Guncangan terasa dan Abigail mendengar Nina memintanya bangun untuk bergegas pergi. Abigail mengusap mata dan dengan lambat meraih ransel pinknya untuk mengikuti Nina yang sudah keluar.
“Kita menjauh dari pusat kota!” seru Nina dan masuk ke dalam mobil van tua.
Nina membeli mobil itu dengan harga murah dan kini mereka akan memulai perjalanan untuk terus menghindar hingga kejelasan langkah berikutnya.
Nina membaca peta dengan cepat dan menemukan tujuannya yang segera dia tandai. Abigail duduk di depan dan memasang sabuk pengaman dalam diam.
Nina melirik sekilas. Wajah Abigail terlihat pucat dan tidak bercahaya. Ada sedikit rasa iba dalam hati Nina, namun segera ia tepis. Mengikuti perasaan bukanlah hal yang ia dalami selama ini. Mobil meluncur meninggalkan motel dan menuju Philadelpia.
Pagi mulai berganti siang dan setelah mengisi bensin juga bersantap, Nina melanjutkan perjalanan.
Dalam hati dia mengumpat karena Alter Fidelis tidak memberi kabar
Nina dan Abigail masih terperanjat atas kekuatan yang muncul dalam diri Nina. Tiga orang itu menembaki keduanya dengan cepat. Namun Nina keburu bangkit dan lari sembari menarik Abigail dengan kecepatan fantastis menghindar. Rasa sakit masih terasa, namun kini dia kuat menahannya. Nina yang masih merasakan bingung juga syok segera menguasai diri. Dia meminta Abigail lari bersembunyi sementara dirinya melompat salto dengan kilat serta menyambar pistol miliknya yang tergeletak di lantai. Tangan Nina menembakkan peluru pada tiga orang penyerangnya. Tidak peduli mereka mati atau tidak, Nina berteriak pada Abigail untuk segera masuk ke dalam Van.Keduanya segera masuk dan Nina melarikan kendaraannya dalam kecepatan tinggi. Tidak ada yang muncul saat mereka diserang. Mungkin manusia yang ada di tempat tersebut juga sudah mati. Nina baru merasakan ngilu juga nyeri.“Ambilkan aku whisky dan kain!” pinta Nina. Abigail dengan cepat memberikan kedua barang tersebut. Ti
Hotel yang Fidelis siapkan untuk mereka sangat mewah dan mahal. Nina kini tidak lagi mengendurkan kewaspadaannya. Begitu masuk kamar, Nina memeriksa semua kondisi kamar dan setiap sudut. Ketika merasa aman, dia baru meminta Abigail untuk masuk ke dalam.“Aku menyimpan ini di pesawat tadi,” ucap Abigail dengan pelan. Nina mengambil surat kabar berbahasa Inggris tersebut dan membaca berita tentang kematian dia Roger Pass.“Bukan hanya keluargaku yang meninggal, tapi beberapa keluarga yang memiliki nama Abigail,” lanjut gadis kecil itu dengan lirih.Nina termangu. Abigail memandang tajam Nina.“Lupakan semua. Kini kau memiliki hidup yang baru,” cetus Nina tanpa simpati. Abigail menatap Nina dengan kejengkelan memuncak. Ada rasa curiga yang menggunung dalam hatinya. Mungkinkah wanita aneh ini juga ingin mencelakakan dirinya? Berbagai pertanyaan berputar di kepala gadis kecil tersebut. Rasa ingin memberontak mulai bangkit dan dia tidak
Mata Nina terbuka dan dia sudah berada di sebuah kamar bercat putih bersih. Matanya memandang langit-langit kamar dan kipas yang berputar.Kepalanya terasa berat dan ketika dia hendak bangun, tubuhnya melemah. Rasa sakit diperut terasa menghentak dan menguras energinya. Seorang suster masuk dan menyapanya dengan ramah. Nina tersenyum kaku.“Tidurlah kembali, aku harus menambah antibiotik pada infusmu,” pinta biarawati tersebut. Nina mengalah dan berbaring.“Lukamu cukup parah, infeksi itu hampir melukai usus besarmu. Untunglah dokter berhasil mengoperasimu tadi malam,” papar wanita bertudung putih tersebut dengan suara ramah.“Terima kasih,” ucap Nina. Dia tidak pernah menerima kebaikan dalam hidupnya. Mengucapkan terima kasih sangatlah asing baginya.“Panggil aku suster Lizbeth, aku yang akan merawatmu hingga sembuh,” celotehnya kembali. Nina menaksir wanita itu usianya baru empat puluh tahun, tapi k
