Bik Sumi pun mengangguk. Ny. Anggara seketika mengarahkan pandangan ke jendela. Tak tampak apa pun di sini. Tak bisa dipungkiri oleh Ny. Anggara, dirinya pun merasakan perasaan aneh.
"Emang kita harus segera pindah dari sini. Kasian Non Sandra. Bisa digangguin terus," papar Bik Sumi sambil memandang Sandra yang tidur pulas. Wanita ini tersenyum merasa bersyukur sang nona tak terganggu tidurnya."Yaodah, ceritanya dilanjut di perjalanan aja,"sahut Ny. Anggara yang mulai merasakan ngeri. Dia sengaja menunda cerita Bik Sumi. Sudah dua orang yang mengatakan ada sesuatu di jendela tersebut. Hal tersebut sudah cukup kuat buat alasan harus segera pindah dari rumah ini."Saya taruh travel bag Non Sandra ke bagasi dulu. Punya Nyonya sudah siap?" tanya Bik Sum seraya menyeret dua koper besar tersebut."Udah saya taruh di ruang tamu. Sekalian, panggilkan Vino dan tukang angkut. Suruh ngangkat Sandra ke mobil.""Baik, Nyonya. Permisi," balas Bik Sumi. Wanita berdaster tersebut segera berlalu, tetapi di belakangnya tampak samar bayang-bayang seorang pria. Kedua mata Ny. Anggara membelalak menatapnya. Dia bangkit lalu mengikuti Bik Sumi dengan bayangan hitam yang menempel di punggungnya. Bulu kuduk Ny. Anggara meremang. Wanita ini bergidik sambil meraba tengkuk.Ny. Anggara berdiri terpaku menatap punggung ART-nya yang berjalan menuju teras. Beberapa saat kemudian, Bik Sumi telah kembali bersama Vino dan tukang angkut. Bik Sumi tersenyum ke arah sang majikan lalu mengambil travel bag milik Ny. Anggara. Sedangkan, Vino dengan tukang angkut berjalan menghampiri Ny. Anggara. Dari arah teras, tampak satpam berjalan sambil menenteng kantong plastik hitam. Seketika bau busuk menguar memenuhi ruangan."Bau apaan ini?" tanya Vino yang segera menutup hidung hidung. Hal yang sama dilakukan oleh Ny. Anggara dan tukang angkut.Langkah kaki satpam kian dekat dan bau busuk pun semakin menyengat. Tampak kerumunana lalat hijau mengitari kantong dan juga tubuh satpam. Ketiga orang menutup hidung dengan mata mendelik ke arah satpam."Pak, tolong balik ke luar. Busuk banget. Emang Bapak gak cium baunya?" tanya Ny. Anggara setengah berteriak.Seketika langkah satpam terhenti. Pria berseragam ini mengibas-ngibaskan tangan untuk mengusir puluhan lalat tersebut. "Saya gak cium bau apa pun, Nyonya. Kok aneh, banyak lalat kayak gini," jawab satpam dengan muka datar."Bau busuk gini, gak kecium? Taruh di pos dan tolong cari kardus buat bawa ke kantor polisi,"pinta Ny. Anggara lalu berjalan menuju kamar.Kedua pria mengikuti langkah kaki sang nyonya. Sedangkan satpam segera balik arah kembali ke arah pos jaga. Begitu pria berseragam tersebut menjauh, bau busuk pun menghilang."Maaf. Kapan Nyonya mau ke kantor polisi?" tanya Vino dengan rasa khawatir.Pria muda ini punya rasa kepedulian yang tinggi kepada keluarga Anggara. Dia adalah pria muda yang hampir gagal mengikuti ujian akhir sekolah karena menunggak SPP. Vino bertemu Ny. Anggara saat menjadi kuli panggul di pasar. Vino jatuh pingsan saat seusai membantu angkat belanjaan Ny. Anggara.Berawal dari situ, akhirnya Ny. Anggara tahu keadaan keluarga Vino dan problem yang sedang dihadapi oleh pria muda ini. Nyonya berparas cantik dan baik hati ini lalu memperkenalkan Vino ke suaminya. Sejak saat itu, Vino dipekerjakan sebagai office boy di perusahaan Tuan Anggara.Oleh karena melihat kepribadian Vino yang baik dan bertanggung jawab, Tuan Anggara menyuruh membiayai Vino untuk kursus mengemudi. Vino naik posisi menjadi sopir pribadi Tuan Anggara. Demi keamanan Sandra, akhirnya Vino dipekerjakan menjadi sopir pribadi sang putri."Dalam kresek tadi tertulis barang bukti untuk polisi. Pak Satpam akan mengantarkan ke kantor polisi dan itu saya dukung. Agar kasus cepat