Hai hai kak, akhrinya tamat juga ya. Semoga kisah kita akan berakhir bahagia seperti mereka Aamiin. Tunggu novel selanjutnya ya kak.
"Ini rumah siapa ini, Bi?"Kedua netra Rara memutar, menikmati keindahan rumah megah yang ada di depannya. Seumur hidup, baru kali ini dia melihat rumah megah bak istana raja."Nggak usah banyak tanya, ayo masuk!" Tanpa curiga, Rara mengikuti langkah bibinya yang terus menyeretnya semakin masuk ke bagian dalam rumah. Dia makin terkejut, saat melihat beberapa orang dengan pakaian rapi mengawal mereka. Di depan sebuah ruang, tangan Rara dilepaskan, sementara bibinya nampak berbicara dengan salah seorang dari mereka. Entah apa yang mereka bicarakan, Rara tidak bisa mendengar karena mereka berbisik-bisik. Namun, sesaat setelah berbicara, Bibi Rara kembali menghampirinya dan memberikan perintah mengejutkan. "Bibi mau ke toilet, kamu ikuti perintah Tuan ini ya!" "Kenapa aku harus ikut dengannya Bi?” Rara bingung. Dia pun mulai ketakutan. “Aku akan menunggu Bibi di sini saja." Rara memegang tangan bibinya, memohon dengan pandangan memelas.Dia tidak mengenal orang-orang itu. Dia juga me
“Aww!”Rara membuka matanya di pagi hari. Dia mengerang kesakitan saat berusaha bangun dari tidur. Semalam, Raymond benar-benar menghajarnya habis-habisan. Melihat pria yang kini masih tertidur di ranjang dengan wajah tenang, air mata Rara kembali mencuat. Perasaannya berkecamuk tak karuan.Dia merasa tubuhnya kotor dan tidak lagi berdaya. Satu-satunya harta yang seharusnya dia jaga telah direnggut Raymond dengan paksa tanpa rasa simpati.Dengan tertatih, Rara memaksakan diri menuju kamar mandi. Dia ingin membersihkan diri dari bau percintaan paksa semalam. Dia menggosok tubuhnya dengan kasar di bawah guyuran air, dan tangisnya yang tidak kunjung reda. Jejak-jejak kemerahan di tubuhnya, tanda yang diberikan Raymond benar-benar menyeramkan dan benar-benar membuatnya jijik.Usai kembali segar, meski masih merasa marah dan sedih, Rara kembali memasuki kamar dengan kimono handuk yang disediakan di kamar mandi. Betapa terkejutnya dia, mendengar Raymond berujar dingin."Siapa yang menyuruhm
"Lepas! Saya tidak mau!”Rara terus meronta karena ajudan-ajudan suruhan Tuan Corner yang tiba-tiba datang dan menjemputnya. Sayang, tenaganya yang kecil itu bukan lawan seimbang bagi pria-pria itu. Begitu pula dengan bibinya yang hanya terdiam menyaksikannya dibawa pulang paksa, membuat Rara tidak lagi punya harapan hanya tangis dan mengiba yang bisa dia lakukan berharap para ajudan Raymond berbaik hati dan melepaskannya meski itu tidak mungkin.Sementara itu, di ruang kerjanya, Raymond menunggu dengan amarah yang meluap. Baru kali ini ada orang yang membangkang terhadapnya. Terlebih dia adalah seorang gadis kecil.Pria dominan itu bahkan sudah menyiapkan hukuman yang pantas Rara terima. Tak berapa lama, samar-samar Raymond mendengar suara seorang wanita yang tengah memberontak.“Saya takut, Tuan. Tolong, lepaskan saya.”Itu adalah suara Rara yang masih mencoba meloloskan diri. Sayangnya, asisten Raymond tidak mungkin membantah perintah atasan. Pria itu terus membawa Rara menuju ruan
“Ke mana Tuan Raymond?”Pagi-pagi sekali, Rara sudah tidak menemukan Raymond di ranjang kamar mereka. Yang dia temukan justru beberapa paper bag yang berisi barang- barang mewah untuknya.Karena penasaran, dia pun bertanya pada salah satu pelayang yang menjaga di pintu kamarnya. Jawaban pria itu membuat Rara sedikit bersorak girang.“Beberapa hari ke depan, Tuan Raymond tidak akan pulang. Beliau ada meeting di luar negeri.”Menjadi budak Raymond menjadikan Rara bak seekor burung yang hidup di dalam sangkar, terbelenggu dan tidak bebas.Sikap dingin dan tak peduli Raymond membuatnya bak di dalam neraka yang membuat jiwanya menjerit, pergi tak bisa bertahan tak sanggup.Bebas lepas, itulah yang Rara rasakan hari ini dia yang bergembira berguling-guling di atas tempat tidur sambil meluapkan semua apa yang dia rasakan."Terima kasih, Tuhan karena membuat si iblis itu keluar negeri. Bila perlu, tolong jangan dipulangkan, Tuhan." Doa kecil yang dia minta pada Tuhannya.Hal yang berbeda jus
