Share

04. Pertemuan pertama

Saat sudah sampai di hotel silla, mereka keluar dari mobil. Azura yang menahan diri sedari tadi tak kuasa untuk menahan diri lagi. Ia meminta izin ke toilet terlebih dahulu pada Ayah dan Bundanya.

"Selamat malam Pak, Bu, maaf jika kami terlambat," ujar Mahendra dengan sopan pada kedua keluarga Perwira dan juga Prasetya yang sudah duduk disana.

"Angga, bisa taruh ponselnya sebentar nak?" pinta sang Bunda dengan lembut.

Angga hanya menarik nafas dan pasrah ketika sang Bunda yang berbicara. Ia menatap satu persatu wajah semua orang yang hadir di sana. Para orang tua sedang berbincang membicarakan perihal pekerjaan.

"Dia yang bakalan jadi calon gue?" gumam Angga pelan.

Lalu, seorang perempuan cantik yang mengenakan dress panjang berwarna putih, rambut hitam panjang yang terurai indah dan memakai beberapa hiasan bunga di kepala, serta make up tipis yang membuatnya tampil cantik natural mengalihkan semua atensi para orang tua dan juga orang-orang yang di meja itu.

Seketika mereka terdiam. Lalu Bimo membuka suara terlebih dahulu untuk membuka acara penting malam ini.

"Baiklah, karena semuanya sudah berkumpul disini, jadi mari kita mulai. Silahkan Pak Mahendra," ujarnya seraya mempersilahkan Mahendra melanjutkan.

"Tidak usah berkenalan lagi sepertinya, saya hanya ingin menyampaikan bahwa saya akan menjodohkan kedua putri saya dengan kedua keluarga Prasetya dan juga Perwira."

"Perkenalkan anak saya yang memakai baju hitam, namanya Amira Putri Pratama Mahendra yang akan di jodohkan dengan Angga Prasetya," jelas Mahendra.

"Lalu yang memakai baju putih, dia Azura Dwi Fransisca Mahendra anak kedua saya yang akan di jodohkan dengan Leon Syam Perwira. Sampai di sini, apakah kedua keluarga setuju?"

"Set-"

"Saya tidak setuju," bantah seseorang paling keras.

"Angga, kenapa kamu?" tanya Ayahnya sambil berbisik pelan.

"Boleh saya tanya alasan kamu tidak meyetujui perjodohan ini?" tanya Mahendra.

"Saya tidak ingin di jodohkan dengan Amira. Bolehkah saya bertukar dengan putri kedua anda?" tanya Angga dengan percaya diri.

"Itu-"

"Aku tidak keberatan Ayah," potong Azura sambil berdiri.

"Aku juga tidak keberatan," sambung Amira.

"Leon? Bagaimana pendapatmu?" tanya Perwira pada anaknya.

Leon hanya diam. Membuat Mahendra mengambil kesimpulan bahwa Leon juga setuju akan hal ini.

"Pak Bimo, apakah bapak setuju dengan hal ini?" tanya Mahendra.

"Saya juga tidak keberatan, jika itu keinginan putra saya," jawabnya dengan nada rendah.

"Baiklah, kalau begitu semua setuju akan perjodohan ini?"

Amira tersenyum, akhirnya ia bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.

Namun di sisi lain, Leon tampak tidak senang dengan hal tersebut. Entah apa yang hatinya rasakan saat ini.

Ia akui Azura sangatlah cantik hari ini. Tapi bukankan ia menyukai Amira? Bukankah ia juga menjalin hubungan dengannya? Tapi kenapa rasanya sangat mengganjal di hatinya?

"Semoga dengan ini, Amira gak ganggu gue lagi," ujar Azura dalam hatinya.

* * *

Hari rabu sudah menjadi aturan untuk para siswa-siswi SMA BHB melaksanakan literasi pagi di tengah cuaca yang terik ini.

Azura duduk di paling belakang bersama Naina. Ia membaca novel yang belum sempat terselesaikan malam kemarin.

Kemudian di pinggirnya, barisan khusus para siswa, seorang pria duduk sambil mmegang buku di tangannya.

senyumnya terbit saat gadis di sampingnya tidak menyadari keberadaannya.