Seminggu kemudian, Nina dan Elba berangkat menuju Serbia. Abigail tinggal bersama Oliver dan Markus di wilayah vatikan.“Seberapa jauh kamu membaca tentang Alkitab?” tanya Oliver pada Abigail.Gadis itu membuka halaman terakhir yang dia baca bersama dengan Robert, mendiang kakeknya. Sontak kenangan sebulan lalu kembali dan Abigail menunduk sementara air mata berlinang tak henti di kedua pipi bulatnya.Pagi itu adalah hari pertama bagi Oliver menerima tugas untuk menuntun Abigail menemukan takdir barunya. Memberi wawasan tentang rencana Allah yang sebenarnya.Markus percaya jika Abigail memahami konsep yang Tuhan miliki ketika menciptakan dunia maka gadis itu jiwanya akan terang kembali. Termasuk menjelaskan kenapa malaikat pertama yang Allah ciptakan berbalik menjadi makhluk yang begitu mengerikan hanya karena iri dan dengki.“Abe,” panggil Oliver dengan lembut. Gadis yang berusaha bersikap dewasa dan tegar tersebut mengangkat wajah dengan pandangan bas
Melangkahkan kembali di tanah kelahiran sangatlah berat. Tempat ini juga pengingat kekelaman masa lalu yang belum lama terjadi dalam hidupnya. Nina merasa rapuh.Elba melangkah di sampingnya dengan gagah dan penuh keyakinan. Keduanya menyewa sebuah mobil dan mereka mulai menelusuri peta yang dia dapatkan dari Markus.“Akan memakan waktu sekitar sepuluh jam untuk mencapai daerah tersebut,” ucap Elba begitu keluar dari mini market, sementara Nina mengisi bensin.“Kita harus memiliki cadangan bensin, belum tentu ada yang menjual di depan nanti,” cetus Nina. Elba mengeluarkan tiga jerigen dari bagasi belakang.Setelah mendapatkan semua kebutuhan dan sedikit makanan yang bisa mereka santap selama perjalanan nanti, Elba mengarahkan mobil mereka menuju tujuan.Jalanan aspal tadinya cukup mulus. Namun begitu melewati batas kota, banyak lubang dan jalanan rusak. Bangunan kosong yang tidak ditempati juga terlihat di sepanjang perjalanan mereka.“Serbia meng
Rumah bertembok batu itu tampak tua dan sepi. Salju turun lebih deras di daerah ini. Letak rumah itu di puncak bukit, dan beberapa domba tampak berkeliaran di sekitar halaman. Nina menebarkan pandangan. Kayu bakar yang tertutup dengan butiran salju tertumpuk di tembok sebelah utara.“Aku akan memeriksa jika ada orang dirumah,” ujar Elba. Nina masih berdiri diposisi yang sama. Inikah rumah kerabatnya? Ada emosi yang mendesak ingin keluar.“Nyonya Averin …!” panggil Elba.Tidak lama, suara kaki diseret terdengar. Nina melangkah dengan terpaksa dan menaiki tangga menuju teras rumah.Pintu terbuka muncul wanita dengan kerudung warna cokelat tua. Mata biru lautnya mirip dengan mata Nina. Baju terusannya yang berwarna krem tua tampak lusuh, membungkus tubuh kurus wanita itu.“Nyonya Averin, saya Elba Mustafa dan ini Nina. Nina Averin,” ucap Elba dalam bahasa Serbia yang kaku.Wanita tua itu terpukau. Mata
Nina berdiri di teras serta memandang Abigail yang terlihat berlarian di taman luas dekat ruang makan para pastor. Gadis itu tampak normal dan tidak ada yang berbeda. Tapi semua cerita yang Oliver dan Markus sampaikan ternyata sangat mengejutkan.“Dia sudah tiga kali menunjukkan sifat iblisnya,” cetus Oliver. Pria itu sudah berdiri di sampingnya.“Seberapa parah?” tanya Nina datar.“Sangat parah, salah satu biarawati sempat terluka dan mengalami luka bakar,” jawab Oliver. Nina menghela napas dan memahami jika ini bukan sesuatu yang simpel.“Sudah mengalami kemajuan?” tanya Nina kembali.“Aku menggunakan kenangan tentang keluarganya untuk menarik dia kembali,” sahut Oliver. Nina terdiam.“Elba akan membantu kalian. Dia mengaku jika mengetahui bagaimana sifat dan karakter iblis atau yang kalian sebut penguasa neraka. Elba bisa memahami diri Abigail,” ucap Nina. Oliver meng
Ratusan tahun yang lalu.“Fidelis, kamu terbukti sudah berbohong dan melindungi Lux bahkan bersekutu dengannya. Kenapa?” wujud yang bersinar begitu terang dan gagah tersebut menatap Fidelis dengan raut kecewa. Sayapnya membentang dengan indah dan berwarna abu-abu terang. Pedang besar tergantung dipinggangnya. Kedua sosok tersebut memakai baju putih panjang seperti seorang pastor.“Mikhael, Lux masih bisa kembali pada Bapa Agung. Beri dia kesempatan,” jawab Fidelis sekaligus meyakinkan pada malaikat yang menjadi penglima tertinggi surga.“Tidak ada lagi jalan untuknya kembali. Dia sudah meninggalkan dan menanggalkan kemuliaannya sejak awal. Bagaimana kamu bisa yakin?” tukas Mikhael. Sebagai salah satu malaikat utama surgawi, Mikhael dianugerahi memiliki kekuatan yang besar. Namun semua seijin Sang Pencipta. Bahwa tidak mungkin dia mengalahkan Lux jika Tuhan tidak berkenan. Hal yang bisa ia lakukan adalah memangkas semua racun y