terkuak," beber Ny.Anggara dengan ekspresi kusut.Wanita berumur setengah abad ini merasa kecewa sekaligus marah terhadap suaminya. Namun, dia belum tahu persis dengan apa yang sesungguhnya terjadi. Sedangkan Sandra sebagai saksi kunci, masih belum stabil keadaan jiwanya. Ny. Anggara masih menunggu kesembuhan sang putri tercinta."Memang sebaiknya seperti itu, Nyonya. Saya menyarankan, Nona Sandra ditempatkan ke tempat aman dan nyaman. Jiwa Non dalam keadaan tertekan. Apakah tidak sebaiknya, berdiam sementara waktu di tempat sejuk dan tak banyak berinteraksi dengan orang-orang yang banyak mengenalnya. Sejak kasus ditangani polisi, banyak wartawan dan warga yang cari tahu. Nona Sandra sebaiknya dijauhkan dari ini semua. Demi kesembuhannya," ucap Vino panjang lebar. Seketika raut wajah Ny. Anggara semringah mendengar penjelasan Vino. Wanita ini seketika tersenyum manis."Iya, juga sih. Apa perlu ke luar kota?""Sebaiknya seperti itu, Nyonya. Maaf, bukan maksud saya terlalu ikut campur. Saya hanya memikirkan kesehatan Nyonya dan Nona saja," jelas Vino lalu menundukkan kepala. Pria ini merasa tak enak hati, tetapi tak bisa membiarkan."Gak apa. Justru saya merasa terbantu dalam menghadapi masalah ini. Terima kasih, Vino. Mungkin sementara kasus masih diproses, kami akan tinggal di apartemen. Demi kemudahan dalam memberi keterangan untuk polisi.""Benar sekali, Nyonya. Saya akan mencoba membantu semaksimal mungkin. Haruskah saya mencari pekerjaan baru, Nyonya?""Gak usah cari pekerjaan baru. Status kamu masih sopir Sandra. Saya yang akan menggaji kamu. Tolong temani kami dalam mengadapi kasus ini," pinta Ny. Anggara seraya memegang tangan Vino. Wanita ini percaya akan kemampuan Vino dalam membantu kesembuhan Sandra. Dia melihat interaksi keduanya saat Sandra sebelum depresi sangat akrab."Terima kasih banyak, Nyonya. Saya masih dianggap sebagai sopir." Ny. Anggara pun tersenyum. "Ayo, buruan angkat Sandra ke mobil. Setelah itu antar ke saya ke kantor polisi," ajak Ny. Anggara lalu beranjak masuk kamar diikuti oleh Vino dan tukang angkut.Sandra masih tertidur pulas. Hal tersebut mempermudah untuk memindahkan gadis muda tersebut. Oleh karena, jika Sandra dalam keadaan terjaga pasti dia akan melakukan perlawanan. Kedua pria membopong tubuh Sandra pelan-pelan.Mereka berjalan hati-hati agar si putri tidur tak terbangun. Sementara Ny. Anggara mengikuti sambil mencoba menghubungi pihak penyidik. Sesampai di mobil, Bik Sumi baru saja selesai menyiapkan tempat tidur untuk Sandra."Terima kasih Bik Sumi," ucap Ny. Anggara sambil membantu membetulkan posisi kaki Sandra saat diturunkan.Kini, tubuh Sandra telah terbujur di atas jok yang telah diatur sedemikian rupa menjadi sebuah tempat tidur. Sebelum berangkat, Ny. Anggara menghampiri satpam."Pak, tolong suruh yang sif malam agar datang sekarang. Bapak harus segera lapor polisi. Nanti saya menyusul," perintah Ny. Anggara seraya mata menatap ke arah samping pos jaga."Baik, Nyonya. Barusan saya sudah telepon dia. Sekarang lagi tunggu dia datang," ucap satpam seraya keluar dari pos lalu mengikuti arah pandangan majikannya."Bagus. Udah gak begitu bau sekarang," kata wanita separuh abad tersebut sembari mengendus-endus ke udara."Habis saya semprot pewangi dan kasih kapur barus dalam dus, Nyonya.""Pak, tolong suruh yang sif malam agar datang sekarang. Bapak harus segera lapor polisi. Nanti saya menyusul," perintah Ny. Anggara seraya mata menatap ke arah samping pos jaga."Baik, Nyonya. Barusan saya sudah telepon dia. Sekarang lagi tunggu dia datang," ucap satpam seraya keluar dari pos lalu mengikuti arah pandangan majikannya."Bagus. Udah gak begitu bau sekarang," kata wanita separuh abad tersebut sembari mengendus-endus ke udara."Habis saya semprot pewangi dan kasih kapur barus dalam dus, Nyonya."“Ya, udah. Kami berangkat. Nanti kita ketemu di kantor polisi,” ucap Ny. Anggara. “Baik, Nyonya,” balas satpam tersebut sambil mengangguk.Ny. Anggara segera berlalu dan segera masuk ke mobil. Wanita berusia separuh baya yang masih terlihat cantik ini mengambil duduk di sebelah Vino. Sementara di kursi belakang ada Bik Sumi yang menjaga Sandra. Perjalanan ke apartemen memerlukan waktu 30 menit.Namun di pertengahan jalan, tampak gelagat lain pada Sandra. Gadis tersebut bangkit lal
