Aku benar-benar sudah tak bisa berpositif thinking lagi sehingga dengan jari gemetar, kuketik pesan kepada Richard [Hey, Rich. Sudah tidur?]Kukirim pesan singkat-singkat saja padanya. Meskisebenarnya banyak sekali hal yang ingin kutanyakan saat ini, jariku sendiri sudah tak sabar mengetik pesan tentang siapa Isabella, apakah Richard masih melakukan one night stand di belakangku seperti kata Isabella, dan lain sebagainya.Namun, hatiku belum siap mendengar jawaban Richard, jadi pesan yang kukirim hanya pertanyaan singkat saja."Kita lihat dulu jawabannya bagaimana," gumamku. Menatap layar ponsel dengan intens. Untungnya balasan hanya datang selang beberapa detik sejak pesan itu terkirim. Richard rupanya sedang online.Aku bergerak dari dudukku dengan gelisah dan segera membaca pesan dari suamiku itu. Berbeda denganku yang hanya bertanya singkat, balasan pesan yang dia kirim benar-benar panjang dan lebar. [Jeany? Ada apa mengirim pesan jam segini? Apakah kamu tidak bisa tidur? Apa
"Astaga."Aku menutup mulut dengan ekspresi tak terlukis kan saat video call dengan Richard dan melihat isi kamarnya. Jujur saat ini aku merasa sangat bersalah karena telah mencurigai Richard tanpa sebab, hanya karena omongan wanita asing seperti Isabella, yang ternyata sama sekali tak berdasar."Ada apa, Jeany?"Richard yang sepertinya tak paham kenapa ekspresiku berubah seperti ini saat video call dengannya, bertanya. "Mmmm."Aku hanya bergumam tidak jelas sambil terus melihat ke arah Richard dengan perasaan bersalah. Itu karena di kamar yang kini ditempati Richard, aku bisa melihat dengan jelas bahwa suamiku tersebut tidak tidur malam, bukan karena sedang sibuk bercinta dengan perempuan lain.Namun, dia justru benar-benar sedang sibuk dengan pekerjaan melihat banyaknya kertas-kertas dan juga beberapa map yang berserak di samping laptop yang berada di meja Richard. Semuanya sangat berantakan sampai sepertinya dia benar-benar sedang sibuk bekerja. "Apa ada yang ingin kamu lihat
Kupikir Richard akan percaya dengan alasan yang kuutarakan tapi ternyata jawabannya sungguh di luar dugaan. Dia mengirim pesan suara dan bilang. "Hmmm, masa? Aku tidak percaya."'Hah?? Kenapa dia tidak percaya?! Apakah terlalu mencolok kebohongan yang kuucapkan??' gumamku dengan panik. "Kenapa tidak percaya? Aku serius, aku bahkan tidak nafsu makan hari ini," jawabku, juga di pesan suara. Aku tidak bohong, aku benar-benar tidak makan hari ini jadi jika dia bertanya ke Mayes atau koki, dia tidak akan menemukan kesalahan bicaraku."Coba saja tanya pelayan di sini, aku kehilangan nafsu makan karena merindukan dirimu," lanjutku, untuk menguatkan argumen. Setelah Richard membaca pesan suara yang kukirim, dia tiba-tiba menelepon. "Ahhh, sungguh? Kamu benar-benar punya rasa rindu padaku sekarang, Jeany?"Suaranya terdengar bahagia, sedangkan aku setelah berdeham satu kali, segera menjawab. "Tentu lah. Kamu kan suamiku, bagaimana bisa aku tidak merindukan dirimu? Itu tidak mungkin!"Ri
[E-ehm, sepertinya aku pakai saat kamu di rumah saja, Rich. Jadi cepatlah pulang.]Akhirnya, karena tak mau disuruh mencoba lingerie yang benar-benar tidak seperti pakaian itu, aku membalas pesan Richard seperti di atas. Untungnya, Richard sepertinya tidak mempermasalahkan hal itu dan tidak memaksa lagi. [Aku tidak tahu kalau kamu sangat suka bunga. Kalau seperti ini, aku jadi ingin tiap hari mengirimimu bunga, Jeany.]Richard akhirnya membahas tentang bunga lagi.Pesan dari Richard itu membuat kedua ujung bibirku terangkat, ada rasa senang membayangkan dikirim bunga setiap hari oleh seseorang seperti Richard. [Untuk apa? Tidak perlu repot-repot, Rich. ]Berbeda dengan hatiku yang sedang senang bukan main, aku malah menjawab seperti itu. Itu karena aku menginginkan Richard untuk segera kembali pulang.'Kenapa kamu tidak pulang saja alih-alih hanya mengirim bunga?'Batinku, gundah. Itu karena banyak hal yang perlu kubicarakan dengan Richard, terutama tentang kata-kata Isabella dan