"Hai cantik," sapa pria itu.

Azura menoleh pelan, "lo nanya ke siapa?" tanya Azura kebingungan.

"Lo gak inget siapa gue?"

Azura menggelengkan kepalanya.

"Parah lo, gue calon--"

Azura segera membekap mulut Angga.

"Lo gila?" tanya Azura. Netra keduanya bertemu dan saling beradu pandang.

Angga jatuh, kali ini ia jatuh sejatuh-jatuhnya pada gadis ini. Jantungnya berdegup kencang, matanya tidak sanggup untuk berkedip. Azura semakin hari semakin cantik di matanya.

"Gue gila karena lo," jawabnya jujur.

"Jangan di ikat ya rambutnya, lo jelek kalau di ikat." Angga membuka tanpa aba-aba ikatan rambutnya.

Jika saja literasi belum di mulai, ia sudah mengomeli pria tengil itu karena berani menyentuhnya. Terutama rambut kesayangannya.

* * *

Mylove❤

| kamu hari ini bisa jemput aku?

Anda

nanti aku kesana |

Mylove❤

| Aku tunggu depan gerbang.

Leon menghela nafasnya pelan. Ia sedang duduk di kursi taman belakang yang jarang di lewati orang-orang kecuali siswa-siswi yang mengikuti ekskul.

"Kenapa gue gak merasa senang? Padahal bagus dong, gue di jodohin sama Amira yang notabane nya pacar gue?" monolog Lron sembari mengacak-acak pelan rambutnya.

Di sisi lain, di tembok penjuru lorong ada seorang gadis yang tadi akan melewati jalan ini terhenti ketika netranya melihat seseorang yang ia kenal.

Ia hanya mengintip di balik tembok itu. "Leon kenapa ya? Dia kaya frustasi."

"Soalnya gue tahu, Le, tempat ini adalah tempat yang sering kita kunjungi kala kita punya pikiran berat," gumam Azura kecil.

Azura memutuskan untuk kembali ke kelas. Ia tak berniat mengganggu Leon jika sedang disana. Apalagi dari kemarin dia tidak bercakap sama sekali dengannya. Rasanya ada perasaan canggung untuk pertama kali.

"Awssshh, sakit!" rengek Azura saat ia tak sengaja terjatuh akibat seorang pria yang sedang bermain kejar-kejaran dengan teman yang lainnya. Mereka adalah anak-anak IPS 4 yang selalu masuk ke ruang guru BK.

"Lebay lo, gitu doang sakit!" cibir Rio sambil tersenyum mengejek.

Rio duduk, menyetarakan tingginya dengan gadis yang ia tabrak.

"Cantik juga, boleh kenalan?" Rio mengulurkan tangannya yang saat itu juga di tepis oleh Azura.

Azura tertatih dengan susah, namun ia kembali terjatuh karena kakinya seperti terkilir. Itu terasa sangat sakit saat ia berdiri.

"L-lo gapapa? Gue antar lo ke uks ya?" tawar Rio yang di jawab gelengan oleh gadis itu.

"Ga usah, sana lo pergi," usirnya dengan nada dingin.

"Gue minta maaf, gue antar lo ke uks. Sini gue gendong."

Saat hendak menggendong Azura, tangannya kembali di tepis ke sembarang arah. Kali ini bukan Azura, melainkan Angga.

Tanpa banyak bicara, ia menggendong Azura ala brydle style. Semua atensi kini tertuju pada kejadian itu.

Saat pagi tadi mereka geger akan kedatangan seorang siswa tampan dan kini siswa tersebut melakukan aksi keren yang membuat semua orang kini kembali cemburu pada sosok Azura si gadis yang terkenal karena berprestasi, mengikuti lomba-lomba fisika, kimia, bahkan pernah meraih sertifikat perlombaan yang di adakan di Tokyo, Jepang tahun lalu. Selain terkenal karena prestasi, ia juga terkenal karena jago basket. Sehingga ia di tunjuk menjadi ketua basket tim putri di sekolahnya.

Leon yang hanya menjadi penonton itu terdiam kaku. Perasaannya begitu campur aduk tat kala melihat kejadian tadi.

* * *

Next Part ...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status