"Menurutmu?" Suara dingin Raymond membuat Rara semakin yakin jika yang kini ada di atasnya adalah Raymond bukan halusinasi belaka.Tak lama dari kalimat itu, tubuh Raymond mengguling ke samping Rara. Peluh di tubuh, juga napas yang memburu menjadi saksi bagaimana pria itu mendapatkan kepuasan, meski si gadis kecil tidak melakukan apa pun. Apa Raymond sudah gila? Atau kecanduan dengan tubuh Rara yang terus membuatnya jatuh kepayang tanpa usaha?Saat Raymond mulai memasuki alam mimpi, Rara yang tidur di sebelah pria itu justru terjaga. Keningnya mengerut dalam. Sebersit rasa kecewa tiba-tiba muncul di hatinya. 'Kenapa sudah pulang? Bukankah pelayan bilang jika dia meeting diluar negeri?'Rara memandangi wajah Raymond yang terlihat lelah kemudian dia meringkuk membelakangi sang Tuan. Air matanya merembes keluar membasahi pipi. Gadis itu menangis dalam diam, hingga tertidur karena kelelahan. Meski sudah berkali-kali disetubuhi Raymond, hati Rara rasanya masih saja sakit. Padahal dia s
Dalam pelukan Sang Tuan katakutannya berkurang hingga Rara merasakan sebuah kenyamanan, rasa nyaman yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya saat bersama Raymond. "Apa yang kamu rasakan kini?" pertanyaan nan lembut membuat Rara enggan melepaskan pelukan sang Tuan, dia ingin terus seperti itu. "Hey." Raymond menggoyang tubuh Rara, dia memastikan jika gadisnya tidak kenapa-kenapa. "Apa yang kamu rasakan?" Kembali Raymond bertanya dengan nada khawatir. "Saya baik-baik saja Tuan." Terdengar sahutan lirih dari Rara. Perlahan Raymond mengendurkan pelukannya, dia membawa tubuh Rara bersandar di kursi tak lupa dia mengatur kursi agar Rara bisa bersandar dengan nyaman. "Tenanglah kamu akan baik-baik saja." Beberapa saat setelah menyandarkan kepalanya, tiba-tiba perut Rara bergejolak, rasa mual kini menguasai tubuhnya membuat Rara yang belum sempat bilang ingin ke toilet harus muntah di tempat. Huek, huek Rara muntah tepat di tangan Raymond yang membuat pria dingin ini seketika membulatka
Pergumulan terjadi, keduanya hanyut dalam surga dunia yang memabukkan, tak hanya tubuhnya yang berkhianat, hati dan pikirannya juga sudah mulai tak sinkron, yang awalnya tidak menyukai pemaksaan Raymond kali ini seakan mengijinkan sang Tuan menjamah tubuhnya, bahkan tangannya mengalung sempurna di jenjang leher pemiliknya. Sama-sama mendapatkan kenikmatan yang tiada tara, keduanya terkulai lemah dengan nafas yang memburu Raymond yang lelah memejamkan matanya sedangkan Rara masih terjaga sembari memikirkan kembali apa yang telah terjadi. Samar-samar terdengar suara ketukan dari luar, Rara segera beranjak untuk membukakan pintu, di depan pintu sudah ada pelayan hotel yang membawa makanan untuk mereka. "Biar saya saja yang membawanya masuk." Tangan Rara menahan meja troli yang akan dibawa pelayan masuk. "Baik Nona," sahut pelayan. Segera Rara membawa meja troli masuk, dia meletakkan semua makanan di meja kemudian mengembalikan lagi meja troli pada pelayan. "Terima kasih." Masuk kemb
David benar-benar tidak mengerti dengan Raymond yang semakin bersikap aneh, di rumah jelas banyak koki profesional lantas untuk apa meminta Rara yang notabenenya hanyalah gadis kecil tanpa memiliki kemampuan seperti koki, memasak? "Tapi Tuan....Saya takut jika Nona Rara yang memasak makanannya tidak sesuai standar anda." Raymond menggeleng, dia tidak perduli masakan Rara nanti sesuai standar atau tidak yang jelas dia ingin gadis kecil itu memasak untuknya. "Baiklah Tuan."David menurut saja, karena begitulah sang Tuan jika menginginkan sesuatu tidak ada yang bisa mencegahnya.Sekali pencet nomor David sudah terhubung dengan kepala pelayan di rumah, dia mengutarakan kemauan sang Tuan, sama seperti David kepala pelayan juga tidak mempercayakan hal tersebut pada Rara tapi mereka tidak bisa membantah apa yang dititahkan oleh Tuannya. "Baiklah Tuan David." "Tuan sekali lagi apa anda yakin dengan masakan Nona Rara?" Tatapan Raymond begitu tajam membuat bulu kuduk David berdiri dan seketik