Aulia POV:
Aku selalu memperhatikanmu, melihat pesona indah yang selalu terpancar dalam dirimu. Efek yang membuatku tidak bisa lepas jauh darimu.
Aku selalu tidak sabar menunggu hari esok datang. Hari di mana aku akan melihatmu dan kamu akan melihatku. Hari dimana kamu merangkulku, bersuara merdu di telingaku.
Kamu…
Seseorang yang ku kagumi sejak lama, sejak ku mulai mengenal cinta.
Aulia POV end.
Angin pagi ini terasa lebih dingin dari hari biasanya. Bahkan saat musim hujan tiba, rasanya tidak sedingin ini.
Dinginnya udara begitu terasa menusuk sampai ke relung hati seseorang yang tengah berdiri tak bergeming. Menunggu seseorang lain yang akan datang menyapanya, seperti hari-hari biasa.
Tak berapa lama kemudian, terdengar suara rantai sepeda yang begitu familiar. Disana terlihat seorang pria berpakaian casual dengan tas dipundaknya, mengayuh sepeda menuju seorang wanita yang sedang berdiri didekat pintu sebuah rumah. Memberikan senyuman manis kepada si wanita yang sudah menunggunya.
"Ayo Ra!" ucap si pria ketika sampai didepan si wanita.
Yura POV:
Aku lalu naik ke sepeda Yuda, dengan sebelumnya membalas senyumannya.
Didalam perjalanan kita masih terdiam, tanpa ada yang mau memulai pembicaraan. Membuat suasana menjadi canggung karena kesunyian ini.
Perjalan menuju kampus akan melewati tempat penjual siomay yang kemarin kita datangi. Tempat tersebut masih terlihat sepi karena siomay Bang Jali baru buka sekitar jam 10 pagi, sesuai jam istirahat anak sekolah.
Akupun mulai mengingat kembali kejadian kemarin. Kejadian di mana membuat hatiku terluka. Seperti bekas luka karena tergores ujung kertas yang tajam, walaupun tidak berdarah tapi sangat terasa sakitnya.
Aku tahu bahwa salah satu yang membuat hatimu sakit adalah cinta. Seperti halnya rasa cinta yang aku berikan untuk ibuku. Saat aku kehilangannya membuat hatiku sangat sakit, hingga aku merasa marah pada semua orang.
Tapi, ini mungkin terasa berbeda, bahkan lebih sakit saat aku kehilangan ibuku. Hanya saja tetap terasa tidak nyaman di hati ini.
...
Beberapa saat kemudian, kita sampai di fakultas ekonomi. Yuda kemudian mengayuh sepedanya lagi ke arah fakultas teknik sambil melambaikan tangan.
Aku masih menatapnya yang pergi menjauh dariku. Memikirkan kejadian kemarin yang membuat kita menjadi sedikit berbeda.
"Apa kita akan berbeda?" gumamku yang masih menatap Yuda.
Merasa bersalah atas pengakuan 'cinta' yang aku lakukan, memicu rasa takut dalam hatiku.
Aku harus mulai menyadari dan merelakan hal itu. Menyadari bahwa kita hanya akan menjadi teman dan merelakan Yuda bersama yang lain.
Setelah Yuda menghilang dari pandanganku, aku lalu berbalik untuk pergi masuk ke kelasku. Sampai tiba-tiba ada orang lain yang menabrakku dari belakang. Aku kemudian menoleh dan melihat orang itu.
"Maaf Ra, aku tadi nggak hati-hati jalannya." ucap seorang pria, Ardi. Dia teman satu fakultas dan jurusan denganku, hanya saja saat ini dia mengambil jurusan manajemen operasional.
"Kamu nggak apa apa, Ra? tanyanya.
Aku hanya sedikit terkejut karena Ardi tiba-tiba menabrakku. "Oh, nggak apa-apa kok Di. Aku baik-baik aja."
"Sekali lagi maaf ya, Ra." ucap Ardi lagi sambil menyatukan kedua tangannya.
