The Magic of Friddenlux
Episode 1
Rumah duka sedang menyelimuti kediaman Jo. Telah berpulang ke sisiNya, Ashley Jo yang berusia 95 tahun. Dengan meninggalkan 2 orang cucu, yang bernama Audrey Jo dan Andrew Jo. Kini semua orang sedang berduka.
“Oh dia ya.”
“Kasihan ya dia, padahal masih muda tapi sudah harus menjadi tulang pungung keluarga ya.”
“Iya ya, mana harus sambil menghidupi adiknya lagi ya.”
“Duh iya ya ya, uang kehidupannya bagaimana ya ? sekolahnya bagaimana ya ?”
“Sudah yatim piatu sejak kecil, pasti berat ya untuk dia.”
“Aku sih mau saja jika dia mau menikah dengan anakku, walaupun dia masih begitu muda.”
Bisik-bisik orang yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Ashley Jo, seorang pensiunan dari Kepala Departemen Sosial Kota Remeny. Ashley Jo adalah salah satu orang yang memiliki pengaruh besar terhadap dunia. Tidak heran bila saat pemakamannya, begitu banyak orang yang datang.
Kini tinggallah Audrey Jo dan Andrew Jo berdua, tanpa orang tua dan tanpa orang dewasa yang lainnya. Audrey jo harus berjuang atas hidupnya dan hidup adiknya di kota penuh duka ini.
“Kakak, setelah ini harus bagaimana? Apa kita akan meninggalkan rumah ini?” Tanya Andrew kepada Audrey.
“Tenanglah, kamu hanya perlu tetap bersekolah, Kakak akan bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita,” ujar Audrey.
“lalu bagaimana dengan sekolah Kakak? Kakak tidak bermaksud untuk berhenti sekolah kan? Kalau Kakak melakukannya, maka aku juga tidak mau bersekolah,” kata Andrew dengan jelas.
“Andrew, jangan berkata seperti itu, kamu harus tetap bersekolah, kamu harus layak mendapatkan hidup yang lebih baik,” ucap Audrey sambil memegang bahu Andrew.
“Lalu bagaimana denganmu Audrey? Apa kamu merasa tidak perlu mendapatkan kehidupan yang layak seperti adikmu?” Tanya seseorang yang tiba-tiba datang.
Audrey terkejut melihat seseorang yang baru saja ikut dalam obrolannya. Karena seseorang itu adalah Ibu Ursey, seorang Kepala Sekolah di sekolah Audrey dan Andrew.
“Ibu, apa yang Ibu lakukan disini?” Tanya Audrey.
“Tentu saja memberikan penghormatan terakhir untuk nenekmu. Semasa hidupnya, nenek kalian telah menjadi donatur terbanyak sekolah kita.”
“Begitu ya, kami baru mengetahuinya sekarang,” ungkap Audrey.
“Audrey dan Andrew tetap lah bersekolah,” kata Ibu Ursey.
“Kami tidak punya biaya sebanyak itu Bu, biarkan Andrew saja yang tetap bersekolah, saya akan berusaha membiayainya bersekolah, jadi saya mohon Bu untuk membiarkan Andrew bersekolah,” pinta Audrey.
“Kamu tidak perlu memintanya Audrey. Baik Andrew maupun kau tidak akan ada yang berhenti sekolah,” balas Bu Ursey.
“Apa maksud Ibu? Aku tak paham,” kata Audrey sambil mengerutkan alisnya.
“Nenek kalian, sudah menitipkan sejumlah uang yang bisa kalian pakai untuk melanjutkan hidup. Uang itu dititipkan ke departemen sosial. Dan kalian perlu tahu bahwa suami saya adalah kepala departemen sosial saat ini. Nenek kalian masih memikirkan kalian bahkan disaat umurnya tidak lama lagi, maka dari itu jangan ada dari kalian yang tidak melanjutkan sekolah. Jangan biarkan segala yang telah dilakukan Nyonya Ashley Jo ini menjadi sia-sia,” ungkap Bu Ursey.
“Kakak kita masih bisa bersekolah Kak,” ungkap Andrew sambil memeluk Audrey.
Dan Audrey pun tidak sadar telah meneteskan air mata. Ia tidak menyangka masih ada harapan untuk melanjutkan kehidupan. Setelah neneknya meninggal, Audrey dan Andrew harus menjadi anak yang kuat.
“Besok, Ibu tunggu di ruangan Ibu ya. Jangan sampai terlambat di hari pertama masuk sekolah,” kata Bu Ursey sambil tersenyum. Ia memegang pundak Audrey dan Andrew kemudian meninggalkan mereka berdua.
