"Bagaimana ini bisa tersebar?"
…
Bima Cahyo Utomo.
Aku memang sedikit tidak bersahabat dengan Bima, karena aku merasa sepertinya dia iri denganku. Aku tidak tahu pasti kenapa, mungkin karena aku memiliki banyak teman dan juga keluarga yang baik.
Bima termasuk dari keluarga berkecukupan, bahkan hampir mirip sepertiku. Hanya saja dia memiliki orangtua yang kurang baik. Kedua orangtuanya telah bercerai dan Ibunya sudah menikah lagi. Sedangkan Ayahnya sepertinya selalu memberikan tekanan batin pada Bima dan juga melakukan kekerasan fisik padanya.
Aku sesekali melihat luka-luka lebam ditubuhnya dan kadang dia terlihat sangat rapuh. Aku ingin sekali berteman dengannya, hanya saja dia memiliki sikap yang kurang ramah ke beberapa orang, membuatku jadi segan untuk berteman dengannya.
Bima memiliki 2 teman yang cukup d
Upload kali ini bikin geregetan ya, kawand? Memang sesempurna apa sih dirimu hingga merasa berhak menghakimi orang lain? Yuda mungkin salah, tapi tak ada satupun seseorang yang pantas kita jahati. Jika ada Bima dihidup kamu, mau kamu apain sih dia? Membencimu saja sudah cukup bukan? Kenapa harus benci orang yang kamu sayang juga? Kita tunggu ulasan kamu, ya! Terima kasih.
Yura POV: Setelah aku melambaikan tanganku kepada Yuda, kemudian aku mulai berjalan masuk ke dalam fakultasku. Hari ini begitu cerah dan udara terasa begitu lebih sejuk. Sepertinya semesta sedang memberiku semangat untuk menjalani hari ini. Aku berjalan dengan santainya melewati beberapa kelas disekitarku. Hingga sampailah aku di depan kelas, sambil menyapa teman-temanku, aku pun kemudian duduk ditempat yang biasa aku duduki. Tapi entah mengapa tidak ada yang membalas sapaanku?
Aku terus berlari tak tentu arah sampai tiba-tiba ada sebuah tangan menarik lenganku, membuatku berhenti berlari. Lia. … Sekarang aku berada di sebuah taman kecil, di samping fakultas bersama Lia. Lia menarikku dan mengajakku berbicara. Aku masih menangis memikirkan ucapan teman-teman kelasku. "Kamu nggak jijik sama aku atau Yuda, Li?" ucapku. "Aku hanya jijik sama kotoran." Lia berucap sambil mengusap punggungku. "Dan bukan sama seorang teman." Kini aku menatap Lia yang sedang tersenyum. Melihat senyuman Lia membuatku semakin menangis, aku menangis karena ucapan Lia yang membuatku terharu. Aku kemudian memeluk Lia dengan erat. "Terkadang sesuatu yang berbeda, tidak semuanya bisa diterima dengan baik Ra. Kita harus bersabar menghadapinya." Lia bersuara dengan lembut
Yura berlari menuju fakultas teknik untuk menemui Yuda. Setelah mendengar ucapan dari Lia tentang Ari yang tidak bisa menerima Yuda, membuat Yura jadi semakin khawatir pada Yuda. Dia sudah mencoba menghubungi Yuda berkali-kali, tapi tetap tidak ada jawaban dari Yuda.Yura berlari melewati beberapa lorong ruangan di fakultas tersebut, kemudian dia menaiki satu persatu anak tangga untuk menuju ruang kelas Yuda yang berada di lantai 4. Yura menggunakan tangga untuk naik karena banyak para mahasiswa sedang mengantri di depan lift dan hanya satu lift yang beroperasi saat itu karena lift yang satunya sedang dalam perbaikan.Yura sesekali berhenti untuk mengatur nafasnya dengan keringat yang bercucuran membasahi pipinya. Dan setelah beberapa menit, Yura sudah sampai di lantai 4 dan mulai mencari ruang kelas Yuda. Yura belum pernah sampai ke lantai atas fakultas Yuda. Biasanya mereka hanya bertemu di depan lift, kantin ataupun diluar fakultas.Yura mencoba bertanya ke beberapa orang ditempat i
Yura terus berusaha melepaskan cengkraman tangan Bima. "Lepasin nggak? Atau aku akan teriak!" Tapi Bima tidak mendengarkan ucapan Yura, dia terus menggenggam tangan Yura. Sampai akhirnya Bima merasa ada yang menarik rambutnya dengan kuat, dia pun menoleh ke arah orang yang menarik rambutnya itu. Ari... …. Tak disangka, Ari datang menolong Yura yang tengah kesulitan menghadapi Bima. "Jika kamu pikir temanku adalah banci, dengan kamu menyakiti perempuan seperti ini, tidak ada bedanya bukan? Bahkan mungkin lebih parah!" ucap Ari ketus. Bima melepaskan genggaman tangan Yura dan menghempaskannya, hingga Yura jatuh terduduk. Kini Bima mulai beralih kepada Ari yang sudah melepaskan tarikan dirambut Bima. "Oh... kamu mau aku bikin babak belur juga seperti temanmu itu?" Bima berucap dengan intonasi keras dan sudah sangat siap memukul Ari. Yura kemudian berdiri. Dengan kekuatan yang tersisa ditubuhnya, dia mulai menarik baju Bima hingga terjatuh ke lantai. Setelah itu Yura sedikit berteri