Wajahku seketika berubah pucat saya melihat sekali lagi foto-foto itu. Pasalnya di sana, Richard suamiku, tampak benar-benar terlihat akrab dan mesra bersama si wanita seksi.Dengan penuh emosi, aku yang sangat marah, mengambil ponsel dan mengetik cepat.Kepalaku seperti mendidih karena kemarahan dan kekecewaan.[AKU TAK JADI KE TEMPATMU!!! TERSERAH, LAKUKAN APA PUN YANG KAMU MAU BAHKAN TIDUR DENGAN WANITA LAIN, AKU TIDAK PEDULI!!!]Setelah mengirim pesan seperti itu, aku berjalan cepat ke arah tempat tidur, meninggalkan mawar dan vas pecah yang berserakan di lantai, lalu membanting tubuhnya ke atas ranjang yang empuk dengan bibir cemberut."Tidak pernah tertarik dengan wanita lain apanya! Buktinya dia bahkan berpelukan mesra dengan wanita lain! Menyebalkan!!" rutukku, memukul bantal yang kupeluk. Kepalaku terasa mendidih saat mengingat kembali bagaimana foto-foto Richard yang tampak akrab memeluk wanita lain padahal baru beberapa menit lalu dia berkata bahwa semua wanita sangat menj
"Ahhh, aku tidak tahu lagi. Aku lelah."Ku benamkan wajah di bantal, tak tertarik melakukan apa pun, bahkan untuk sarapan pun aku seperti tak sanggup menelannya. Karena itu saat Mayes menawarkan sarapan, aku menggeleng."Tidak dulu, Mayes. Aku belum lapar," jawabku, meminta Mayes untuk pergi dari kamar dan menutup wajahku dengan bantal. "Tapi, Nyonya. Anda bahkan tidak makan malam kemarin. Bagaimana kalau Anda sakit, Nyonya?"Suara Mayes terdengar khawatir, memang bukan hal wajar aku yang biasanya makan banyak ini bahkan sanggup melewatkan sarapan dan makan malam. "Ayo, Nyonya. Makanlah sedikit saja. Suamiku sudah memasak makanan yang sangat enak untuk Anda," ujar Mayes, membujuk diriku untuk makan. Namun, aku tetap menggeleng. "Nanti dulu, Mayes. Aku belum lapar," ucapku, sekali lagi menolak tawarannya. Bagaimana aku bisa makan dengan kondisi seperti ini? Pikiranku benar-benar dipenuhi oleh Richard sekarang. Rasa kecewa dihohongi membuat perutku terasa penuh dan dadaku sesak.
Richard masih memeluk istrinya dan berbisik lembut, bertanya apa yang sedang terjadi. "Ayo cerita ke aku ada apa, kenapa tiba-tiba marah?"Richard mengulangi pertanyaannya. Dia sudah benar-benar tak tahan jika harus berpisah lagi dengan Jeany, semakin hari rasanya semakin tersiksa, sudah tak terhitung berapa kali dia ingin tiba-tiba pulang seperti ini dan bertemu wanita yang begitu dicintainya.Kalau saja tidak ada semua pekerjaan sialan itu, Richard pasti memilih hanya akan menghabiskan waktu berguling guling di atas kasur dengan istrinya.Biasanya, Richard tetap bertahan dengan pekerjaan yang gila, sampai tadi saat dia membaca pesan dari Jeany yang sepertinya ditulis dengan kemarahan, Richard langsung kehilangan akal dan tahu-tahu terbang pulang dan langsung menuju rumah ini."Jeany? Hm?"Richard masih memeluk istrinya. Melihat Jeany yang tidak berontak sama sekali saat Richard berbaring di sampingnya, Richard bpun bermaksud untuk berbuat lebih nekat lagi.Dia menaruh lengannya
