Berita pertunangan Nara tentu saja sampai ke telinga Adam, pria kalem yang tampan dan mempunyai rasa terhadap Nara.
Pertama kali mendengar kabar jika Nara tengah menjalin hubungan, Adam tetap santai. dan berharap jika mungkin suatu saat nanti ada peluang untuknya mendekati Nara, tapi jika sudah bertunangan seperti ini. Semakin tipis lah harapan sekaligus peluang Adam mendekati gadisnya. Ya, meskipun banyak yang mengatakan istilah, sebelum janur kuning melengkung maka masih ada harapan.
Kini Adam harus merelakan penuh perasaannya pada Nara, karena ia yakin suatu saat nanti ia pasti di pertemukan dengan jodohnya.
"Adam!" panggilan Karina di ambang pintu kamarnya.
"Mama?!" kagetnya.
"Boleh mama masuk?" tanya Karina.
Kepala Adam mengangguk, Karina masuk ke dalam kamar putranya.
"Kamu tidak masuk kerja hari ini nak?" heran Karina melihat putranya yang h
Menjelang hari pernikahan Nara dan Arfaan, keduanya terlihat sibuk. tak terasa waktu pernikahan tinggal menghitung hari lagi.Tak hanya Nara dan Arfaan yang sibuk, tetapi semua orang juga tengah sibuk dalam persiapan pernikahan mereka.Seperti kedua orang Nara, mereka memutuskan untuk tetap tinggal di rumahnya sampai hari pernikahan tiba. Terlihat sekali pak Cahyo dan bu Nina tengah sibuk mengabarkan saudara, kerabat, dan para tetangga mereka yang ada di kampung untuk datang ke acara pernikahan Nara di kota.Sudah bisa di pastikan bukan, bagaimana ramainya acara pernikahan Nara dan Arfaan nantinya?Papa Bimo dan mama Santi juga tak mau ketinggalan dengan apa yang di lakukan orang tua Nara.Fitting baju telah selesai Nara dan Arfaan lakukan beberapa hari yang lalu, berbarengan dengan cincin pernikahan mereka yang juga sudah mereka pesan sesuai permintaan.Ah! Rasanya Arfaan sudah tak
Hari yang di tunggu pun telah tiba, tepat pada hari ini Arfaan dan Nara akan melangsungkan resepsi pernikahan di sebuah hotel mewah.Sementara untuk ijab kabulnya sudah di lakukan di rumah Nara, kini mereka berdua telah resmi menjadi suami istri.Kedua mempelai dan seluruh keluarga, kerabat dan teman-teman Nara begitu bahagia.Kini sepasang pengatin baru itu lagi beristirahat di kamar, resepsi akan di mulai pada sore hari sampai malam hari."Akhirnya!" teriak Arfaan bahagia setelah sampai di kamar.Nara tergelak melihat tingkah konyol suaminya, namun tak di pungkiri rasa bahagia juga di rasakan Nara."Aku bahagia, sangat bahagia!" ungkap Arfaan pada istrinya."Aku juga sangat bahagia Arfaan." balas Nara tersenyum."Sini sayang, deketan sama aku dong." ucap Arfaan melambaikan tangan memanggil Nara agar mendekat padanya.Nara me
Arfaan menggendong Nara ala bridal style setelah mereka sampai di depan pintu kamar hotel yang sudah Arfaan pesan. susah payah pria itu membuka pintu karena Nara yang sedang ia gendong, Nara yang mengerti pun membantu sang suami dengan membuka pintunya."Arfaan! Turunkan aku!" teriak Nara merengek."Iya, nanti akan aku turunkan." ucap Arfaan tersenyum jahil.Ia pun meletakkan tubuh ramping Nara di ranjang, kemudian Arfaan berjalan kembali ke pintu dan menguncinya."Akhirnya!" teriak Arfaan nyaring seraya melompat gembira.Nara terkikik geli melihat tingkah suaminya, begitu bahagianya menyambut ritual malam pertama yang sebentar lagi bakal mereka lakukan."Ayo sayang, buka bajunya." titah Arfaan gak ada romantis-romantisnya.Nara tak bergeming dan hanya memperhatikan Arfaan yang kini sudah mulai membuka jas-nya. Jas terbuka seutuhnya dan Arfaan melemparkan
Pagi harinya..."Enggghh," racau Nara sembari menepuk sisi tempat tidurnya.Nara membuka kedua matanya perlahan yang masih terasa berat, akibat efek masih mengantuk."Kosong? dimana Arfaan?" gumamnya bertanya-tanya mencari keberadaan sang suami.Nara bangkit dari tidurnya, tepat saat ia duduk pintu kamar terbuka.Cklek..."Sayang, baru bangun?" Nara menganggukkan kepalanya."Kau darimana saja?""Aku habis sarapan bersama seluruh keluarga.""Apa?" kaget Nara. "Kenapa tidak membangunkan ku juga.""Tidur kamu nyenyak banget, lagian aku yakin kamu pasti masih capek banget. Apalagi terutama bagian itu kamu, pasti masih perih banget." ucap Arfaan khawatir dan terselip nada nakal di ucapannya."Terus ibu, bapak, mama dan papa bagaimana?""Mereka baik seperti biasa."