Drrrt… "Ra, maaf ya. Hari ini kita nggak makan bareng dulu." Seketika Yura tersadar bahwa ini sudah masuk jam makan siang, saat melihat pesan yang dikirimkan oleh Yuda. "Oh ya… ini sudah jam 12." gumamnya. "Kenapa, Ra?" tanya Ari ingin tahu. "Emm… Aku baru sadar kalau sekarang sudah waktunya jam makan siang." jawab Yura dengan ekspresi bingung. "Tapi aku lupa, tasku ada di dalam kelas. Tadi aku langsung keluar begitu saja tanpa membawa apapun kecuali ponselku." lanjutnya. Ari mulai berpikir untuk membelikan makan siang untuk mereka berdua. "Ya udah kamu masuk aja dulu ke ruang UKM, nanti aku pergi ke kantin untuk membelinya. Okay, Ra?" "Nggak usah, Ri." ucap Yura sambil menyilangkan kedua tangannya. "Aku beli sendiri aja Ri, kamu makan aja sama Lia." Ting!... "LIA..." ucap mereka bersamaan. Mereka pun langsung menyadari bahwa bisa saja Lia yang mengambilkan bekal makanan milik Yura untuk dimakan bersama di ruang UKM. "Aku sampai lupa kalau kekasihku ada di fakultas yang sam
Yura masih duduk di tempat yang sama saat terakhir Ari meninggalkan Yura untuk menjemput Lia. Yura sedikit mendongakkan kepalanya sambil memikirkan kejadian hari ini.Memikirkan bagaimana hal selanjutnya yang akan terjadi kepada Yuda. Seluruh kampus saat ini sudah mengetahui tentang orientasi seksual Yuda. Sesuatu yang sangat sulit diterima oleh banyak orang."Huuft…"Yura hanya bisa menghela nafas panjang. Sambil sesekali memijat kepalanya yang mulai terasa pusing.Suara mulai terdengar dari pintu yang dibuka. Dengan refleks Yura menegakkan duduknya dan melihat ke sumber suara tersebut. Terlihat ada seorang wanita muda keluar dari ruang UKM. Wanita tersebut adalah salah satu petugas kesehatan. Memang biasanya saat jam istirahat, beberapa petugas kesehatan akan keluar dari ruang UKM untuk sekedar makan siang. Yura yang melihatnya langsung berdiri dan mulai berbicara dengan petugas tersebut."Kak, aku boleh minta izin untuk menemani mahasiswa yang sedang ada di ruang UKM itu? Dan seka
Di sebuah kamar yang hanya di sinari satu lampu tidur. Terlihat ada satu orang yang tengah asyik menatap layar laptopnya. Yang membuatnya masih terjaga hingga tengah malam. Orang tersebut sibuk mengutak-atik sebuah halaman F* milik salah seorang mahasiswa yang berkuliah di Universitas Harapan Bangsa. Mencoba mencari tahu lebih dalam tentang akun F* tersebut. Mencari informasi yang mungkin bisa memberi tambahan informasi yang bisa dia gunakan nanti. Suatu informasi yang bisa membantu untuk melancarkan rencananya. "Apa tidak ada lagi yang menarik? Mengapa begitu sedikit, hal yang aku butuhkan ini?" ucapnya saat tidak bisa menemukan informasi yang dia harapkan. "Hem… si manusia gay ini. Kenapa kamu hanya memposting sedikit, sih?" Kembali dia berucap dengan hati yang kesal. Bip bip Orang itu kemudian mengalihkan perhatiannya dari layar laptop ke arah jam digital yang terletak dekat dengan laptop. Jam digital berbentuk kubus yang selalu berbunyi setiap satu jam sekali. Dan saat ini ja
Ari POV: Hari ini aku sangat terkejut dengan berita yang aku terima. Suatu berita yang tidak pernah aku sangka sebelumnya. Berita yang membuat aku tidak bisa berpikir dengan jernih. Aku sangat takut saat melihatnya. Ingin rasanya tidak percaya dengan apa yang aku lihat, akan tetapi itu benar-benar nyata. Suatu kenyataan yang pada akhirnya membuatku menjauhi teman baikku sendiri. Dengan tega aku pergi begitu saja tanpa mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu. Aku pun membiarkan orang-orang menghina dan mencaci maki teman baikku itu. Aku hanya melihatnya dari kejauhan saat dia berkelahi dengan salah satu teman dikelas. Aku sempat pergi keluar kelas hanya untuk menenangkan pikiranku. Hingga tiba-tiba aku mendengar keributan yang mengarah ke ruang kelasku. Dan ya… Aku melihat teman baikku yaitu Yuda Irawan yang tengah bersusah payah untuk bangkit dan melawan seorang teman sekelasku bernama Bima Cahyo Utomo. Bima memang sudah terkenal menjadi anak yang selalu bermasalah. Dia sanga