Acara pemakaman telah usai. Semua tamu yang datang juga telah pulang. Kini tinggallah Audrey dan Andrew hanya berdua di rumah. Ketika masuk ke dalam ruang, Audrey masih membayangkan ada pelukan hangat dari neneknya setiap kali mereka pergi dari luar.
Malam harinya, Audrey memasakkan Andrew makan malam. Menu mereka makan malam adalah telur ceplok. Hanya ada itu di rumah mereka, disaat nenek mereka pergi untuk selama-lamanya. Banyak bahan makanan yang habis disaat waktu yang tidak tepat.
“Kakak, menurutku kau harus belajar cara memasak,” kata Andrew sambil memakan nasinya. Audrey melihat telur ceplok buatannya yang hanya disentuh sedikit oleh Andrey.
“Kenapa dengan telurnya?” Tanya Audrey.
“Terlalu asin, sampai lidah ku merasa getir saat memakannya,” jawab Andrew.
“Maafkan aku, kau bisa menambahkan kecap pada telurmu,” kata Audrey sambil memberikan kecap kepada Andrew.
“Kak tidak usah, setelah ini kita akan menghadapi berbagai masalah. Aku tidak mau rasa getir ini menghambat pertumbuhanku menjadi kuat,” balas Andrew sambil tersenyum.
Audrey pun membalas senyuman itu dengan tawa kecil. Ia juga harus belajar banyak hal, mulai malam ini, mulai hari ini Audrey dan Andrew akan bertahan atas hidup mereka sendiri. Tanpa bantuan penuh dari orang lain. Hanya mereka dan diri mereka sendiri.
Sehabis makan, Andrew pergi ke kamarnya untuk tidur. Andrew terlihat kuat tadi saat makan malam, padahal ia diam-diam menangis di kamarnya. Ia takut, apa yang akan dunia ini lakukan padanya dan pada kakak perempuannya.
Andrew menangis di kamarnya yang gelap, hingga ia menjadi ketiduran. Dalam tidurnya ia melihat sosok wanita dan ia yakin itu adalah neneknya. Kemudian Andrew berlari mendatangi sosok itu. Dan benar bahwa itu adalah neneknya, Ashley Jo.
“Nenek!” Seru Andrew sambil memeluk neneknya.
“Hai pangeran kecil nenek, kamu belum tidur rupanya. Apa yang menganggumu?”
“Nek, aku rasa aku sedang tertidur, aku yakin ini adalah alam mimpi. Lalu kenapa nenek datang ke alam mimpiku?" tanya Andrew.
"Apa yang kau khawatirkan?" tanya neneknya, Ashley.
"Kakak, aku yakin Kakak masih sulit untuk bangkit, pasti banyak yang ia pikirkan, aku ingin membantunya tapi ia melarangku Nek," kata Andrew yang khawatir.
"Kau memang adik yang baik, itu lah mengapa aku bangga padamu. Kau khawatir pada Kakak Perempuan yang usianya lebih tua daripada kau," ujar Nenek.
"Nek, tidak ada kah hal yang bisa kau lakukan?" tanya Andrew.
"Tentu saja ada. Jangan pernah abaikan dia, ikuti apa katanya yang bersifat baik untukmu, pahami perasaannya, kondisinya, sebisa mungkin jangan memberatkannya. Audrey sekarang punya tanggung jawab yang berat," jawab Nenek.
"Terimakasih Nek, setidaknya aku tahu apa yang harus aku lakukan. Sekarang aku rasa aku harus kembali dan memeriksa Audrey," kata Andrew.
Nenek Ashley pun mengangguk perkataan Andrew. Akhirnya Andrew terbangun dari tidurnya. Ini adalah salah satu keahlian istimewa Andrew, dia bisa mengendalikan mimpi dan bisa berkomunikasi dengan alam yang tak kasat mata.
Setelah bangun tidur, Andrew keluar dari kamarnya lalu mencari Audrey. Yang benar saja, Audrey sekarang sedang menangis di depan televisi yang sedang menampilkan acara semut.
Andrew pergi mendekati Audrey lalu memeluknya. Ia tahu bahwa Audrey sedang menangis sendirian. Ia tidak mau Kakaknya merasakan hal itu sendirian.
"Kakak, bagilah hal yang kau rasakan itu padaku. Aku tidak akan pernah menganggap itu beban. Jadi jangan memikulnya sendirian. Barusan aku bertemu dengan Nenek. Ia bangga pada kita berdua, bahkan disaat sudah tidak ada," ujar Andrew yang perlahan melepas pelukannya dengan Audrey.
