Vienza berada di halaman istana bersama beberapa pelayan dan tukang kebun istana.
Dia menanam beberapa tangkai bunga mawar putih kesukaannya.Sudah seminggu diistana ini Vienza hanya melakukan hal-hal biasa sebagai seorang Putri dan istri.Dia pergi ke beberapa acara amal dan juga menghadiri undangan.
Setelah pawai kerajaan yang dia lakukan bersama Akhtar, dia tidak pernah lagi melihat Akhtar berada didekatnya kecuali saat jam makan.Selebihnya pangeran itu sepertinya sangat sibuk, Vienza bersyukur karena Akhtar tidak lagi pernah masuk kekamar nya.Hari ini dia berinisiatif ingin menanam bunga mawar putih dihalam depan istana.
Pelayan takjub melihat Vienza yang tak jijik memegang tanah dan pupuk.Sinar matahari juga tak membuatnya takut dan risih.Ghafur yang berjalan bersama Akhtar melihat Vienza sedang menanam bunga di taman itu, alhasil dia tak terlalu mendengarkan apa yang dibicarakan oleh Akhtar. Dia tidak tahu saat Akhtar menatapnya seolah bertanya apa yang sedang dilihat Ghafur.Akhtar mengikuti arah pandangan Ghafur dan dia melihat ternyata objek yang dilihat Ghafur adalah istrinya sendiri."Bukankah istriku itu sangat cantik Ghafur" Akhtar membuat Ghafur salah tingkah dan dia menatap minta maaf kepada sang pangeran.
"Tidak apa-apa, aku mengerti, baiklah kita akan lanjutkan nanti. Aku ada urusan sebentar dengan istriku."Akhtar berjalan kearah Vienza dengan rahang mengeras.
Bisa-bisa nya dia tidak memakai penutup kepalanya saat berada diluar taman seperti ini. Apakah dia tidak tahu aturan kerajaan ini, apa dia sengaja menarik perhatian setiap lelaki di istana ini."Apa yang kau lakukan putri Vienza." Suara Akhtar terdengar sedang marah saat ini. Semua pelayan yang ada disana terlihat takut. Vienza hanya diam menatap Akhtar.Ghafur yang masih disana menjadi risau kalau gara-gara dia menatap Viza maka Akhtar akan marah kepada Viza."Apa kau tidak mendengarku, apa yang kau lakukan disini ha?"
Akhtar menarik tangan Vienza kasar membuat Vienza berdiri dari menanam bunga nya."Apa kau tidak lihat aku sedang apa ha?"
Vienza juga tak kalah sengit membalas ucapan Akhtar. Vienza memperlihatkan tangannya yang terdapat bekas tanah bakar yang menempel."Kau..." kata Akhtar menahan amarahnya. Jika dia lepas kendali dihalaman ini semua pelayan dan pengawal yang melihat akan membicarakan hubungannya dan Vienza.
Dia menarik tangan Vienza masuk kedalam istana dan terus menarik Vienza masuk kedalam kamar Vienza.Akhtar menghempaskan tubuh Vienza ditempat tidur.
"Jangan pernah keluar jika kau tidak memakai penutup kepalamu apa kau mengerti." Vienza terkejut karena Akhtar mencampakkan tubuhnya keatas tempat tidur dan berbicara sambil menindihnya seperti ini. Air mata sudah akan keluar dari sudut matanya tapi ditahan olehnya."Maaf, sebenarnya aku membawa jubahku hanya saja saat menanam bunga tadi aku melepaskannya." Akhtar sedikit terusik mendengar nada suara Vienza yang bergetar. Selama mereka menikah baru hari ini Vienza berbicara kepadanya.
Selebihnya wanita ini hanya diam, Akhtar berdiri dari atas tubuh Vienza dan keluar dari kamar dengan menghempaskan pintu kamar itu.Vienza menghembuskan nafasnya kasar dan memejamkan matanya.
Akhtar benar-benar tidak seperti pria yang dia inginkan menjadi suaminya. Dia sudah mencoba ikhlas menjalani ini tapi tetap saja dada nya terasa sesak setiap mengingat masa lalu nya bersama Ghafur.Flash back
"Aku mau yang ini." tunjuk Viza kepada sebuah boneka saat mereka bermain kesebuah area permainan anak dilondon.
