia pun setuju. Di atas meja sudah terhidang sarapan, tidak lupa iPad yang tidak pernah lepas dari genggaman Aditya. Baginya sehari tanpa iPad rasanya berasa kurang. Termasuk sedang sarapan pun tak luput ia bawa. Bukan apa-apa, dia memang begitu suka melihat pergerakan saham. Karena apa? Karena setiap waktu baginya tiada hari tanpa kerja. Dia memang gila kerja. Di sela sarapan tiba-tiba Aditya melihat koran harian yang terletak di sebelah iPad miliknya. Sebuah
Pagi ini, Tiara terlihat kurang bersemangat. Semalaman dirinya tidak bisa tidur hingga azan subuh tak terasa berkumandang. Tahu pagi ini pria yang akan jadi suaminya akan mengunjungi sang ayah membuat ia buru-buru bersiap. Bukan bersiap dandan dan memakai baju mahal melainkan bersiap mempersiapkan diri apa pun nanti yang akan terjadi. Ia harus siap lahir dan batin. Sang ayah yang melihat raut kecemasan di wajah sang putri serta terus saja melamun membuat Leo penasaran ingin bertanya. “Kamu kenapa, Nak?” tanya Leo saat melihat Tiara melamun. Bahkan menyuapi sang ayah pun tidak melihat ke arah ayahnya. Mendapat pertanyaan seperti itu membuat Tiara tersadar dari lamunannya. Bisa-bisanya ia melamun di saat menyuapi ayahnya. “Maaf, Yah,” sesal Tiara.Leo tersenyum seraya mengelus kepala Tiara. Anak gadisnya ini dewasa sebelum waktunya. Namun, Leo bersyukur dengan memiliki sikap dewasa membuat ia bangga pada Tiara sekaligus merasa bersedih. Masa remajanya harus tersita oleh keada
Langkah Tiara gontai saat mengetahui kenyataan jika operasi transplantasi jantung untuk sang ayah akan diundur. Untuk sementara agar kondisi ayahnya tidak kalap terus, membuat Tiara setuju untuk melaksanakan rawat inap sampai waktu operasi tiba. Beruntung uang satu milyar yang diberikan Aditya bisa ia gunakan untuk biaya rawat inap sang Ayah dan sisanya untuk operasi.Hampir sampai di ruangan ayahnya, Tiara masih tidak menyangka jika Aditya belum juga selesai dengan ayahnya. Ini terbukti dengan Boy yang masih di luar. Merasa tidak ada gunanya menunggu Aditya selesai membuat Tiara memutuskan untuk ke kantin. Perutnya lapar ia lupa jika semalam ia belum makan. Jadinya pagi ini terasa begitu keroncongan.Sepanjang perjalanan menuju kantin, Tiara begitu penasaran hal apa yang sebenarnya sedang dibahas sampai harus selama ini. Atau mungkin... Aditya memang ingin mengenal lebih dekat sosok calon ayah mertuanya? Pikir Tiara.Lucu memang. Calon mertua? Tiara tertawa kecut. Calon mertua s
.Tiara tidak menyangka ayahnya bisa mengambil keputusan yang cepat. Padahal Ayahnya belum mengenal pria yang saat imi sudah resmi jadi suaminya. Baru saja kemarin malam rencana pernikahan kontrak ini direncanakan. Sekarang belum juga ada sehari baru beberapa jam saja sudah terealisasikan.Ini serasa mimpi bagi Tiara. Statusnya berubah dalam hitungan menit, jelas saja hitungan menit sebab satu jam lalu tepatnya enam puluh menit lalu status masih lajang. Masih menjadi gadis sembilan belas tahun. Sekarang dia jadi seorang istri diusianya yang kesembilan belas tahun. Tidak apa, dia rela. Ini demi ayahnya. Jika saja tidak ada uang dari Aditya mungkin saja ayahnya akan segera dipulangkan karena tidak memiliki biaya pengobatan. Apakah ini musibah? Atau justru berkah? Entahlah Tiara bingung harus bersikap seperti apa. “Ayah, kenapa tidak memberitahu aku dulu?”“Aku sudah tahu semua dari ayahmu. Jadi keputusan ayahmu itu tepat,” sela Aditya kemudian seraya tangannya merangkul bahu Tiara