Jeany tak melanjutkan ucapannya, sementara itu Richard mengejar dengan tak sabar."Karena?"Jeany menatap Richard dengan cemberut dan berterima. "Tidak tahu! Lihat saja ini sendiri!"Jeany mengatakan itu sambil menyodorkan dengan kasar ponsel miliknya pada tahun Richard, memperlihatkan isi galeri ponsel yang berisi foto-foto Richard yang sedang bbersama perempuan lain."Hah? Apa ini?"Richard yang melihat itu begitu terkejut, ini sebenarnya foto biasa, tapi seseorang mengambilnya dari angle yang membuat siapa pun salah paham.Apalagi saat melihat nomor pengirim, Richard langsung tahu ini ulah siapa.Sepertinya setelah kalah dalam urusan persaingan bisnis, Isabella sedang membidik kelemahannya sekarang, yaitu Jeany. Wanita itu pasti menyewa seseorang untuk memata-matai Richard sehingga menemukan foto bagus seperti itu.Kini Richard langsung bpaham kenapa Jeany sampai semarah itu, dia pasti merasa dibohongi oleh Richard karena baru tadi malam dia berkata bahwa tidak pernah tertarik deng
Kyle melihat jam tangannya dan tiba-tiba wajah pria itu berubah sumringah."Sudah waktunya makan siang, aku akan mengajak Luana makan di tempat yang enak hari ini, kamu sudah memesankan tempatnya, 'kan, Rion?""Tentu saja, Tuan. Silakan menikmati makanan Anda."Jawaban Rion tersebut membuat Kyle tersenyum senang dan beranjak dari duduknya.Namun, belum juga berjalan ke luar ruangan, l tiba-tiba pintunya terbuka."Kyle Ivander."Seorang gadis dengan rambutberwarna pirang stroberi dan dress cerah seperti warna rambutnya, memanggil nama Kyle dengan wajah ceria.Hanya satu orang di dunia ini yang.memanggil Kyle dengan nama tersebut.Leanna."Apa kabarmu, sekarang sombong, ya, Sudah nggak pernah main ke rumahku lagi."Gadis itu, dengan gayanya yang anggun sekaligus ceria berjalan santai mendatangi Kyle yang masih berdiri diam di balik meja kerjanya sembari menatap lurus pada Leanna.Sementara itu, Rion terperanjat kaget karena gadis yang dikirim oleh ayah Kyle tersebut ternyata datang leb
Sementara Kyle pusing memikirkan bagaimana bisa begitu banyak pria tampan di hotel tempat Luana bekerja, gadis itu sedang sibuk dengan hal lain.Sejak pagi dia terus memelototi layar komputer di depannya untuk mencari tahu lebih dalam bagaimana kondisi tempat kerja barunya yang katanya meski merupakan hotel bintang empat, tapi menggunakan standar bintang lima ala Zeus Group.Hotel itu didesain dengan konsep.menyatu dengan alam sehingga suasana asri begitu terasa dari hanya melihat gambarnya di layar komputer.Semua kamar hotel dilengkapi dengan balkon sehingga setiap pengunjung bisa melihat pemandangan kota dan sekitarnya dengan leluasa.Hotel yang kini sepi tersebut juga menawarkan fasilitas yang memadai seperti sarana olahraga, restaurant, bar area rekreasi serta memiliki lobbyberukuran seratus meter persegi.Bangunan yang didominasi warna gading dan gold tersebut terletak di dekat pusat perbelanjaan tersebut memiliki lebih dari lima puluhan kamar dengan empat kamar jenis suite.Se
Setelah diam beberapa saat, dengan suara berat Kyle menjawab. "Sebenarnya itu juga hal yang terus mengganggu pikiranku beberapa hari ini, Rion. Masalah tentang jika suatu hari Luana ingin mengandung buah cinta kami berdua." "Astaga, lalu apakah Anda sudah menemukan jalan keluar, Tuan?" Dengan sangat berat hati, Kyle menggeleng. "Enggak. Ehm, untuk saat ini belum. Aku sama sekali nggak menemukan jalan keluar atas masalah itu." Kyle berkata seraya mengusap wajahnya dengan gerakan kasar menandakan betapa putus asanya dirinya. Pria itu sama sekali tidak masalah jika tak bisa memiliki keturunan untuk menjaga Luana dari kematian, tapi bagaimana dengan Luana? Gadis itu mungkin saja memiliki pemikiran berbeda. Itulah yang dikhawatirkan oleh Kyle. "Jadi ... apakah Anda akan menyerah untuk menikah dengannya? Karena jika menikah maka masalah itu pasti ..." "Aku tetap nggak akan menyerah untuk menjadikan dirinya istriku. Tapi tentang masalah mengandung bayiku setelah kami menikah ters