“Bukannya yang barusan no.10. Giliran saya, masih lima belas nomor lagi,” balas Bik Sumi sambil memperlihatkan nomor antreannya kepada perawat.“Pak Dokter yang meminta saya untuk mendahulukan Ibu. Mari.”Bik Sumi yang diliputi kebingungan, akhirnya menuruti kata perawat. Wanita ini pun segera masuk ruangan dengan didampingi perawat. Sesaat setelah masuk ruangan, perawat segera mengunci pintu.Ada senyum mengembang dari kedua bibir pria dengan jas putih sembari mengacungkan jempol ke arah asistennya tersebut. Sementara itu dua orang perawat yang lain segera membimbing Bik Sumi menuju ranjang pasien. Wanita lugu tersebut merasa keheranan dengan prosedur perawatan di luar kebiasaan tersebut. Seorang perawat telah mempersiapkan alat suntik.“Dokter, saya langsung disuntik? Saya hanya mau mengobati luka bekas suntikan. Leher saya sakit,” protes Bik Sumi yang belum mau naik ke ranjang.“Harus disuntik agar tak infeksi,” jelas dokter dengan ekspresi datar.“Saya gak mau suntik. Saya minta o
VAMPIRE 8“Benar, Bu. Ada teman saya yang melihat gelagat mencurigakan dari tenaga medis yang memeriksa Bik Sumi,” urai Vino “Ya, beruntung kamu segera ke sana. Gak bisa dibayangkan, jika Bik Sumi jadi korban mereka.”“Ya, Bu. Saya sudah memberitahu teman agar memantau aktivitas mereka.”“Kita laporkan saja ke pihak managemen,” saran Ny. Anggara yang langsung direspon gelengan kepala oleh Vino.“Kenapa?” tanya Ny. Anggara keheranan dengan ucapan Vino yang dirasa ganjil.“Mereka adalah sekumpulan penyamar, Nyonya.”“Itu udah gak bener niat mereka. Apalagi, Bik Sumi korbannya. Kalo bisa jadi saksi. Komplit. Bisa dilaporin, Vin.”“Mereka punya kekuatan super natural, Nyonya,” ucap Vino dengan ekspresi serius.“Maksud kamu?”“Nyonya harus lebih waspada. Mereka telah incar Nyonya sekeluarga.”“Mereka siapa, Vin? Yang jelas, dong!”“Non Sandra punya darah suci, Nyonya.”“Kamu makin ngaco! Sandra anak kandung kami and she is pure the human. Darah suci apaan? Mereka, yang tukang menyamar it
Ny. Anggara pun mengakhiri hubungan telepon lalu memasukkan ponsel ke tas. Bersamaan dengan wanita tersebut menutup tas, terdengar bunyi bell.“Biar aku yang bukain, Ma,” ucap Sandra yang segera beranjak ke arah pintu.Saat pintu dibuka, tampaklah Vino yang tersenyum ramah. Namun dengan penampilan yang sangat mengagetkan ketiga wanita.“Vin ...?”Pertanyaan Ny. Anggara terhenti.“Maaf, saya numpang toilet,” ucap Vino yang gegas masuk dengan sedikit membungkuk. Ny. Anggara hanya bisa mendelik ke arah sopir kepercayaannya tersebut. Sementara dua wanita yang lain, menoleh ke arah Vino hingga tubuh pria muda tersebut hilang di balik pintu toilet.“Ma, itu Bang Vino kenapa?” tanya Sandra bingung sambil menunjuk ke arah pintu toilet.Ny. Anggara seketika tersenyum ke arah putri kesayangannya. “Sayang, syukurlah, kamu udah pulih,” kata Ny. Anggara sambil memeluk Sandra penuh haru.“Ma, emang Sandra kenapa? Terus itu Bang Vino ...,”“Beneran, kamu gak ingat apa pun?” tanya Ny. Anggara semba