Mereka pergi saat Ghafur libur bekerja dan Viza sudah pulang kuliah. "Bukankah ini terlalu kecil." Ghafur menunjuk boneka panda yang ukurannya hanya penuh lima jari jika diukur."Tidak apa-apa. Lagi pula aku akan bisa membawanya kemana saja aku pergi. Dia bisa masuk kedalam tas ku."
Viza tersenyum manis kepada Ghafur. Mereka bermain macam aneka permainan disana. Sampai hari hujan dan mereka berteduh disebuah tepian toko yang sudah tutup. Hari ini Ghafur membawa sepeda motornya dan tak ada jas hujan disana. Ghafur memberikan jaket nya kepada Viza dan dia memeluk Viza dari belakang, kebahagian meliputi kedua nya. Sambil tersenyum Ghafur menunjuk sebuah gedung tinggi didekat London Eye."Kau tahu apartement mewah itu sayang" Viza mengangguk tahu bangunan apartement itu.
"Rumah kecilku akan lebih mewah dari isi dalam apartement itu jika kau yang menjadi istriku."
Wajah Viza memerah mendengar ucapan itu, dia benar-benar sudah jatuh cinta dengan pria ini pikirnya."Kau mau menjadi istriku kelak.?"
Viza mengangguk tapi kemudian dia teringat sesuatu. Ya tuhan bagaimana dia bisa lupa kalau dia sudah bertunangan. Disaat yang bersamaan Ghafur membalik tubuhnya. Ghafur menatap mata Viza dalam dan perlahan mendekatkan wajahnya. Dan ciuman itu terjadi. Pertama kali bagi gadis berusia 20 tahun merasakan ciuman pertamanya, begitu membuatnya berdebar dan pipinya terasa panas.Ghafur melepaskan ciuman mereka dan kembali memeluk Viza.
Ciuman pertaman nya dengan rintik hujan yang menemani.Flash back end.
Vienza berdiri menatap dirinya dicermin, kenangan masa lalu nya harus dia lupakan. Pria yang dicintainya sudah tak menginginkannya lagi, dia juga harus bisa menjaga kehormatannya sebagai seorang istri dan seorang putri.Pintu terbuka dan seorang pelayan masuk memberitahu kalau dia akan membantu Vienza untuk mandi sore ini."Putri anda akan menggunakan gaun yang mana. Saya akan menyiapkannya."
Pelayan itu memperlihatkan ke empat gaun yang dibawakan oleh ke empat pelayan.Vienza mengernyit melihat gaun putih tipis berbahan sutra ada disana."Gaun putih itu kenapa dibawa kesini juga."
"Nanti malam adalah malam khusus tuan Putri bersama Pangeran Mahkota. Jadi sudah tugas kami menyiapkan pakian khusus untuk tuan Putri malam ini. Dan Pangeran Akhtar yang berkata dia suka warna putih dan menginginkan anda memakai ini."
Vienza tercekat mendengar Akhtar yang menyuruhnya memakai gaun setipis itu. Gaun itu memang bukan lingerie, tapi Vienza berani bertaruh kalau gaun tipis sialan itu lebih seksi jika dipakai dari pada lingerie.
"Baiklah kalian bisa meletakkan itu ditempat tidurku. Aku akan bersiap-siap sendiri saja. Kalian bisa keluar sekarang. Tinggalkan gaun merah itu."
Vienza masuk kedalam kamar mandi dan mulai berendam di air hangat dengan minyak mawar. Setelah dirasa cukup dia membersihkan tubuhnya dan keluar dari dalam kamar mandi.
Betapa terkejutnya dia melihat Akhtar berdiri tepat didepan pintu kamar mandi."Kau terlihat sangat cantik istriku. Dan gaun pilihanmu aku suka. Bersiaplah aku akan menjemputmu sebentar lagi, ah... Ada lagi. Aku ada perlu keluar malam ini, jadi kau bisa tidur deluan saja. Pintu kamar tidak usah dikunci karena aku akan tidur disini malam ini."
Akhtar keluar dengan senyuman sinis nya. Vienza merutuki dirinya yang sangat terkejut melihat Akhtar tadi.Tapi dia bersyukur Akhtar akan keluar malam ini dan menyuruhnya tidur.
***
Makan malam terasa lebih menyenangkan karena mahira selalu membuat ruang makan terasa ramai. Sedangkan Akhtar hanya diam dan sesekali melihat ponselnya.
