Share

6. ”Kau mengingatkan aku dengannya”

”Huh! Kaisar sombong. Seandainya kau bukan Kaisar, aku pasti sudah menghajarmu. Bajuku jadi basah semua.” Ia melirik bajunya yang masih melekat di badan.

Kemudian Vinia keluar dari kolam air panas. Duduk di bawah pohon sakura yang tumbuh dekat kolam.

”Sial! Sekarang aku tidak punya satu pun pakaian. Aku bakal masuk angin jika kuyup begini. Di mana aku bisa mendapatkan baju yang baru? Aku tidak mengenal siapapun di sini.”

Vinia terdiam sejenak memikirkan bagaimana ia mendapatkan pakaian yang kering dan hangat. Sesekali ia memeluk dirinya sendiri yang kedinginan ditiup angin. Lalu ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Sepenjang koridor itu terasa senyap tak ada siapapun. Ia bingung harus meminta tolong kepada siapa. Namun, Vinia menghentikan langkahnya pada saat ia melewati sebuah kamar dengan pintu besar berukiran burung Phoenix. Ia memandang ke kanan dan ke kiri. Mengamati situasi sekitar.

”Kamar siapa ini? Dari ukirannya bisa dipastikan pemiliknya seorang yang penting. Apakah perempuan? Ah, masa bodoh aku tidak peduli itu. Mungkin saja di dalam ada pakaian yang cocok untukku.” 

Dengan perlahan ia mendorong pintu besar itu, ia sempat kesusahan membukanya. Karena itu terbuat dari kayu pohon jiwa yang ada di Bloom Forest. Konon pintu yang dibuat dari pohon jiwa mampu menghalau sihir jahat, sebab jiwa-jiwa para peri yang sudah mati terkurung dalam pohon itu. 

”Wah, ini lebih besar dari kamar yang aku tempati. Sekarang di mana ia menyimpan pakaiannya?” Vinia mengitari seluruh ruangan, tangannya sibuk membongkar setiap laci dan rak-rak besar yang terbuat dari pualam.

Vinia tersenyum lebar ketika mendapatkan apa yang dicarinya. Ia bentangkan pakaian itu, baju terusan putih yang panjang. Sangat tidak cocok untuknya yang pendek.

”Apa ini? Ini lebih cocok dijadikan kain gorden ketimbang baju. Ternyata para penghuni dunia ini tidak tahu mode. Selera yang buruk. Ah, ya sudahlah pakai saja daripada mati kedinginan.”

Vinia tidak punya pilihan lain. Kemudian ia segera membuka pakaian yang melekat di tubuhnya. Kulit putih mulus bak porselen terpampang indah. Setiap lekuk seperti gitar Cello. Seseorang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar itu. Tentu saja sang pemilik. Membuat Vinia terperanjat dan menyembunyikan tubuhnya yang bugil dengan bantal besar yang terbuat dari bulu angsa.

”Berani sekali kau masuk ke kamarku tanpa mengenakan pakaian. Kau ingin menggoda aku?” Tanya Ryu dengan sinis.

Vinia kelabakan, ”A-aku hanya mencari pakaian yang kering. Aku tidak tahu ini kamarmu. Pakaianku jadi basah kan karena kau juga tadi. Sekarang kau harus tanggung jawab. Beri aku pakaian yang baru.” Vinia menyipit tajam. 

Ryu tersenyum sinis menatap Vinia dengan congkaknya. ”Hmm, kau punya tubuh yang indah.” Ryu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, lalu menopang kepala dengan tangan menghadap Vinia.

Ia sengaja menggoda Vinia. Ya, bisa dibilang ia suka melihat orang lain tertindas dengan kehadirannya. Sangat kekanakan. Tidak dewasa dan menyebalkan. Itulah dia, sang Kaisar Ryu Damian. Sebuah senyuman licik dan jahat tergambar di sudut bibirnya. Vinia merasa tidak nyaman diperhatikan seperti itu. Ia merasa malu, semakin dipeluknya rapat bantal yang menutupi bagian depan tubuhnya.

”Mengapa kau menatapku seperti itu? Cih! Sudah kuduga, kau kaisar yang punya pikiran jorok dan mesum. Berbalik-lah. Biarkan aku memakai pakaianku.” 

Ryu sedikit pun tak memiliki empati. Ia tetap seperti itu memperhatikan Vinia. Lalu ia tertawa terbahak-bahak.

”Sudah lama aku tidak menggoda seseorang. Ah, mungkin sudah ribuan tahun. Kau mengingatkan aku dengannya. Kau boleh memakai pakaianku sementara. Jika tidak, jangan salahkan aku melakukan sesuatu kepadamu.” Seringai Ryu, sesaat kemudian ia membelakangi Vinia.

Segera Vinia mengenakan baju terusan putih itu. Ia tenggelam di dalam pakaian itu. Kebesaran. Tapi tak masalah daripada harus berkeliaran tanpa baju.

”Pfftt..! Kau terlihat seperti ikan yang digulung dengan nasi. Masih lebih bagus dengan bantal tadi.” Ujar Ryu mencemooh Vinia.

Vinia melipat tangannya di depan dada, bibirnya sedikit manyun. ”Wah, seorang dengan pikiran jorok sepertimu tidak pantas menjadi Dewa bahkan Kaisar. Dari yang pernah kudengar, Dewa adalah sosok yang bijaksana dan murah hati. Tapi pria yang di hadapanku ini, satupun tidak cocok dengan yang kusebutkan tadi. Cek..cek..” 

”Jika sudah selesai, kau boleh keluar dan jangan lupa tutup pintunya.” Sahut Ryu, kemudian ia pura-pura tertidur.

Vinia menatap Ryu dengan sinis. Bibirnya miring-miring saat menggerutu. Kemudian ia pungut pakaiannya yang terletak di atas lantai dan melangkah keluar kamar. Namun Vinia menghentikan langkahnya sesaat ketika Ryu memanggilnya.

”Kau bisa menemui Dewi Hara, ia Dewi yang baik. Koleksi pakaiannya banyak. Kau bisa meminjamnya satu. Jika kau tidak tahu keberadaannya, cari saja Heris. Dia yang akan membawamu kepada Dewi itu. Tapi satu hal yang harus kau ingat, dia tidak suka melihat wanita cantik selain dirinya.” Ujar Ryu.

Vinia membalikkan badannya, ”terima kasih atas sarannya. Aku akan mencarinya sekarang. Bajumu sangat jelek.” Balas Vinia kemudian segera berlari begitu mengatakan itu.

Ryu tersenyum kecut. Hanya ada dua gadis yang berani menentangnya, Sena dan Vinia. Sebenarnya Sena dan Vinia adalah dua orang yang sama dengan kepribadian yang sama. Sepertinya langit sengaja menghidupkan peri Sena di dalam manusia itu. Seperti lelucon, bukan? 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
oh tidak,spertinya harus siap2 nabung buat beli koin soalnya ceritanya bagus bangeeet! eh kak author ada sosmed engga? aku pingin follow kakak~
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status