"Baik Pak, saya paham. Kalau begitu sampai nanti besok,"
Alenta menutup panggilan telepon dari Rafael lalu kembali menghadap Alden.
"Ada apa lagi dengan pria itu?" Tanya Alden yang menatap Alenta tajam.
Alenta mengangkat alisnya melihat tatapan Alden yang tidak ramah. Apa Alden marah lagi? Tapi kenapa?
Alenta menggelengkan kepalanya, mencoba mengabaikan pemikiran negatifnya tentang Alden yang terlihat aneh hari ini, mungkin itu hanya perasaannya saja.
"Dia memintaku datang lebih awal besok,"
"Kenapa?" Tanya Alden lagi."Dia ingin memberitahu seluruh tim bahwa aku akan menjadi sekertarisnya besok," jelas Alenta lalu kembali menikmati makanan yang berada di hadapannya dan mengabaikan tatapan Alden yang tajam.
"Tapi kenapa kau harus datang lebih awal ke kantor?" Tanya Alden dengan nada sinis.
Alenta mengedikkan bahunya lalu memberikan tatapan heran pada Alden, "Entahlah Alden, aku juga tidak tahu. Kenapa kau sangat sens
Mohon Kritik dan Sarannya Reader Semua...
"Ara, maafkan aku. Pak Direktur ingin menemuimu sepulang kantor nanti," Alenta mengangkat alisnya mendengar perkataan rekan kantornya ketika kantor dalam keadaan sepi. Karyawan lain sepertinya tengah bersiap untuk jam istirahat. Ia terpaku sejenak mendengar perkataan itu. Richard? Akhirnya setelah beberapa minggu ia berada di kantor ini, manusia brengsek itu menyadari kehadirannya. Tapi kenapa dia ingin memanggilnya secara sembunyi-sembunyi seperti ini? Alenta menganggukkan kepalanya singkat sebagai jawaban. Rekan kerjanya segera pamit undur diri dari ruangannya. Ruangan Rafael yang bersebelahan dengannya terbuka lebar. Ia segera berdiri dari kursinya saat Richard keluar dari dalam sana. "Ada apa? Kenapa wajahmu tegang sekali?" Tanya Rafael. Alenta segera mengulas senyum tipis. "Tidak apa-apa, Pak. Saya hanya kelelahan," kilah Alenta sambil mengusap tengkuknya. Rafael segera menghampiri Alenta lalu menatapnya cemas, "Kau
Alenta terhenyak mendengar tuduhan yang dilontarkan Richard. Menggoda puteranya katanya? Ia mendengus kasar. Jika bukan karena dendamnya, ia juga tak akan mendekati Rafael barang satu senti pun."Kenapa Anda bisa berkata seperti itu?" Tanya Alenta sinis. Ternyata beginilah sifat asli dari seorang Richard. Dia pandai mengintimidasi lawannya dengan percaya diri."Semua orang di kantor memiliki mata dan telinga, Kimmy Ara.""Ya, baiklah. Apa saya juga harus mengakui tuduhan itu? Saya memang menggoda putera Bapak, lalu apa yang Anda ingin saya lakukan?""Tinggalkan Rafael atau aku akan melakukan cara apapun untuk membuatnya berhasil,"Alenta tersenyum sinis. "Sepertinya Anda akan melakukan apapun untuk itu,""Syukurlah kau cukup cepat memahami apa yang tengah aku bicarakan. Jadi tinggalkan dia jika ingin hidupmu damai," Ujar Richard membalas senyum Alenta miring."Rafael yang menempel terus pada saya. Kenapa saya harus melakukan itu? Kami sal
Mata Rafael melebar mendengar pengakuan gadis itu. Barusan gadis itu bicara apa?"Saya mencintai Anda. Saya ingin terus bersama Anda, apa Anda tidak memiliki perasaan yang sama dengan saya?" Tanya Kimmy Ara dengan berurai air mata.Rafael terpaku di tempat melihat gadis itu menangis, ia tidak mengerti kenapa gadis itu bisa mencintainya sedalam ini. Ia tidak pernah mendapatkan cinta setulus itu dari seorang gadis selain Alenta."Tapi, Ayah bisa mengancam nyawamu," tukas Rafael gelisah. Ia tidak ingin kehilangan lagi dan merasa bersalah atas kematian seseorang.Kimmy Ara menggeleng kuat-kuat, "Saya tidak perduli. Nyawa pun akan saya pertaruhkan untuk Anda,"Hati Rafael menjadi luluh dengan perkataan Kimmy Ara. Sebisa mungkin ia menahan diri agar ia tidak memeluk Kimmy Ara saat ini juga. Namun, ucapan ayahnya tadi pagi kembali terngiang di telinganya.Ayah yakin, dia mengincar harta kita!Rafael menggelengkan kepalanya keras. Sadar Rafae
"Aku pamit pulang. Aku merasa tidak nyaman terus berada disini jika Kakakmu tidak menyukai kehadiranku," ujar Rafael setelah Alden berlalu dari ruangan Alenta beberapa jam yang lalu.Alenta menganggukkan kepalanya. Saat Rafael hendak beranjak pergi, Alenta tiba-tiba menahan lengan Rafael."Anda tidak akan meninggalkan saya lagi bukan?" lirih Alenta setengah memohon.Rafael terlihat bimbang. Pria itu terdiam untuk beberapa saat, lalu detik berikutnya ia mengangguk. "Aku tidak akan melakukan itu, kau tidak perlu khawatir," sahut Rafael lembut.Alenta ingin bersorak saat Rafael terlihat mempercayainya. Ia merasa berterima kasih pada Richard karena menciptakan peluang baginya. Ia tersenyum tipis pada Rafael lalu berkata, "Terima kasih,""Kalau begitu aku pergi, kau harus segera pulih,"Alenta menganggukkan kepalanya singkat. Ia menatap punggung Rafael hingga pria itu berlalu dari ruangannya.Setelah Rafael benar-benar pergi, Alenta segera