“Baik, Pak. Terima kasih bantuannya,” balas Vino sambil menyalami petugas. “Terima kasih telah mau berkerjasama demi penyelidikan,” ucap petugas sembari tersenyum. Di saat bersamaan, telinga Vino yang sensitif mendengar gerakan kasar di antara pepohonan di sekitar kantor polisi. Mereka ingin lawan main rupanya, batin Vino dengan geram. Pria muda berbodi atlelis tersebut melangkahkan kaki ke arah tempat tunggu. Di ujung salah satu kursi panjang, Vino duduk sambil membaca situasi luar dari jendela terbuka di hadapan. Dengan indra penglihatan supranatural, dirinya bisa tahu beberapa sosok berbulu dan bertaring tak kasat mata sedang mengitari area ruang pemeriksaan. Vino tersenyum penuh arti. Dengan mantap, pria tersebut menebar jaring penutup dimensi lain di seluruh area kantor polisi. “Buatlah pesta tanpa korbankan makhluk jenis lain.” Vino mencoba membangun komunikasi dengan mereka. Namun, nyatanya usaha yang dilakukannya tak mendapat respon. Pria berkulit eksotis ini menikmati k
“Setahu saya, tubuh Radit diseret Papa. Dia dibunuh pria tua itu. Dia harus dihukum mati!” teriak Sandra yang tiba-tiba emosi dengan mata melotot. Sekujur tubuh gadis ini tegang lalu terdengar gigi-giginya gemeretak. “Nona, tenang!” bujuk petugas yang kaget dengan reaksi wanita muda tersebut. “Sayang, sudah! Biar Mama yang jawab,” ucap Ny. Anggara sambil memeluk kembali putrinya. “Maaf, Pak. Keadaan anak saya belum stabil. Tolong mengenai hal tersebut diskip dulu!” pinta Ny. Anggara kepada petugas. “Baik, Bu. Sesi tanya jawab Ibu sudah selesai. Khusus untuk Saudari Sandra, tunggu sampe kondisi telah baik. Silakan menunggu di luar, setelah ini ada proses penandatanganan berkas. Minta tolong saksi Sumiati dipersilakan masuk.” “Baik, Pak. Saya akan kasih tahu Bik Sumi. Permisi, Pak,” balas Ny. Anggara yang kemudian membimbing Sandra untuk berjalan keluar ruangan. Sesampai di luar, Ny. Anggara memberitahu Bik Sumi. Setelah si ART masuk ruang pemeriksaan, Ny. Anggara mengajak Sandra u
“Oh, gitu. Nanti sehabis berendam, kita ke sana ya, Bang?” “Baik, Tuan Putri! Sekarang fokus pengobatan sampe gak ada kulit yang terkelupas.” “Okey,” jawab Sandra yang kembali memejamkan mata. “Aaaauhh ...! Ooooo ...!” samar-samar terdengar lolongan serigala semakin mendekat. “Mereka lagi! Bang sat!” ujar Vino penuh emosi. Sandra yang mendengar umpatan Vino barusan, seketika membuka mata kembali. “Ada apa, Bang?” tanya Sandra dengan tatapan mata penasaran. Vino akhirnya merasa geli sendiri. Taktik dia untuk menyumpal telinga Sandra dari apa pun dan hanya bisa dengar suaranya menjadi bumerang. “Enggak apa. Abang barusan terbawa lamunan. Gimana udah bersih kulitnya?” tanya Vino untuk mengalihkan pembicaraan. “Udah bersih. Ringan banget di badan. Berasa lebih fresh, dapat energi baru,” jawab Sandra. “Kalo gitu udah beres. Abang ambil baju buat kamu dulu,”balas Vino yang segera berlari secepat kilat. Hingga Sandra tak tahu tujuan pria tersebut. Wanita muda tersebut keluar dari
“Aromamu beda banget, Bang. Boleh kucium langsung kulitmu?”“Dengan senang hati, Sayang,” ucap Vino sembari mengecup lembut pipi Sandra.Seketika memerah kedua pipi Sandra dibuatnya. Kini bibir merah si cantik telah menyesapi kulit dada Vino. Pria muda ini tak bisa menahan diri segera memeluk Sandra erat-erat lalu berucap lembut,”Aku berikan langsung dari sumbernya.”Vino segera melumat bibir Sandra. Wanita muda ini semakin hanyut dan angannya terbang ke awang-awang.‘Tok! Tok! Tok!’Beberapa detik kemudian terdengar intercom berdering. Kedua insan yang lagi berasik masyuk tersebut kaget dan langsung menghentikan aksi. Vino sebelum bangkit masih sempat mengecup kening Sandra. Vino buru-buru memungut kemeja di lantai dan asal pakai. Sandra tersenyum dikulum melihat Vino yang panik sembari membenahi baju.Sopir pribadi tersebut segera mendekat ke dinding, tempat intercom tertempel. Dia segera menekan tombol ok. Kini tampak wajah Ny. Anggara ditemani oleh Bik Sumi.“Vino, tolong buka pin