Kemudian Audrey menghapus air matanya dan tersenyum kepada Andrew. Bagi Audrey, Andrew lah yang terpentinf sekarang. Ia tak perlu repot larut dalam emosi. Ia harus tenang dan mencari cara untuk membuat dirinya dan Andrew bahagia.
The Magic of FriddenluxEpisode 2Keesokan harinya, Audrey dan Andrew kembali ke sekolah. Setelah berminggu-minggu Audrey dan Andrew tidak bersekolah. Mereka harus sibuk mengurus neneknya yang sakit."Hei lihat, itu Audrey dan Andrew.""Jadi mereka tidak jadi keluar dari sekolah ini?""Kenapa juga mereka harus kembali ke sekolah ini.""Tampang mereka yang sok itu membuat ku jijik."Bisik-bisik anak sekolah sepanjang Audrey dan Andrew berjalan di lorong menuju ke ruang kepala sekolah.Sekarang Audrey sudah masuk di tahun keduanya sekolah, sedangkan Andrew memasuki tahun pertamanya di sekolah.Di ruang kepala sekolah."Selamat datang kembali ke sekolah Audrey dan Andrew. Sebelumnya saya ingin menyampaikan bahwa kalian sekarang bersekolah disini dengan program beasiswa. Tolong jangan berulah dan terus tingkatkan prestasi kalian.
The Magic of FriddenluxEpisode 3Pagi itu di kerajaan Friddenlux, tampak raja Friddenlux bernama Xion Killman sedang memandangi negerinya.Friddenlux adalah negeri sihir yang makmur, jaya, perekonomian yang lancar, sumber daya alam yang melimpah. Tapi itu dulu. Sekarang Friddenlux hampir dalam kepunahan. Friddenlux sudah mulai kehilangan cahaya penghidupannya. Terhitung cahaya penghidupan Friddenlux telah mencapai 30% yang menghilang. Jika terus dibiarkan maka Friddenlux bemar-benar akan punah.Ada banyak penyihir dari negeri luar yang mengincar Friddenlux. Hal ini dikarenakan Friddenlux memiliki batu sinar harapan atau biasa disebut Lux Stone.Konon katanya jika kau memakai Lux Stone tepat di hatimu, maka kamu akan menjadi orang dengan sihir terkuat. Maka dari itu ada banyak orang bersaing untuk mendapatkan Lux Stone di Friddenlux.Namun untuk menemukan Lux Stone itu sangatlah susah. H
The Magic of FriddenluxEpisode 4Dicari pelayan paruh waktu, shift sore dari jam 3 sore hingga jam 11 malam. Laki-laki/perempuan. Dibutuhkan 2 orang. Gaji menjanjikan.-Nail's Cafe and Coffe-Langkah Audrey terhenti di sebuah papan pengumuman yang ada di depan kafe. Kalau ia mendaftar sebagai pelayan disini, tidak akan menganggu jam belajarnya."Audrey!" seru Andrew yang datang dari belakang Audrey."Hei, gimana sudah ketemu?" tanya Audrey."Iya sudah, aku ceroboh sekali. Jika tidak di amankan petugas keamanannya bisa hilang ponselku," jawab Andrew."Lain kali hati-hati. Adik tampan aku ini pintar tapi pikun hahaha," ujar Audrey sambil memeluk kepala Andrew.Audrey dan Andrew pun berjalan pulang ke rumah. Sepulangnya di rumah Audrey langsung membuatkan cokelat panas untuk Andrew.Karena ini adalah malam minggu, itu artinya besok adalah akhir pekan. Mereka bisa menikmati malam tanpa harus memikirkan pelajaran dan dr
The Magic of FriddenluxEpisode 5"Hasablaha hasabalassaba habsakam," ucapan yang terdengar dari seorang pengusir hantu yang dipanggil oleh Andrew.Pengusir hantu itu pengucapi kalimat aneh di dekat jendela ruang tamu, tempat zombie itu muncul. Setelah membacakan kalimat aneh, pengusir hantu itu menyiprati jendela dengan air dan dedaunan.Setelah itu si pengusir hantu menyiprati sekeliling lorong dari ruang tamu menuju kamar Audrey. Dengan pakaian aneh yang dilengkapi dengan kalung tasbih dengan mata kalungnya adalah bawang putih.Audrey dan Andrew mengikutinya dari belakang. Tapi mereka mengeluarkan ekspresi aneh. Serasa mereka setengah hati percaya dengan pengusir hantu itu.Sekarang mereka berada di kamar Audrey. Hal yang sama masih dilakukan oleh pengusir hantu itu. Andrew mengatakan bahwa ia sudah menghubungi pengusir hantu yang bersertifikat. Tapi yang bersertifikat saja tidak meyakinkan, bagaimana yang amatiran.Setelah meyiprati kamar A