"Kak... Apa kau tidak akan membawa istrimu berbulan madu sebelum acara penobatanmu minggu depan?"Mahira membuat Vienza tersedak."Apa kau tidak tahu aturan seorang putri ha?" Akhtar menatap tak suka dengan kecerobohan Vienza.
"Akhtar jangan kasar begitu, Vienza mungkin terkejut mendengar celotehan anak kecil ini."
"Ibunda aku bukan anak kecil lagi. Umurku sudah delapan belas tahun. Hanya beda tiga tahun saja dengan putri Vienza."
Mahira membela dirinya."Maafkan aku." Vienza menunduk dan meminum air putihnya.
Akhtar masih menatapnya tajam dan Raja menepuk pundak Akhtar."Jangan menatap istrimu seperti itu. Dia bisa lari jika kau membuatnya seperti itu."
"Lebih baik seperti ini ayah, dari pada bermanis-manis tapi akhirnya ditinggalkan."Akhtar bangkit dari duduk nya membuat yang lain melihatnya cemas.
"Maaf ibu, ayah aku ada urusan. Aku pergi dulu." Akhtar tak melihat Vienza dia hanya pergi dengan langkah lebarnya.
Selesai makan malam Vienza membersihkan dirinya, dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam saat dia duduk di bangku dekat jendela kamarnya.
Vienza membaca buku berusaha melupakan hal yang tak ingin dia ingat jika dia sendirian seperti ini.Tapi Vienza mengurungkan niatnya ingin membaca buku lalu melihat dirinya didepan cermin. Dia memakai gaun putih tipis pilihan pangeran aneh itu, dan dia mengamati tubuhnya.
Vienza kembali duduk dikursi dan membaca buku sambil menunggu dirinya mengantuk.Vienza menguap dan melirik jam didinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Beginilah jika dia terlalu penasaran dengan Akhir buku yang dia baca, dia jadi tidak ingat waktu.Dia ingin beranjak tidur saat dia mendengar suara Akhtar tertawa, tapi Akhtar tidak tertawa sendiri. Ada suara wanita yang juga ikut tertawa.Vienza berpikir apa dia harus keluar atau tidak, setelah sepuluh menit dia berpikir akhirnya dia memutuskan keluar hanya untuk melihat dengan siapa pangeran itu tertawa.
Vienza keluar dari kamarnya,, dan para pengawal membungkuk hormat."Kemana pangeran Akhtar tadi?"
Tanya vienza kepada para pengawal."Pangeran pergi ke ruangan pribadinya tuan putri"
Vienza langsung pergi keruangan pribadi milik Pangeran Akhtar. Ruangan itu tak terlalu jauh dari kamarnya. Vienza menaiki anak tangga dengan perlahan, ntah kenapa jantungnya berdegup kencang.Penjaga pintu ruangan pribadi Akhtar tak berani menghentikan Vienza untuk masuk.
Mereka menunduk seperti takut salah.Vienza membuka pintu itu sendiri karena kedua penjaga itu hanya saling pandang.Pintu terbuka dan Vienza masuk dengan langkah perlahan.Dilihatnya Akhtar duduk dikursi kerjanya dan seorang wanita sedang duduk diatas meja kerja.
Akhtar terlihat sedang bercanda dengan wanita itu dengan laptop masih menyala didepannya.Wanita itu memakai pakaian ketat dan seksi, mungkin sengaja membuat Akhtar tergoda pikir Vienza. Akhtar melihat Vienza dan wajahnya berubah kaku.Wanita itu pun membalikkan badannya menatap Vienza.***************
Bersambung...