"Iya aku maafin Di, tapi besok-besok jangan jalan sambil main ponselmu!" Aku melihat Ardi sedang menggengam ponselnya.
"Iya, tadi terlalu fokus lihat jadwal hari ini, sampai meleng jalannya." Ardi tersenyum padaku dan aku membalas senyuman itu.
Kemudian kita masuk bersama ke gedung fakultas ekonomi dan berpisah.
Yura POV end.
Di dalam toilet fakultas ekonomi, Yuda sedang mencuci wajahnya di wastafel. Merasa bodoh akan hal yang dia lakukan tadi.
"Kenapa aku diam saja tadi?" ucap Yuda sambil terus menyiramkan air diwajahnya.
Beberapa menit kemudian Yuda keluar dari toilet dan berjalan menuju ruang kelasnya. Dia masih terus merutuki perbuatannya itu.
….
Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Semua mahasiswa berbondong-bondong pergi menuju kantin untuk makan siang.
Seperti biasa, Yuda dan Yura akan makan bersama. Memakan bekal yang dibawakan oleh Yura. Mereka tidak hanya makan berdua saja, tapi juga bersama Ari dan Lia. Saat ini mereka berada di fakultas ekonomi.
"Wih… bawa apa nih hari ini?" ucap Ari melihat bekal yang di bawa oleh Yura.
"Tadi tempat makan Ayahku menunya lagi ikan, jadi aku bawa ikan nila cabai ijo sama tumis jamur buncis." ujar Yura, sambil membuka satu persatu bekal makanannya.
"Aku datang...!" Lia datang membawa 4 es teh dan Ari langsung membantu Lia mengambil minuman tersebut dari nampan.
"Wah kayaknya enak nih…" ucap Lia setelah melihat bekal makanan yang dibawa Yura.
"Iya Li, kamu boleh coba kok." ucap Yura.
Lia duduk disamping Yura, sedangkan Ari berada didepan Lia dan disampingnya adalah Yuda yang tentu saja berhadapan langsung dengan Yura.
"Jadi pengin main ke rumah Yura deh!" Ari berucap sambil mengaduk makanannya.
"Bilang aja kamu pengen makan gratis!" Lia meledek sang kekasih.
Ari tertawa dan mengelus rambut Lia lembut. "Apa sih, sayang…"
Lia pun tersenyum manis kepada Ari.
Yura dan Yuda yang melihatnya hanya tersenyum kecil. Sebenarnya ini adalah hal biasa yang mereka lihat, dan biasanya mereka akan meledek kemesraan yang dilakukan oleh dua temannya itu. Tapi kali ini berbeda, hanya senyuman yang bisa mereka tunjukkan.
Ari dan Lia sebenarnya merasa bahwa hubungan pertemanan Yura dan Yuda bukanlah hubungan pertemanan biasa. Hubungan mereka sudah mirip seperti sepasang kekasih, tapi Ari dan Lia hanya tidak ingin mencampuri urusan mereka. Membiarkan mereka untuk menyadarinya sendiri.
….
Terkadang seorang teman harus tahu akan batasan yang harus mereka tahu.
Jangan lupa share cerita ini ke semua teman kalian, ya! Bilang kalau ada cerita ketjeh disini. Semoga senang bertemu Yura dan Yuda!
