Share

5. Pandangan Pertama ( Kisah ribuan tahun lalu)

Ryu Damian meninggalkan Vinia di sana. Sorot matanya terpancar kesedihan yang tidak bisa digambarkan sesakit apa rasanya. Setiap melihat Vinia, kenangan indah saat bersama Sena dulu, selalu merasuki benaknya. Ryu masih mengingat setiap detil saat awal ia mulai mengejar Sena. Meskipun ia tahu, Aslan dan Sena saat itu sedang menjalin hubungan.

***

"Jadi, ini alasan dia sering turun ke bumi? Sepertinya ia menyukai peri itu. Sangat tidak menarik. wanita hanya penghalang saja. Dewa terkuat seperti aku tidak butuh wanita." Ryu Damian mengintai dari balik pohon, melihat Aslan dan Sena sedang bercumbu mesra di tepi danau biru.

Ryu tetap berada di sana untuk waktu yang lama. Entah mengapa rasa penasarannya seakan menahan Ryu untuk tetap memperhatikan mereka. Terkadang ia mencibir dan juga tertawa melihat pemandangan itu. Hingga, saat Sena melihat ke arah pohon tempat Ryu bersembunyi, Ryu tertegun melihat sorot mata coklat Sena. Bagi Ryu, itu seperti mendapatkan kekuatan baru. Ia menyukai bagaimana Sena tersenyum kepada Aslan juga  suara tawa peri itu yang terdengar renyah di telinganya.

”Apa ini? Mengapa jantungku berdebar?” Ryu memegang dada kirinya, sementara bola matanya tetap mengawasi Aslan dan Sena.

Pertama kalinya jantung Ryu berdebar seperti itu. Selama ini ia tidak pernah merasakan itu sekalipun dengan Dewi tercantik. Sejak saat itu, Ryu hampir setiap waktu turun ke bumi. Sekadar mengamati peri itu dari kejauhan. Semakin ia memperhatikan semakin bertambah pula rasa penasarannya.

Pernah suatu ketika di Bloom Forest, negeri para peri, mengadakan festival bunga. Semua peri sibuk mengumpulkan kuntum bunga yang sudah mekar di alun-alun istana peri. Tentu saja Aslan tidak melewatkan festival itu. Hanya dia satu-satunya Dewa yang mau berkunjung ke dunia peri, tentu saja itu karena Sena. Para peri cantik mengerumuni Aslan yang duduk di atas kursi batu. Mereka semua terpesona dengan wajah menawan Aslan. 

”Dewa Aslan, kau datang ke sini bukan untuk melihat festival, kan? Para Dewa tidak pernah menyukai dunia peri. Jika bukan untuk melihat Sena, kau pasti tidak akan datang.” Kata salah satu peri itu.

Aslan tertawa mendengar perkataan peri itu, lalu ia memiringkan posisi duduknya. 

”Tentu saja, aku datang ke sini untuk menemui Sena. Apa itu masalah?” Bola matanya yang berwarna hijau terlihat indah dengan binar yang cerah.

Para peri itu tertawa cekikikan mendengar jawaban Aslan. 

”Apakah, di istana awan ada Dewa tampan selain dirimu, Dewa Aslan?” 

Aslan mengangkat alisnya yang tebal seperti semut beriringan, ”Ya, di sana banyak Dewa yang tampan. Terlebih Kaisar Ryu dia Dewa yang menawan.” 

”Tidak. Kami tidak ingin Kaisar Ryu. Banyak rumor yang beredar di dunia Peri. Dari yang aku dengar Kaisar Ryu, Dewa terangkuh dan kejam di seluruh kerajaan Nirwana. Kami tidak mengharapkan kehadirannya di sini.” Peri Deana menyela perkataannya Aslan.

Para peri lainnya juga mengiyakan perkataan peri Deana. Rumor itu memang benar adanya, Ryu Damian memang Dewa yang angkuh.

Aslan tersenyum menanggapi ucapan para peri itu. Sejurus kemudian Aslan melirik ke kiri, ke kanan, depan dan belakang. Ia mencari sosok Sena. Tapi, peri itu tidak kunjung terlihat jua. 

”Sena tidak di sini. Ia pergi memetik bunga Hortensia ke padang bunga yang ada dibalik bukit itu. Ratu peri menginginkan Hortensia pink dan ungu untuk buket bunga di singgasana.” Ujar Peri Deana.