Akhtar membeku melihat Vienza berada diruang pribadinya ini. Sama dengan halnya Tania, dia juga terkejut melihat wanita yang dia tahu pasti istri dari Akhtar. Putri Vienza ini benar-benar cantik pikirnya, pantas saja Akhtar belakangan ini susah sekali menemuinya. "Apa yang kau lakukan disini Vienza?" Akhtar masih ditempatnya menatap Vienza dengan perasaan campur aduk. Bagaimana tidak, istrinya itu memakai gaun tidur tipis dan tanpa bra nya. Sedikit dari dada Vienza terlihat dan leher mulus itu menggoda Akhtar sekarang. "Aku sedang melihat apa yang dilakukan suamiku diruangan ini bersama wanita lain". Vienza tidak suka berbasa-basi jadi dia langsung menyampaikan isi dari pikirannya. Dan sekarang dia sangat menyesali ucapannya. Akhtar menyeringai puas melihat wajah kesal Vienza. "Hahahhahaha... Maafkan aku Tuan Putri. Kau jangan takut aku akan melakukan hal macam-macam kepada suamimu ini. Yah... Walaupun dulu kami sering melakukannya." Tania berjala
Vienza masuk kedalam istana setelah pagi ini dia berjalan-jalan disekitar pasar di ibukota bersama seorang pelayan yang kemarin diperintahkan Akhtar untuk menjadi pelayan pribadinya. Akhtar pergi ke Moskow selama tiga hari dan dia malam ini akan kembali dari kunjungannya itu. Vienza tidak jadi ikut karena Akhtar tidak mengajaknya. Alasan Akhtar karena dia akan langsung pergi ke Qatar setelah selesai di Moskow. Vienza merasa lebih baik saat Akhtar tidak ada diistana. Tapi sepertinya dia salah, saat ini Ghafur sedang berdiri di gerbang pintu menuju kamarnya. Dia berpura-pura tidak melihat"Paula kau bisa kembali ke tempatmu. Aku akan istirahat sebentar. Letakkan buah-buahan ini dilemari es didapur istana." Vienza menyuruh pelayan nya itu pergi karena tak ingin Paula curiga kepadanya dan Ghafur.Dan dia akan segera masuk kedalam kamar saat tangan itu menahan tangannya. Vienza melihat tangan kokoh yang menahannya itu, dia heran kemana perginya penjaga kamar n
Vienza menarik nafas sebelum memulai bercerita. Dan Akhtar menatapnya dingin, walau dalam hati dia merutuki untuk berada sedekat ini dengan Vienza. "Aku mencintai seseorang, dan aku jatuh cinta kepadanya setelah aku memutuskan setuju untuk bertunangan dan menikah denganmu Pangeran. Saat itu kupikir aku akan menjalani hidup bahagia layaknya ibu dan ayahku yang juga dijodohkan. Tapi aku melakukan kesalahan dengan jatuh cinta kepadanya. Dan aku membohonginya." Akhtar geram mendengar awal pengakuan Vienza. Tapi Suara merdu Vienza seolah bisa membuatnya tidak berkata kasar kepada wanita ini. "Aku berbeda dengan ketiga kembaranku yang lain. Aku tidak pintar bergaul seperti adik perempuanku, aku juga tidak memiliki banyak teman seperti adik laki-laki ku. Aku selalu takut keluar dari istana, selalu takut akan ada lagi orang yang berusaha menyakitiku.dan karena itulah aku tidak pernah keluar istana selama sembilan belas tahun usia ku. Aku keluar istana jika ingin ke Indones
Fasya menarik tangan Vienza, Vienza bingung menatap Fasya. Dia melihat sekelilingnya penuh dengan wanita dan pria yang menggerakkan tubuh mereka tidak jelas. Ada yang saling menggoda dengan sentuhan-sentuhan yang membuat Vienza merinding. Ghafur menggeram melihat Vienza bersama Fasya, ingin marah tapi tak bisa. Itulah posisinya yang menyedihkan sekarang. Akhtar melihat Fasya menarik tangan istrinya itu tapi dia hanya melirik sekilas dan kembali menatap wanita yang bersamanya saat ini. "Itu istrimu kan?" tanya wanita yang bernama Luna itu. Yang ditanya hanya diam tak menanggapi,Akhtar memegang pinggang Luna dan Luna tersenyum merona."Kurasa istrimu akan sangat terpukul melihat kau seperti ini."Akhtar memilih tak mendengar dan sibuk bermesraan dengan Luna sambil mengikuti irama musik.Vienza ditempatnya merasa dipermalukan dengan perlakuan Akhtar. Bukan karena dia cemburu,hanya saja karena Akhtar sudah melukai harga dirinya.semua orang disini tahu ka
