Operasi yang dijalani Alenta berjalan lancar tanpa ada hambatan apapun. Pemulihan setelah operasinya berlangsung selama satu minggu. Selama itu Alden dan Selly bergantian menjaga Alenta.
Hari ini perban wajah Alenta akan dilepas. Alenta sudah menunggu-nunggu hari ini. Selama seminggu wajahnya terasa pengap dan besar karena perban yang masih melilit disana. Ada rasa takut dan gugup yang melanda hatinya tiba-tiba. Bagaimana jika wajahnya berubah menjadi buruk karena operasi ini?
Alden telah datang ke ruangannya setengah jam yang lalu sedangkan Selly berhalangan hadir karena jadwal praktiknya yang bentrok hari ini.
"Kau gugup hari ini?" Tanya Alden pada Alenta.
Alenta mengangguk pelan, ia hanya bisa menggerakkan kepalanya sebagai isyarat untuk menjawab lawan bicaranya.
"Baiklah perbannya akan saya buka. Nona Alenta, Anda sudah siap?" Tanya Dokter John, Dokter yang bertanggung jawab atas operasi plastik Alenta. Dokter John adalah teman ayah Selly
Bab baru semoga para reader suka... Kritik dan Saran masih ditunggu.. Terimakasih
Alden memasuki hall room tempat pertunangan Rafael dan Barbara dilaksanakan. Alenta mengekori langkah Alden dari belakang. Terlihat dari jauh, Rafael Herenson telah melambaikan tangan pada mereka dengan senyuman lebar. Alden balas tersenyum, ia menarik tangan Alenta yang terlihat gugup di belakang."Jangan gugup Alenta, ingat kau adalah Kimmy Ara."Alenta menghela nafasnya pasrah saat Alden menariknya untuk menghampiri Rafael. Tidak hanya Rafael, disana juga ada Richard."Kau datang juga," ucap Rafael antusias pada Alden.Alenta berdiri dengan canggung di belakang Alden. Jantungnya berdebar dengan keras, ada rasa khawatir yang ia rasakan saat berhadapan langsung dengan Rafael. Mereka telah menjalin hubungan selama setahun lebih. Bagaimana jika Rafael mengenalinya meski ia telah berganti wajah?Alden menggamit tangan Rafael lalu menjabatnya erat, "Tentu saja aku harus datang untuk melihat pertunangan kawan baikku," sahut Alden dengan senyuman lebar.
"Jadi, Rafael sudah mengundangmu kesana?" Alenta menganggukkan kepalanya penuh tekad mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Alden. Hari ini Alenta akan pergi ke kantor perusahaan Number One. Seperti yang ia dan Alden perkirakan, tanpa butuh usaha lebih dengan sendirinya Rafael pasti akan mengundangnya untuk bekerja di perusahaan itu. Terima kasih untuk wajah operasi plastiknya yang sangat membantu. "Aku tidak yakin jika dia menerimamu hanya karena ingin membalas budi padaku," ucap Alden sambil tertawa. Ia teringat ucapan Rafael kemarin malam. Pria itu berkata akan menerima adiknya untuk bekerja disana sebagai ungkapan balas budi karena telah membantu bisnisnya dengan baik. Alenta ikut terkekeh kecil, "Tampaknya kau sudah mengenal Rafael dengan baik," "Dia pria yang mudah tergoda. Kecantikan wajah Kimmy Ara berhasil menjeratnya. Dia tidak sadar bahwa ia sudah tergoda pada malaikat kematiannya," timpal Alden pada Alenta yang masih sibuk merias penam
"Jadi kamu kehilangan materi yang akan kita bahas hari ini?" Alenta mengendap-endap di depan pintu ruangan Rafael hari ini. Terdengar suara Rafael yang tengah mengamuk di depan sekertaris pribadinya, Karina. Sejak pagi wajah Karina terlihat kusut dan panik. Alenta menggigit bibirnya merasa sangat bersalah pada Karina. Meski sejak kedatangannya Karina terlihat tidak pernah ramah padanya di kantor ini, tapi ia merasa tidak enak karena harus mengorbankan Karina demi rencananya berhasil. Alenta jadi teringat akan kejadian beberapa hari yang lalu, ia berdebat habis-habisan dengan Alden karena tidak setuju dengan rencana ini. "Tidak ada cara lain Alenta. Jika kau ingin rencana kita berhasil maka nalurimu itu harus kita buang." ucap Alden tegas malam itu. Alenta akhirnya menyerah dan memilih menyetujui rencana Alden. Mau tidak mau, Alenta harus menyingkirkan sekertaris pribadi Rafael demi berhasilnya rencana mereka. Alenta menghela nafasnya berat. Da