4 bulan kemudian... Yuda dan Yura sudah mulai kembali normal. Sudah tidak ada kecanggungan di antara mereka. Mencoba sedikit demi sedikit saling melupakan sebuah ingatan yang telah berlalu. Yura sudah mulai merelakan perasaannya kepada Yuda. Merelakan Yuda bersama orang lain yang dia cintai. Dan kini, Yura sudah menemukan beberapa pria yang mengajaknya berkenalan. Mulai membuka hatinya bersama pria lain. Sedangkan Yuda hanya bisa menatap Yura yang tengah sibuk berkenalan dengan beberapa pria. Yura selalu menunjukkan pria-pria tersebut kepada Yuda. Sesekali Yuda akan meledek Yura, berpura-pura menyukai pria yang dia tunjukkan. Yuda sebenarnya tidak rela melihat Yura seperti itu. Tapi dia juga masih belum bisa menegaskan hatinya bahwa dia 'mencintai Yura'. Masih banyak keraguan di dalam hatinya. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa Yura pun sebenarnya belum benar-b
"Bagaimana ini bisa tersebar?" … Bima Cahyo Utomo. Aku memang sedikit tidak bersahabat dengan Bima, karena aku merasa sepertinya dia iri denganku. Aku tidak tahu pasti kenapa, mungkin karena aku memiliki banyak teman dan juga keluarga yang baik. Bima termasuk dari keluarga berkecukupan, bahkan hampir mirip sepertiku. Hanya saja dia memiliki orangtua yang kurang baik. Kedua orangtuanya telah bercerai dan Ibunya sudah menikah lagi. Sedangkan Ayahnya sepertinya selalu memberikan tekanan batin pada Bima dan juga melakukan kekerasan fisik padanya. Aku sesekali melihat luka-luka lebam ditubuhnya dan kadang dia terlihat sangat rapuh. Aku ingin sekali berteman dengannya, hanya saja dia memiliki sikap yang kurang ramah ke beberapa orang, membuatku jadi segan untuk berteman dengannya. Bima memiliki 2 teman yang cukup d
Yura POV: Setelah aku melambaikan tanganku kepada Yuda, kemudian aku mulai berjalan masuk ke dalam fakultasku. Hari ini begitu cerah dan udara terasa begitu lebih sejuk. Sepertinya semesta sedang memberiku semangat untuk menjalani hari ini. Aku berjalan dengan santainya melewati beberapa kelas disekitarku. Hingga sampailah aku di depan kelas, sambil menyapa teman-temanku, aku pun kemudian duduk ditempat yang biasa aku duduki. Tapi entah mengapa tidak ada yang membalas sapaanku?
Aku terus berlari tak tentu arah sampai tiba-tiba ada sebuah tangan menarik lenganku, membuatku berhenti berlari. Lia. … Sekarang aku berada di sebuah taman kecil, di samping fakultas bersama Lia. Lia menarikku dan mengajakku berbicara. Aku masih menangis memikirkan ucapan teman-teman kelasku. "Kamu nggak jijik sama aku atau Yuda, Li?" ucapku. "Aku hanya jijik sama kotoran." Lia berucap sambil mengusap punggungku. "Dan bukan sama seorang teman." Kini aku menatap Lia yang sedang tersenyum. Melihat senyuman Lia membuatku semakin menangis, aku menangis karena ucapan Lia yang membuatku terharu. Aku kemudian memeluk Lia dengan erat. "Terkadang sesuatu yang berbeda, tidak semuanya bisa diterima dengan baik Ra. Kita harus bersabar menghadapinya." Lia bersuara dengan lembut
Yura berlari menuju fakultas teknik untuk menemui Yuda. Setelah mendengar ucapan dari Lia tentang Ari yang tidak bisa menerima Yuda, membuat Yura jadi semakin khawatir pada Yuda. Dia sudah mencoba menghubungi Yuda berkali-kali, tapi tetap tidak ada jawaban dari Yuda.Yura berlari melewati beberapa lorong ruangan di fakultas tersebut, kemudian dia menaiki satu persatu anak tangga untuk menuju ruang kelas Yuda yang berada di lantai 4. Yura menggunakan tangga untuk naik karena banyak para mahasiswa sedang mengantri di depan lift dan hanya satu lift yang beroperasi saat itu karena lift yang satunya sedang dalam perbaikan.Yura sesekali berhenti untuk mengatur nafasnya dengan keringat yang bercucuran membasahi pipinya. Dan setelah beberapa menit, Yura sudah sampai di lantai 4 dan mulai mencari ruang kelas Yuda. Yura belum pernah sampai ke lantai atas fakultas Yuda. Biasanya mereka hanya bertemu di depan lift, kantin ataupun diluar fakultas.Yura mencoba bertanya ke beberapa orang ditempat i