Akhtar melihat diam-diam Vienza yang menyantap sarapan paginya.Semalam dia tidak jadi melakukan hal yang sangat ingin dia lakukan kepada Vienza. Pernyataan terakhir Vienza membuatnya merasa kesal kepada dirinya sendiri, dia mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi dan keluar dari dalam mobil dengan membanting pintu membuat Vienza merasa bersalah.Akhtar melihat wajah muram Vienza pagi ini. Tumben sekali pikirnya, biasanya Vienza hanya akan memperlihatkan wajah dingin nya kepada semua orang.Suara Baginda Raja membuat lamunan nya akan Vienza tersadar."Akhtar sebelum penobatanmu sebagai raja dilakukan, ayah ingin kau mengajak Vienza berbulan madu terlebih dahulu."Akhtar terbatuk-batuk mendengar kata bulan madu."Tidak perlu ayah, lagi pula akan sangat melelahkan pergi jauh lalu datang dengan acara penobatan.""Kau ini, jangan membantah Akhtar. Kewajibanmu sebagai seorang suami mengajak istrimu pergi dan membuatnya bahagia. Bagaimana Vienza, apa
Vienza duduk menunggu Akhtar yang masih ditangani Dokter. Wajah datarnya terlihat jelas, meski dirinya sendiri sebetulnya khawatir akan keadaan Pangeran Akhtar. Tiba-tiba dia melihat Akhtar keluar dengan seorang Dokter, dia sedikit bingung kenapa Akhtar bisa berjalan santai seperti ini. "Maaf tuan Putri, Yang Mulia Pangeran tidak ingin dirawat dan beliau mau segera pergi dari Rumah Sakit." Jelas Dokter muda cantik yang mencuri pandang ke Akhtar, Vienza jelas tahu hal itu. "Aku merasa tidak perlu dirawat, dan jika aku dirawat perjalanan kita akan tertunda." Akhtar menjelaskan kepada Vienza dan dia merutuki perbuatannya. "Tapi kau harus istirahat Pangeran".Suara lembut penuh perhatian dari Vienza membuat jantung Akhtar berdetak dan ini tidak baik untuk dirinya. Tiba-tiba Akhtar menggenggam tangan Dokter muda itu didepan Vienza sebuah senyum nakal terlihat disana. "Baiklah aku akan istirahat sebentar bersama Dokter Suzan. Apa kau bisa men
Akhtar menatap lama mata Vienza, deru nafas mereka beradu. Saat Akhtar ingin mencium Vienza gerakan itu tertahan. "Ehm... Apa yang kau ingin tanyakan tadi." Akhtar mundur menatap lama wajah datar yang tetap saja cantik itu. Dia memegang dagu Vienza, dan mencium leher Vienza. Beralih ke bibir Vienza yang masih tertutup rapat. Sudah lama Akhtar menahannya, dan tidak untuk sekarang. Dia sudah benar-benar gila jika bisa tahan melihat tubuh seksi Vienza. Tapi sialnya Akhtar tak bisa melanjutkan aktifitas nya, lagi-lagi ada orang yang mengganggu dirinya dan Vienza. "Maaf pangeran hamba pikir ada orang lain yang berada di dapur." Veinza membeku mendengar suara itu. Dia perlahan membuka matanya yang tertutup rapat saat Akhtar menciumnya tadi. "Ghafur.... Ghafur, kenapa kau selalu membuat moodku rusak. Ada perlu apa kau kesini, bukankah kau berada di Ibukota." Ghafur terlihat tidak takut dengan Akhtar, dia baru saja melihat wanita yang dia cint
Prince AkhtarAkhtar mengamati Ghafur yang mendekati Vienza, tatapan Ghafur kepada istrinya itu adalah tatapan memuja. Dan Akhtar tahu hal itu, dia memang beruntung memiliki istri yang kecantikannya bak dewi yang turun dari langit. Tapi dia tidak suka melihat pria manapun melihati istrinya seperti ini. Akhtar berjalan mendekati Ghafur dan Vienza diruangan itu. Dilihatnya Vienza sedang menggendong anak kecil dan tertawa bersama. Senyum diwajah Akhtar terukir, dia berhenti mendekat saat Thomas membuatnya menghentikan jalannya. "Ada apa Thomas?, apa ada hal penting?" Tatapan Akhtar membuat Thomas sedikit gemetar untuk menyampaikan pesan yang dia dapat. "Maaf pangeran, Shahid menyampaikan pesan kalau dia mendapatkan informasi yang pangeran inginkan. Dia menunggu pangeran di taman kota Yamun sekarang." Akhtar benar-benar gembira mendengar berita ini. Shahid adalah tangan kanan nya, dan informasi yang akan diberikan Shahid ini akan sangat pen