“Aku tidak melakukan apa pun.”“Diamlah!” sentak Aditya.Aditya lalu membawa sesuatu dari balik jas kerjanya. Tanpa diberitahu pun Tiara tahu apa yang dibawa Aditya, handsanitezer.Aditya menyemprotkan handsanitezer ke lengannya yang sempat Tiara sentuh. Tentu saja hal itu memancing kemarahan Tiara.“Emang kamu pikir aku virus?” ujar Tiara, lalu dengan sengaja menyentuhkan tangannya lagi ke anggota tubuh Aditya yang lainnya. Aditya geram.“Eh, eh, kamu gak waras, ya? Berhenti! Jangan lakukan ini lagi!” Aditya berusaha menghindar. Namun sia-sia, Tiara dengan sengaja menyentuh terus tangannya lalu berganti menyentuh apa pun yang ia bisa disentuhnya.Tiara tidak ingin menghentikan meskipun Aditya terus memintanya untuk menghentikan kegilaannya. Hingga dengan kasar Aditya menyentuh tangan Tiara hingga pergerakan tangan Tiara terhenti.“Aku bilang hentikan? Apakah kau tuli?” Boy yang melihat tuannya hilang kendali langsung saja menenangkan kembal
Aditya tertegun melihat seorang wanita berdiri tepat di hadapannya. Lalu secara tiba-tiba memeluk dan memberikan kecupan di pipi dan bibir Aditya. Merasa lancang, Aditya pun langsung mendorong tubuh wanita itu. “Menyingkir, Rachel!” Wanita yang baru saja memberikan kecupan singkat itu adalah Rachel—mantan kekasihnya. Rachel terkejut mendapatkan perlakuan seperti ini dari Aditya sebelumnya tidak seperti ini. “What happened, Babe? Kenapa kamu mendorongku?” Tanpa menjawab pertanyaan Rachel, Aditya melewatinya begitu saja. Seperti yang sudah-sudah Aditya mengambil handsanitezer lalu menyemprotkan pada tangan. Sementara pipi dan bibirnya ia lap pakai tisu basah. Melihat sikap Aditya membuat Rachel semakin bingung dibuatnya. “Babe, are you, oke?” tanya Rachel tak percaya. Aditya menatap ke arah Rachel. Sebenarnya saat ia mengikrarkan membenci wanita saat itu pula Aditya seperti alergi disentuh wanita. Kulitnya akan terasa terbakar lalu muncul ruam-ruam. Namun saat bekas sentuhan wan
***Tiara menatap nanar kartu nama yang ada di tangannya. Tertera nama Aditya Dika, nomor telepon serta alamat kantor dan alamat rumah. Ia sama sekali tidak tahu apa sebenarnya tujuan dari Aditya melakukan kontrak pernikahan ini. Namun mata dan hati nuraninya gelap. Tergelapkan oleh sogokan uang sebanyak satu milyar. Uang yang entah harus berapa puluh tahun lamanya ia kumpulkan. Ini hanya dalam semalam uang sebesar itu sudah ia dapatkan dengan risiko selama satu tahun penuh tinggal bersama suami kontraknya. Lamunan Tiara buyar tatkala Leo memanggil namanya. Mungkin Leo melihat anaknya yang tengah melamun. “Tiara, Mutiara!” panggil Leo.“Eh, Ayah. Kenapa? Haus? Lapar? Atau mau makan buah?” Seketika Tiara jadi salah tingkah sendiri. “Tenang! Ayah tidak mau itu semua,” tutur Leo.“Lalu ayah mau apa? Biar Tiara belikan.”“Ayah hanya ingin bicara sama Kamu saja, Nak. Tentang kamu dan suamimu.”Tiara diam. Ia bingung sendiri rasanya ia tidak memiliki semangat jika harus mem