The Magic of FriddenluxEpisode 6Sesampainya di rumah, Audrey dan Andrew langsung menutup jendela dengan rapat dan pintu langsung di kunci. Andrew terduduk bersandar di sofa. Sedangkan Audrey berjalan sempoyongan ke dapur untuk mengambil air minum."Audrey, aku rasa bukan rumah kita yang berhantu," kata Andrew dengan nafas yang tak beraturan."Maksudmu apa?" tanya Audrey sambil memberi minuman dingin ke Andrew."Maksudku, zombie itu seperti sengaja mencari kita," jawab Andrew dengan wajah serius."Benar juga katamu. Kalau memang sedang ada invansi zombie, pasti akan ada berita dimana-mana mengenai zombie dan pemerintah pun tidak ada tinggal diam kan. Tapi ini seperti tidak terjadi apa-apa. Kejadian ini seolah memang untuk kita," ujar Audrey sambil membuka minumannya."Kita harus cari tahu, zombie itu dari mana? Siapa yang mengirimnya? Kenapa mereka mencari kita?" tanya Andrew sambil berpikir."Tapi kita harus mulai dari mana? Tidak
The Magic of FriddenluxEpisode 7Sudah beberapa hari ini, Audrey dan Andrew tidak mendapatkan serangan dari Zombie. Entah apa masalahnya, disaat Audrey dan Andrew tidak memikirkan tentang zombie, mereka malah diserang. Sekarang mereka telah bersiap untuk zombie itu, malah tidak diserang."Audrey," panggil bosnya Audrey, Nail."Iya bos?" tanyanya yang terbangun dari lamunan."Apa kau sedang ada masalah?" tanya Nail."Owh tidak, aku hanya memikirkan tugas sekolah," jawab Audrey mengelak."Audrey, kalau sedang tidak ramai, kau boleh bekerja sambil mengerjakan tugas sekolah. Kau adalah pegawaiku yang rajin, teliti dan jujur. Aku sangat bersyukur kau mau bekerja disini." kata Nail."Terimakasih bos."Tringg..Suara bel pintu, tanda orang masuk ke dalam kafe."Audrey!" serunya sambil melambaikan tangan pada Audrey."Wah siapa itu Audrey? Pacarmu? Kau punya pacar setampan itu?" tanya Nail yang terpukau."Bukan bos, di
The Magic of FriddenluxEpisode 8"Nenek bilang padaku bahwa kita adalah keturunan penyihir. Kita keturunan penyihir Friddenlux. Kata nenek kita bukan manusia biasa," kata Audrey yang serius kepada Andrew."Memangnya penyihir itu ada? Maksudku yang berbadan hijau, hidung panjang, memakai topi lancip dan sapu terbang itu?" tanya Andrew."Bukan. Kata nenek kita adalah keturunan penyihir ksatri. Jadi kita keturunan penyihir tipe petarung garis depan," jawab Audrey."Audrey menurutmu ini masuk akal?" tanya Andrew sambil memegang bahu Audrey."Entahlah aku tidak mengerti apa-apa, kita juga tidak punya petunjuk lebih soal ini," jawab Audrey."Kata nenek juga, nanti akan ada dua golongan penyihir yang mencari kita. Pertama adalah penyihir yang menginginkan darah kita sebagai pengorbanan dan yabg kedua adalah penyihir yang ingin melindungi kita," sambung Audrey."Apa maksud kamu zombie ini ada hubungannya dengan perkataan nenek?" tanya Andrew.
The Magic of FriddenluxEpisode 9Kringg...Suara dering dari jam weker.Suara nyaring membuat Andrew dan Audrey terbangun. Andrew yang sama sekali tidak tidur dengan benar. Ia tidur dalam posisi duduk, mulai membuka mata dan melihat cahaya matahari."Andrew, kau tidur seperti ini semalaman?" tanya Audrey.Andrew pun menganggukan kepalanya. Kini ia memijat lehernya karena pegal, tidur dengan posisi duduk semalaman. Dengan leher yang selalu menunduk, tentu saja itu membuat leher pegal."Kau ini, jangan seperti itu," kata Audrey langsung menarik tangan adiknya agar duduk di depannya.Audrey pun sebagai kakak yang baik, ia tidak tega melihat adiknya yang harus merasakan tidak nyaman karena lehernya pegal. Ia memijat leher Andrew dengan sangat lembut tapi sangat terasa."Pijatan ini seperti pijatan tangan nenek," kata Andrew."Oia ngomong-ngomong tentang nenek. Tadi malam aku bermimpi nenek mendatangiku lagi," ujar Audrey."Oia