Yura terus berusaha melepaskan cengkraman tangan Bima. "Lepasin nggak? Atau aku akan teriak!" Tapi Bima tidak mendengarkan ucapan Yura, dia terus menggenggam tangan Yura. Sampai akhirnya Bima merasa ada yang menarik rambutnya dengan kuat, dia pun menoleh ke arah orang yang menarik rambutnya itu. Ari... …. Tak disangka, Ari datang menolong Yura yang tengah kesulitan menghadapi Bima. "Jika kamu pikir temanku adalah banci, dengan kamu menyakiti perempuan seperti ini, tidak ada bedanya bukan? Bahkan mungkin lebih parah!" ucap Ari ketus. Bima melepaskan genggaman tangan Yura dan menghempaskannya, hingga Yura jatuh terduduk. Kini Bima mulai beralih kepada Ari yang sudah melepaskan tarikan dirambut Bima. "Oh... kamu mau aku bikin babak belur juga seperti temanmu itu?" Bima berucap dengan intonasi keras dan sudah sangat siap memukul Ari. Yura kemudian berdiri. Dengan kekuatan yang tersisa ditubuhnya, dia mulai menarik baju Bima hingga terjatuh ke lantai. Setelah itu Yura sedikit berteri
Drrrt… "Ra, maaf ya. Hari ini kita nggak makan bareng dulu." Seketika Yura tersadar bahwa ini sudah masuk jam makan siang, saat melihat pesan yang dikirimkan oleh Yuda. "Oh ya… ini sudah jam 12." gumamnya. "Kenapa, Ra?" tanya Ari ingin tahu. "Emm… Aku baru sadar kalau sekarang sudah waktunya jam makan siang." jawab Yura dengan ekspresi bingung. "Tapi aku lupa, tasku ada di dalam kelas. Tadi aku langsung keluar begitu saja tanpa membawa apapun kecuali ponselku." lanjutnya. Ari mulai berpikir untuk membelikan makan siang untuk mereka berdua. "Ya udah kamu masuk aja dulu ke ruang UKM, nanti aku pergi ke kantin untuk membelinya. Okay, Ra?" "Nggak usah, Ri." ucap Yura sambil menyilangkan kedua tangannya. "Aku beli sendiri aja Ri, kamu makan aja sama Lia." Ting!... "LIA..." ucap mereka bersamaan. Mereka pun langsung menyadari bahwa bisa saja Lia yang mengambilkan bekal makanan milik Yura untuk dimakan bersama di ruang UKM. "Aku sampai lupa kalau kekasihku ada di fakultas yang sam
Yura masih duduk di tempat yang sama saat terakhir Ari meninggalkan Yura untuk menjemput Lia. Yura sedikit mendongakkan kepalanya sambil memikirkan kejadian hari ini.Memikirkan bagaimana hal selanjutnya yang akan terjadi kepada Yuda. Seluruh kampus saat ini sudah mengetahui tentang orientasi seksual Yuda. Sesuatu yang sangat sulit diterima oleh banyak orang."Huuft…"Yura hanya bisa menghela nafas panjang. Sambil sesekali memijat kepalanya yang mulai terasa pusing.Suara mulai terdengar dari pintu yang dibuka. Dengan refleks Yura menegakkan duduknya dan melihat ke sumber suara tersebut. Terlihat ada seorang wanita muda keluar dari ruang UKM. Wanita tersebut adalah salah satu petugas kesehatan. Memang biasanya saat jam istirahat, beberapa petugas kesehatan akan keluar dari ruang UKM untuk sekedar makan siang. Yura yang melihatnya langsung berdiri dan mulai berbicara dengan petugas tersebut."Kak, aku boleh minta izin untuk menemani mahasiswa yang sedang ada di ruang UKM itu? Dan seka