”Oh, kalau begitu aku akan menyusulnya ke sana.” Aslan segera berdiri.

Namun, tiba-tiba ratu peri datang menghentikan langkahnya. Ratu peri terlihat anggun dengan terusan berwarna putih yang terbuat dari ribuan kelopak melati. Di kepalanya, mahkota dari untaian bunga phlox putih melingkar dengan indah. 

”Selamat datang ke dunia peri, Dewa Aslan yang agung. Maaf hamba terlambat menyambut kedatangan Dewa.” Ratu peri tersenyum dan menundukkan kepalanya memberi penghormatan kepada Aslan.

Aslan sumringah, ”tidak masalah, aku lihat kalian sangat sibuk dengan festival ini. Sepertinya ini akan sangat menarik untuk dinikmati.” Sahut Aslan tegas.

”Jika Dewa berkenan, mari ikut saya menikmati pertunjukan bunga di alun-alun.” Ratu peri menjulurkan tangannya, mempersilakan Aslan untuk ikut bersamanya.

Aslan merasa tidak enak hati untuk menolak, seketika ia batalkan niatnya untuk menyusul Sena ke padang bunga. 

Dan dibalik bukit, hamparan bunga-bunga yang berwarna-warni bermekaran dengan indah. Semua jenis bunga tumbuh subur di lembah Bloom Forest. Sena berlarian dan menari berputar dengan riang gembira dihamparan bunga-bunga itu. Ditemani puluhan kupu-kupu yang cantik. Kau bisa melihat hamparan dandelion kuning dan putih, juga tanaman marigold menyatu dengan krisan liar. Seperti pelangi yang tumpah ke bumi. 

Dari kejauhan di antara tanaman hortensia, Ryu Damian memperhatikan Sena. Sebuah senyuman manis dan sorot mata yang berbinar menghiasi wajah tampannya. Mungkin itu pertama kalinya Ryu tersenyum bahagia seperti itu. Biasanya ia tersenyum mencemooh dan bersikap angkuh dengan yang lainnya. Ia menikmati setiap gerak-gerik Sena. Entah sudah berapa kali ia diam-diam mengawasi Sena. Ia bahkan rela meninggalkan tugasnya di istana awan hanya untuk melihat peri itu dari dekat. 

Tiba-tiba seekor rubah merah liar menyerang Sena. Sena berusaha menenangkan rubah itu tapi gagal, ia bukan peri hewan jadi tidak tahu bagaimana mengatasi hewan yang mengamuk. Ryu secepat kilat muncul dihadapan Sena dan menggendong Sena menjauh dari rubah itu. Sena terhenyak dengan sosok yang menyelamatkannya. Tatapan mereka beradu.

”Ka-kaisar.” Sena berbicara terbata seakan tidak percaya dengan yang dilihatnya.

Ryu tersenyum miring, ”kau bukan peri hewan, tapi berusaha menenangkan rubah itu. Sungguh nyalimu kuat sekali.” Ryu menurunkan Sena dari rangkulannya.

”Hormat saya yang mulia Kaisar.” Sena membungkuk memberi penghormatan.

Ryu merasa bahagia bisa berbicara dengan Sena. Tapi, ia menyembunyikan kebahagiaannya dengan sikap dinginnya. Mengatur mimik wajahnya agar tetap terlihat menyebalkan.

”Bukankah, di alun-alun sedang ada festival? Mengapa kau berada di sini?” tanya Ryu, ia mengalihkan pandangannya ke hamparan bunga-bunga.

”Ratu menginginkan bunga hortensia. Itulah alasanku di sini. Ah, akhirnya aku menemukannya juga.” Sena tersenyum gembira melihat sekitarnya di tumbuhi tanaman hortensia.

Sebelum memetik bunga itu, Sena mengelus pelan kelopak hortensia dan berkata, ”Maafkan aku, bunga manis. Aku harus memetik bungamu yang cantik, Ratu membutuhkan keindahanmu untuk festival bunga.” Lalu ia petik dengan perlahan bunga-bunga itu.

Ryu yang melihat itu mencemooh Sena. Dalam benaknya, kalau mau ya tinggal cabut. Untuk apa juga harus berbincang dengan tanaman. Dasar aneh. 

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status