Nick menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan dari Bara.Yang menanyakan apakah dirinya mengundang seseorang yang Nick anggap sebagai kakaknya meskipun keduanya lahir dari ibu yang berbeda.Tentu saja Nick tidak mengundang pria tersebut, karena ia telah berkomitmen untuk tidak berurusan dengan Noah lagi.Nick pun juga bingung kenapa Noah menghadiri acara pernikahannya."Ada yang tidak beres Nick," ujar Bara yang terus menatap pada Noah.Dimana pria itu juga berjalan menggunakan dua tongkat, karena memang mengalami patah tulang, dan yang Noah alami lebih serius di banding dengan Sasa sang istri."Kamu tetap berada disini, aku yang akan menghadapinya Nick."Bara segera meninggalkan sahabatnya, dan berjalan menuju dimana Noah berada. Yang datang tidak hanya seorang diri, tapi juga dengan Fred."Acara ini tidak di peruntukan untuk orang yang tidak punya hati sepertimu, lebih baik kamu pergi. Jangan sampai aku memanggil security untuk menarik kalian keluar dari sini." kata Bara ya
"Liza," ucap Nick ketika melihat seseorang yang Mela tunjuk. Dimana Vian sedang berbicang dengan Eliza, dan sepertinya perbincangan itu tidak seperti perbincangan biasa. "Iya mantan pacar kamu, kan?" "Sayang, jangan bicara tentang masa lalu." "Maaf, refleks Sayang." ucap Mela sambil mengukir senyum. "Kamu yang mengundang dia?" "Tidak." jawab Nick benar adanya. Karena memang dirinya tidak mengundang Eliza. Tapi entah dengan Bara atau sehabatnya yang lain. "Mungkin Bara yang mengundang dia, sayang." Namun, Mela tidak menimpali ucapan dari sang suami. Karena kedua matanya masih menatap pada Vian dan juga Eliza. Dimana keduanya bukan lagi sedang berbincang, tapi beralih mengambil bayi Vera yang sedari tadi bersama dengan sang perawat. Lalu menggodongnya bergantian, sambil memanjakan bayi itu. "Mungkin Vian yang mengundang Liza, sayang." kata Mela. Dirinya masih mengingat beberapa hari lalu, Vian menceritakan jika sedang dekat dengan seorang wanita, setelah mengalami kecelakaan motor
"Siapa suruh kamu makan!?"Bantingan piring keramik terdengar nyaring memenuhi seluruh sudut rumah sederhana, membuat Nikitamela, gadis yang baru saja kehilangan semua–nya mulai dari orang tersayang hingga kehidupan mewahnya, begitu terkejut dengan hal tersebut.Mela sapaan Nikitamela yang sedang duduk untuk menikmati makan malam setelah seharian pontang-panting mengurusi berbagai macam pekerjaan rumahan yang tiba-tiba dibebankan padanya oleh ibu tiri dan putrinya."Ma, aku lapar." Dengan nada gemetar, Mela menanggapi ucapan dari Mama Mira yang beberapa tahun belakangan ini menjadi mama tirinya."Aku tidak peduli!" sahut Mama Mira. Wanita setengah baya itu lantas menarik rambut Mela, membuat gadis itu sontak berdiri sembari memegangi rambutnya."Ma, sakit!" pekik Mela."Terserah! Yang jelas, kamu harus kerja dulu baru bisa makan!" tanpa belas kasihan, Mama Mira menarik rambut Mela dan membawa gadis itu ke luar rumah. "Di sini tidak ada yang gratis! Paham!?"Rasa sakit yang dirasakan
"Apa!?"Tentu saja Mela menolak mentah-mentah tawaran Madam. Ia pun ingin turun dari tempat tidur, meskipun dengan susah payah. Namun, gerakannya terhenti saat Madam menyentuh lengannya dengan lembut. "Pikirkan baik-baik," ucap wanita dengan riasan mencolok tersebut. "Dengan tubuh dan kecantikanmu, kamu pasti bisa langsung mendapatkan uang melimpah untuk membalas ibu tirimu yang semena-mena itu."Mela menoleh pada Madam setelah mendengar apa yang dikatakannya. "Tapi aku tidak mau menjual diri!" tegas Mela. "Aku mau melakukannya pertama kali dengan pria yang benar-benar kucintai."Seketika Madam di hadapan Mela memasang wajah sedih. Wanita itu mengelus rambut Mela dengan lembut. "Anak cantik," ucap wanita itu pelan. "Namun … kamu sudah tidak perawan."Sepasang mata Mela sontak membeliak, terkejut. Secara berangsur, ia bisa mengingat kejadian sebelum ia jatuh pingsan, bahwa ada segerombolan pria yang mengepungnya, dan mendengar salah satu pria mengatakan hal senonoh. "Aku menemukanmu
