Share

Semakin mencekam

13. Semakin mencekam

"Minum dulu mas, ya Allah, pak, wes sadar iki mas'e."

"Minyak kayu putih mbak."

"Itu kasihan dhang gek gimana gitu lo."

"Bikinkan teh hangat bune."

Aku mendengar suara berisik disekitarku. Suara orang yang bercakap saling bersahut-sahutan.

Aku membuka mataku perlahan, kepalaku terasa pusing, perutku juga mual.

Di depanku sudah banyak orang berkerumun.

Aku tak kuat lagi, perutku benar-benar mual parah, tanpa jijik seorang wanita seumuran ibuku membantuku mengeluarkan seluruh isi perutku. Dan yang membuatku kaget, yang keluar dari perutku berwarna hitam pekat dengan bau busuk yang menyengat.

"Astaghfirullahalazim."

Seru mereka dengan kompak, semua yang ada disitu kaget melihatku mengeluarkan isi dalam perutku yang tidak wajar itu.

"Minum dulu mas, biar perutnya hangat."

"Wes bune, suruh tiduran lagi. Kasihen minyak kayu putih lagi itu."

Aku mengamati sekelilingku, aku berbaring di sofa ruang tamu rumah warga. Orang-orang itu tampak memperhatikanku penuh dengan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status