Share

Ada apa lagi?

Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 02 B

By : Leni Maryati

*****

Malam harinya setelah Chaca sudah tidur. Alika menceritakan kejadian tadi sore ke suaminya. Suaminya juga merasa kurang wajar tetangga main ambil-ambil saja begitu.

"Mungkin karena mbak Niken itu terbiasa hidup di Kota jadi begitu ya mas, kalau di desa sini pasti masih ada rasa malu atau sungkan."

"Ya, mungkin bun. Di kota tempatnya sana mungkin sudah terbiasa saling tukar lauk-pauk, bun,"

"Kalau tadi mah bukan tukar menukar lauk pauk, tapi ngerampok. Chaca aja sampai nangis sesenggukan cemilannya dihabiskan Dita--Anaknya mbak Niken. Waktu bunda sibuk di dapur saat mbak Niken ambil-ambil lauk Bunda." Alika mencebilkan bibirnya. Ia menumpahkan kekelannya ke suaminya.

"Ga apa-apa bun, mereka kan baru pindahan tadi pagi. Pasti belum beres apa-apanya, masih harus bersihin rumah. Jadi ga sempat masak."

"Iya sih yah. Bunda sih ga apa-apa kalau hanya sekali ini saja."

"Udah ngantuk bun, tidur yuk dah malam."

Alika dan suaminya pun menarik selimut dan terbuai ke alam mimpi.

*****

Pagi hari pukul 06.00 pagi Alika menyapu halaman rumahnya. Chaca masih bermain bersama ayahnya di depan TV sambil menikmati pisang goreng buatan Alika.

Farrel tiap pagi harus di sediakan Lemon tea hangat untuk menemani sarapannya.

Tin tin tin

Suara klakson sepeda motor bu sayur. Biasanya pedagang sayur akan parkir di sebelah rumah bu Yati karena disana tempat di perempatan jalan, jadi terlihat dari berbagai arah.

Alika sudah selesai menyapu halaman dan meletakkan sapu ke tempatnya. Ia sejak tadi sudah siap-siap mengantongi uang untuk membeli lauk ke pedagang sayur.

Disana sudah terlihat budhe Nur, budhe Ratna, Budhe Yati dan beberapa ibu-ibu lainnya sedang memilih sayur.

"Mbak Alina mau masak apa hari ini?" sapa Bu Ratna, tangannya masih sibuk memilih-milih sayur bayam yang bagus menurutnya.

"Sepertinya masak tumis kangkung aja, budhe! Tadi mas Farrel bilang pengen tumis kangkung sama tahu." ujar Alika.

"Wah.. enak tuh.. Udah lama aku ga masak kangkung. Di tumis pake cabe yang banyak pasti habis nasi 3 piring." ucap budhe Nur.

"Haha.." Ibu-ibu disana pada ketawa.

"Tapi sayang... suamiku sekarang ga mau kangkung, katanya bikin asam urat kambuh." Keluh Budhe Nur merasa sedih.

"Ya ga apa-apa bu, masak sedikit aja buat sendiri." Bu Yati menimpali.

"Jadi mbak Alika mau berapa ikat sayur kangkungnya? Budhe Nur beli juga ga kangkungnya?" Bu sayur memotong pembicaraan ibu-ibu. Biasanya ibu-ibu ga sadar sudah ngobrol ngalor ngidul kemana-mana.

"Aku kangkungnya 1 ikat saja budhe. Tahu coklat 3000 sama cabe merah 2 ribu saja."

"Aku kangkungnya juga 1 ikat." sela budhe Nur.

"Nih mbak Alika, jadi totalnya 7000 ya. Ga nambah beli yang lain mbak?"

"Cukup itu dulu saja budhe. Ini uangnya pas ya." jawab Alika. Saat Alika akan beranjak pulang terlihat Niken beserta anaknya Dita berjalan le arah mereka.

"Eh...tetangga baru mau belanja sayur ya." Bu Ratna mencoba menyapa dan mengakrabkan diri dengan tetangga barunya.

"Siapa namanya mbak?" tanya bu sayur. Ia penasaran soalnya baru kali ini ia melihat Niken.

"Kenalin ibu-ibu, saya Niken asli Bandung sekarang ikut suami rencananya menetap disini. Rumahku di depan rumahnya mbak Alika. Saya menantunya Mbah Harso." Niken menjelaskan.

"Oh.. menantunya mbah Harso." gumam bu sayur.

"Mau beli apa mbak?" tanya bu sayur lagi.

"Kata mas Basuki ada sate lontong ya bu?"

"Ada nih mbak, dua ribuan. Mau beli berapa?"

"Lima aja deh!"

"Apalagi mbak? Ga beli sayuran atau daging?" tawar bu sayur. Ia paling senang menawarkan dagangannya. Siapa tahu pembeli yang tadinya tidak ada niatan untuk membeli jadi kepincut membeli barang yang tidak ada di daftar listnya.

"Udah itu saja, stok di rumah masih komplit. Duluan ya ibu-ibu." Ujar Niken seraya menggandeng Dita pulang.

Alika dan ibu-ibu yang lain juga langsung pulang untuk segera mengolah sayur mayur yang dibelinya agar secepatnya menjadi makanan yang lezat.

*****

Pukul 9 pagi Alika sudah selesai menyelesaikan pekerjaan rumah, mulai dari menyapu rumah dan halaman, mengepel, membuat sarapan dan memasak, memasukkan cucian baju ke mesin cuci, menyuapi sarapan dan memandikan Chaha. Oh satu lagi yang belum, mencuci piring bekas sarapan mereka tadi pagi. Sejak pukul 08.00 pagi tadi Farrel--suaminya Alika sudah berangkat bekerja.

Alika berjalan ke ruang keluarga dimana Chaca berada, Ia masih melihat Chaca asyik bermain lego dan beberapa mainan lainnya.

Alika kembali ke dapur untuk mencuci piring. Beberapa saat kemudian beberapa piring dan gelas itu sudah tercuci bersih berpindah ke rak. Alika paling tidak suka ada piring atau gelas kotor yang menumpuk lama-lama di washtafel.

"Ah...selesai!" gumam Alika.

Tok tok tok

"Mbak Alika... Mbak Alika... Buka pintunya!"

Alika terperanjat pintu dapurnya diketok-ketok kencang lebih kearah digedor-gedor. Suaranya sepertinya tidak asing.

'Mbak Niken'? tanya Alika dalam hati.

Untuk apa mbak Niken ke rumah Alika???

tbc

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status