"Kamu bisa menyebutkan berapa harga yang kamu mau jika kamu berhasil melakukan misi ini."Mela terdiam. Setelah pengalamannya selama tiga tahun, Mela yakin dirinya mampu. Tanpa pikir panjang lagi, karena iming-iming uang yang cukup besar, akhirnya Mela mau menjalankan misi dari pria tua yang tadi membawanya, dimana pria tua tersebut, bernama pak Johan, dan dia adalah tangan kanan dari pria yang harus Mela goda, dimana pria itu impoten. Dan ini misi yang cukup sulit untuk Mela, tapi ia merasa tertantang dengan misi tersebut. "Temui Pak Nick Carson, di kamar nomor 135," ucap Pak Johan memberi tahu Mela, dimana ia harus menemui pria yang harus ia goda agar tidak lagi impoten. "Tenang saja, kamu tinggal pergi ke meja reservasi dan sebut namaku, nanti kamu akan mendapat kunci cadangan untuk kamar yang baru aku sebut," kata Pak Johan yang sudah menghentikan laju mobilnya tepat di depan sebuah lobi hotel bintang enam yang begitu megah. "Buat senjatanya bisa berdiri," "Baik, Pak," hanya it
Sementara itu di tempat lain, pak Johan melajukan mobilnya pelan ketika sudah memasuki halaman rumah mewah, tempatnya selama ini mengabdi kepada keluarga Carson, dan sekarang menjadi tangan kanan dari Nick. Setelah memarkirkan mobilnya di tempat yang seharusnya, kini pak Johan langsung masuk ke dalam rumah, dan tujuannya adalah menemui penguasa rumah mewah tersebut. "Selamat malam," sapa pak Johan ketika baru memasuki salah satu kamar di dalam rumah mewah tersebut, yang besarnya melebihi lapangan tenis lapangan, dengan semua fasilitas yang ada, kemudian pak Johan mendekati wanita paruh baya yang sedang duduk bersandar di atas kasur sambil melihat majalah fashion. "Malam, bagaimana?" tanya mami Julia, yang tak lain dan tak bukan adalah mami dari Nick. Yang sudah puluhan kali menyuruh pak Johan, mencari wanita untuk meniduri sang putra yang mengalami impoten, setelah mengalami kecelakaan beberapa tahun silam Setelah segala pengobatan sudah ia tempuh, tapi tidak membuahkan hasil, hin
Setelah mendapat petuah dari Pak Johan yang sudah Nick anggap sebagai keluarganya sendiri, karena pak Johan–lah yang selalu berada di samping Nick, hingga ia menjadi pengusaha di usia yang masih muda seperti sekarang ini.Akhirnya Nick pulang untuk menemui sang mami, dan ia tahu apa yang akan dibicarakannya, apa lagi jika bukan tentang perjodohan.Mami Julia menyambut sang putra dengan penuh kebahagiaan, karena ia sekarang tahu, Nick sudah menjadi pria sejati."Selamat sayang," kata mami Julia yang langsung menghampiri sang putra yang baru masuk ke dalam rumah, kemudian memeluk tubuh Nick sekilas. "Mami harus mengapresiasi permainan kamu di atas ranjang, sayang. Mami tahu kamu baru melakukannya sekali. Tapi mami akui permainan kamu sungguh luar biasa,"Mendengar perkataan sang mami, membuat Nick merasa curiga, jika apa yang semalam terjadi telah di rekam. Membuatnya kini menatap pada pak Johan yang langsung menundukkan kepalanya, tahu kenapa Nick menatap kearahnya."Jangan salahkan Joh
"Maaf, aku tidak sengaja," kata Mela tidak ingin menanggapi ucapan dari Nick, dan pergi meninggalkannya, menuju sebuah meja yang sudah ia reservasi sebelumnya. Seolah tidak mengenal Nick, dan itulahlah Mela yang selalu bersikap profesional, pada setiap pria yang sudah ia layani, dimana pun ia bertemu dengan pria yang sudah mencicipi tubuhnya, Mela selalu bersikap tidak mengenal, apa lagi pak Johan sudah mengingatkannya, untuk melupakan kejadian semalam, tentu saja itu sangat mudah bagi Mela.Nick menatap kepergian Mela, merasa aneh melihat sikapnya yang seolah tidak mengenalnya."Nick, kamu mengenal dia?" tanya Valen, calon istri dari Nick yang berdiri tepat di sampingnya, ketika keduanya ingin meninggalkan restoran tersebut setelah selesai makan malam bersama anggota keluarganya yang lain, dimana semuanya sudah terlebih dahulu keluar dari restoran tersebut.Mendengar pertanyaan dari Valen, wanita cantik yang usianya sama dengan Nick, dan juga seorang CEO. Membuat Nick langsung menga