Apa yang akan kalian lakukan saat semua orang mendesak mu dengan pertanyaan, kapan menikah?Hal itulah yang di alami wanita berparas jelek. Kinara Larasati yang terus-menerus di desak orang tua, saudara bahkan teman-temannya yang selalu mendesak pertanyaan itu.Sekarang umurnya yang sudah memasuki usia 25 tahun, semakin membuat keluarganya rewel agar dirinya menemukan pasangan hidupnya. bahkan sangking rewelnya kedua orang tuanya, nekat menjodohkannya dengan berbagai macam jenis pria, sialnya, semua pria itu mundur menolak setelah bertemu langsung dengan Kinara. tentu saja Kinara tau alasannya, apa yang menyebabkan mereka mundur?Kinara sebenarnya tak mempermasalahkan itu. baginya, jika sampai sekarang ia belum juga menikah. mungkin saja Tuhan belum mempertemukannya dengan cinta sejatinya, sekarang yang Kinara pikirkan hanyalah bekerja.Ia yakin jika suatu saat nanti akan ada masanya dimana pangeran hati
Kinara menatap sebuah benda yang sangat ringan dan indah di meja, dengan warna yang lembut terkesan elegan dan tak terlalu mencolok membuatnya terlihat menjadi romantis."Undangan pernikahan lagi." gumamnya lirih.Ia mengambil undangan tersebut dan menghembuskan nafas berat, hatinya meringis saat melihat undangan tertuju untuknya. yang membuatnya sesak adalah, di situ tertulis untuk Kinara Larasati & partner.Ia buka perlahan undangan itu dan mulai membaca isinya. ternyata teman sekolahnya dulu sewaktu SMA yang menikah, namanya Via. Kinara menutup kembali undangannya, dan melangkah masuk ke kamar. ia merebahkan tubuh lelahnya di ranjang yang tidak empuk namun juga tidak keras. Di tatapnya langit-langit kamar dengan sendu, apakah hanya dirinya yang tidak akan pernah memiliki pasangan? apakah dirinya sial soal urusan asmara? atau jangan-jangan ia memang terkena kutukan atas ucapannya dulu sewaktu SMA! pikirnya bertanya-tanya dalam hati.Ia terse
Kejadian barusan masih terus berputar di ingatan Nara, entah kenapa rasanya begitu sesak.Nara berhenti di pinggir jalan, ia duduk di pinggir jalan seorang diri di tengah malam. kembali ia menumpahkan segala kesedihannya, bukannya ia tak bersyukur kepada sang kuasa karena telah lahir ke dunia tanpa cacat sedikit pun.Ia hanya merasa mengasihani dirinya sendiri, kenapa semua orang begitu kejam memperlakukan dirinya. apa salahnya jika ia lahir dengan wajah seperti ini, wajah buruk rupa yang sering kali di cemoh orang-orang begitu.TIIINNNNN!!!Suara klakson mobil yang sengaja di tekan kencang oleh sang pengemudi, Nara menghalau sinar lampu mobil yang begitu terang dengan kedua tangannya.Sang pemilik mobil keluar bersama supirnya tersebut menghampiri Nara, Nara menurunkan kedua tangannya. ia mendongak menatap wajah orang yang berdiri di hadapannya tersebut."Hhhh, kau lagi!" ucapnya tak suka.Nara tetap diam di posisinya tanpa menge
Selamat membaca ============"Surprise!" ucap seorang pria menyodorkan se-buket bunga lili segar ke hadapan wanita paruh baya.Wanita itu tersenyum kemudian menerima buket bunga lili tersebut."Terima kasih bunganya putraku." ucapnya senang.Ternyata yang memberikan bunga itu adalah putranya."Hei, kenapa wajahmu di tekuk cemberut seperti itu sayang?" tanya wanita itu kepada putra kesayangannya."Tidak apa-apa mama." "Tidak apa-apa, tapi kok mukanya manyun gitu." sang ibu meraih dagu anaknya, sang anak menatapnya."Coba ceritakan sama mama." tuntutnya pada sang putra karena rasa penasaran.Lelaki itu terlihat menarik nafasnya dalam, sebenarnya ia enggan untuk bercerita kepada sang mama. namun wanita paruh baya itu tetap memaksanya untuk bercerita."Mama, apakah salah jika aku merasa kasihan pada seseorang?" Sang ibu tampak berpikir. "tentu tidak sayang, itu tandanya kamu masih memiliki hati yang bersih. hmmm, sekara