Alenta bersorak dalam hatinya karena rencananya bersama dengan Alden berhasil. Akhirnya Rafael menerimanya sebagai sekertaris pribadi, hal ini bisa mempermudah jalannya untuk menghancurkan keluarga Herenson. "Besok aku akan mengumumkannya pada tim kita, sebentar lagi jam pulang," Alenta hanya menganggukkan kepalanya paham. "Bagaimana jika aku mengantarmu pulang?" Tawar Rafael tiba-tiba. Mata Alenta kembali mengerjap mendengar perkataan Rafael. Ia berdiri dengan bingung.Apa yang harus ia lakukan sebaiknya? Menerima tawaran ini atau menolaknya? Alenta segera mengangguk kecil dan memilih untuk menerima tawaran Rafael. Tidak akan ada masalah jika Rafael mengetahui rumah Alden, bukan? **** Alden menarik gorden yang menutup jendela kamarnya saat mendengar suara mobil berhenti di depan rumahnya. Ia mengernyitkan keningnya saat melihat mobil itu ternyata bukan taksi yang biasa dinaiki Alenta. Matanya menyipit mencoba mengen
"Baik Pak, saya paham. Kalau begitu sampai nanti besok," Alenta menutup panggilan telepon dari Rafael lalu kembali menghadap Alden. "Ada apa lagi dengan pria itu?" Tanya Alden yang menatap Alenta tajam. Alenta mengangkat alisnya melihat tatapan Alden yang tidak ramah. Apa Alden marah lagi? Tapi kenapa? Alenta menggelengkan kepalanya, mencoba mengabaikan pemikiran negatifnya tentang Alden yang terlihat aneh hari ini, mungkin itu hanya perasaannya saja. "Dia memintaku datang lebih awal besok,""Kenapa?" Tanya Alden lagi. "Dia ingin memberitahu seluruh tim bahwa aku akan menjadi sekertarisnya besok," jelas Alenta lalu kembali menikmati makanan yang berada di hadapannya dan mengabaikan tatapan Alden yang tajam. "Tapi kenapa kau harus datang lebih awal ke kantor?" Tanya Alden dengan nada sinis. Alenta mengedikkan bahunya lalu memberikan tatapan heran pada Alden, "Entahlah Alden, aku juga tidak tahu. Kenapa kau sangat sens
"Ara, maafkan aku. Pak Direktur ingin menemuimu sepulang kantor nanti," Alenta mengangkat alisnya mendengar perkataan rekan kantornya ketika kantor dalam keadaan sepi. Karyawan lain sepertinya tengah bersiap untuk jam istirahat. Ia terpaku sejenak mendengar perkataan itu. Richard? Akhirnya setelah beberapa minggu ia berada di kantor ini, manusia brengsek itu menyadari kehadirannya. Tapi kenapa dia ingin memanggilnya secara sembunyi-sembunyi seperti ini? Alenta menganggukkan kepalanya singkat sebagai jawaban. Rekan kerjanya segera pamit undur diri dari ruangannya. Ruangan Rafael yang bersebelahan dengannya terbuka lebar. Ia segera berdiri dari kursinya saat Richard keluar dari dalam sana. "Ada apa? Kenapa wajahmu tegang sekali?" Tanya Rafael. Alenta segera mengulas senyum tipis. "Tidak apa-apa, Pak. Saya hanya kelelahan," kilah Alenta sambil mengusap tengkuknya. Rafael segera menghampiri Alenta lalu menatapnya cemas, "Kau
Alenta terhenyak mendengar tuduhan yang dilontarkan Richard. Menggoda puteranya katanya? Ia mendengus kasar. Jika bukan karena dendamnya, ia juga tak akan mendekati Rafael barang satu senti pun."Kenapa Anda bisa berkata seperti itu?" Tanya Alenta sinis. Ternyata beginilah sifat asli dari seorang Richard. Dia pandai mengintimidasi lawannya dengan percaya diri."Semua orang di kantor memiliki mata dan telinga, Kimmy Ara.""Ya, baiklah. Apa saya juga harus mengakui tuduhan itu? Saya memang menggoda putera Bapak, lalu apa yang Anda ingin saya lakukan?""Tinggalkan Rafael atau aku akan melakukan cara apapun untuk membuatnya berhasil,"Alenta tersenyum sinis. "Sepertinya Anda akan melakukan apapun untuk itu,""Syukurlah kau cukup cepat memahami apa yang tengah aku bicarakan. Jadi tinggalkan dia jika ingin hidupmu damai," Ujar Richard membalas senyum Alenta miring."Rafael yang menempel terus pada saya. Kenapa saya harus melakukan itu? Kami sal
Mata Rafael melebar mendengar pengakuan gadis itu. Barusan gadis itu bicara apa?"Saya mencintai Anda. Saya ingin terus bersama Anda, apa Anda tidak memiliki perasaan yang sama dengan saya?" Tanya Kimmy Ara dengan berurai air mata.Rafael terpaku di tempat melihat gadis itu menangis, ia tidak mengerti kenapa gadis itu bisa mencintainya sedalam ini. Ia tidak pernah mendapatkan cinta setulus itu dari seorang gadis selain Alenta."Tapi, Ayah bisa mengancam nyawamu," tukas Rafael gelisah. Ia tidak ingin kehilangan lagi dan merasa bersalah atas kematian seseorang.Kimmy Ara menggeleng kuat-kuat, "Saya tidak perduli. Nyawa pun akan saya pertaruhkan untuk Anda,"Hati Rafael menjadi luluh dengan perkataan Kimmy Ara. Sebisa mungkin ia menahan diri agar ia tidak memeluk Kimmy Ara saat ini juga. Namun, ucapan ayahnya tadi pagi kembali terngiang di telinganya.Ayah yakin, dia mengincar harta kita!Rafael menggelengkan kepalanya keras. Sadar Rafae