"Kenapa Ayah melakukan itu? Lepaskan! Kubilang lepas!" Richard terkejut saat Rafael menerobos masuk ke ruangannya lalu berteriak kencang. Ia memberi isyarat pada beberapa penjaga yang ia sewa agar melepaskan cekalan mereka pada puteranya. "Ada apa Rafa? Kenapa kau terlihat sangat marah?" Tanya Richard berpura-pura tidak paham. Sebenarnya ia tahu alasan kenapa Rafael menghampirinya dengan tidak sopan seperti ini. Apa lagi kalau bukan karena gadis rendahan itu? "Aku bilang aku akan menjauhinya, Ayah sudah berjanji padaku tidak akan melukainya. Tapi kenapa Ayah malah ingkar dan membuatnya celaka di depan mataku?" cecar Rafael murka. Richard berdiri menjulang di hadapan Rafael. "Sejak kapan kau membangkang pada Ayahmu? Aku melakukan hal itu agar dia tidak membuatmu goyah seperti ini!" balas Richard sengit. Rafael mendengus kasar. Selama ini ia berusaha menjadi anak penurut bagi ayahnya, tapi ayahnya hanya melakukan sesuatu yang menurutnya benar ta
Alenta meletakkan snack yang sedang ia makan saat ponselnya tiba-tiba berdering. Dengan malas, Alenta segera menghampirinya. Ini hari cutinya dari kantor karena sakit. Siapa yang telah mengganggu kesenangannya yang sedang bersantai hari ini? Alenta berdecak saat melihat nomor asing tertera di layar. Akhir-akhir ini banyak nomor asing bermunculan disana. Apa ia harus mengganti nomornya nanti? "Hallo?" sapa Alenta dingin. Jika yang meneleponnya adalah orang iseng atau seorang penipu yang hendak mencari korban, ia akan memarahinya habis-habisan. "Selamat siang Kimmy Ara," Seorang perempuan muda terdengar menyapanya lembut. Alenta mengangkat alis mendengar sapaan di seberang sana. Kenapa dia tahu tentang Kimmy Ara? "Ya. Dengan siapa saya berbicara?" Tanya Alenta balik. Suara di seberang sana terdengar menghela nafas panjang lalu berkata, "Saya Puteri Barbara," Alenta terkejut mendengar jawaban itu. Puteri Barbara? Tunangan Rafael? Kenapa s
"Apa yang sebenarnya kau lakukan pada Anakku?" lirih Elenna Herenson. Ia berdiri dengan gelisah karena Rafael tidak kunjung tiba dari semalam."Aku hanya memberi peringatan sedikit agar dia menurut," balas Richard tegas.Elenna mendengus mendengar ucapan Richard, "Kau dan kediktatoranmu itu membuatku muak," desis Elenna kesal.Richard segera menghampiri Elenna. Ia menyentuh bahu Elenna lembut, "Sayang, aku melakukan ini untuk dia juga. Dia selalu tergoda dengan wanita rendahan, wajar jika aku memberinya peringatan."Elenna menghela nafasnya panjang, "Kenapa status sosial sangat penting bagimu, Sayang? Rafael akan merasa tertekan jika kita terus membatasi pergaulannya," protes Elenna tidak suka. Ia tahu Richard selalu menginginkan kesempurnaan, tapi ia selalu tidak tega jika anaknya dididik terlalu keras oleh suaminya."Dia harus bisa menahannya jika ingin menjadi penerusku, bukan begitu? Kalangan bawah hanya akan menghambatnya,"Elenna hanya
Richard merasa tidak memiliki wajah lagi setelah mendengarkan rekaman dari diska lepas itu. Amarahnya kini muncul ke permukaan. Puteranya benar-benar bodoh! Bagaimana bisa Rafael kecolongan hingga tidak mengetahui bahwa percakapan yang mereka lakukan telah direkam oleh Kimmy Ara? "Maafkan aku, Ed. Akan ku pastikan Rafael meminta maaf pada puterimu soal ini," ujar Richard merasa menyesal. "Tidak perlu!" sanggah Edward berang, "Aku tidak perlu permintaan maaf darinya. Lebih baik kita batalkan saja perjodohan ini," Mata Richard melebar mendengar keputusan Edward. Dibatalkan? Tidak, perjodohan ini tidak bisa dibatalkan begitu saja. Ia masih membutuhkan dana investasi yang terkucur dari keluarga Johnsons. "Tidak, tidak. Kenapa harus dibatalkan? Barbara akan sedih jika pertunangan ini batal, Ed," bujuk Richard. "Perjodohan ini akan tetap batal. Aku akan mengurus putriku sendiri dan kau lebih baik urus puteramu untuk lebih menghargai orang lain!" ger