"Ah, Tuan."Tiba-tiba Rion teringat kembali tentang percakapannya dengan ayah Kyle tadi pagi tentang cinta Kyle kepada Luana sehingga ingin bertanya sedikit kepada bos-nya tersebut."Menurut Anda, apakah jika kalian sudah menikah besok, Anda akan membiarkan Luana meninggal demi melahirkan buah hati Anda?"Pertanyaan ringan dari Rion tersebut serta merta membuat Kyle menutup dengan keras map yang sedang dibacanya dan menghadiahi Rion tatapan tajam."Apa maksudmu?"Kyle bertanya dengan suara dingin yang membuat Rion seketika gelagapan karena tak menyangka kalau Kyle akan bereaksi seperti itu.Dia buru-buru menggeser kursi di depan meja Kyle dan duduk dengan ekspresi pucat."Tolong jangan tersinggung atas ucapan saya, Tuan. Saya hanya tiba-tiba teringat akan ibu Anda melihat kemesraan Anda dan Luana tadi. Saya berpikir ... mungkin ayah dan ibu Anda dulu juga semesra ini hubungannya, sebelum akhirnya ibu Anda meninggal dunia," ralat Rion buru-buru.Rion menyembunyikan maksud sebenarnya da
Rion ingin berkata bahwa cinta Kyle kepada Luana tidaklah sedangkal itu, dia bahkan rela menghancurkan dunia demi bisa bersama dengan Luana. Rion yakin jika usaha ayah Kyle ini akan sia-sia saja bahkan jika yang datang itu Leanna yang merupakan teman masa kecil Kyle. Namun, Rion tidak bisa menjamin jika Luana lagi-lagi tahu bahwa Kyle kembali dijodohkan saat dia dalam posisi yang 'katanya' diuji sebagai menantu baik, apakah gadis itu akan bertahan?Dia bisa merasakan bagaimana putus adanya Luana jika tahu hal ini, karena itu Rion bertekad untuk menyembunyikan kabar berita ini sampai Luana selesai melakukan misinya.Rion mengepalkan tangan dan benar-benar bertekad untuk menutup sumber berita apa pun tentang hal ini dari Luana, sehingga dia bisa bekerja dengan tenang."Aku tahu mungkin kamu memandang aku sebagai orangtua egois, tapi aku benar-benar tidak ingin Kyle di masa depan akan menjadi pria menyedihkan seperti aku, karena itu aku melakukan semua ini."Rion berusaha membujuk ayah
Pagi hari di kantor. "Selamat pagi, Tuan." Luana segera berdiri dari tempat duduknya dan menyapa Kyle yang baru saja dari luar bersama dengan Rion di belakangnya. Kyle berhenti berjalan menuju ruangannya dan menoleh kepada Luana yang sedang berdiri di balik meja kerja. Pria itu berjalan mendekat dan melayangkan kecupan lembut di pipi sang gadis yang membuat Rion terperanjat kaget, sedang Kyle sendiri tersenyum penuh kasih kepada gadis mungil itu. "Maaf morning kiss-nya telat," ucapnya lembut, yang dibalas Luana dengan gelengan. "Tidak apa, saya tahu Anda sibuk." Kyle menaruh tangannya di pipi Luana dan membelai penuh kasih sayang dengan sorot mata penuh minta maaf. "Sudah makan?" "Sudah." Semenjak Luana menginap di tempat tinggal Kyle selama seminggu, Kyle memang membuat peraturan bahwa harus ada morning kiss sebelum keduanya sama-sama berangkat bekerja. Namun, karena hari ini dia sudah harus berangkat bekerja sejak pukul enam pagi maka morning kiss tersebut pun telat d
Luana menyingkirkan tangan Kyle dari pundaknya dan menarik napas panjang sambil memejamkan mata. Ini seperti disuruh memilih antara mati di tangan para hantu demi menikah dengan orang yang dicintai atau hidup dengan melepaskan satu-satunya pria yang sangat dicintainya tersebut. "Mau bagaimana lagi, Lun? Aku jugannggak punya kuasa untuk menolaknperintah ayah. Aku ingin membuktikan pada ayah kalau wanita pilihanku ini benar-benar bisa diharapkan. Kamu bisa membantu aku,'kan, Lun?" "Terima kasih atas kepercayaanmu padaku yang begitu besar ini, Kyle. Meski aku .. aku merasa nggak yakin kalau bisa mengatasi semua ini," tukas Luana dengan lemas lunglai. "Kamu pasti bisa, Lun. Kamu selalu bisa menghadapi kesulitan apa pun, jadi kali ini pun aku yakin kamu pasti bisa menyingkirkan rumor tersebut." Melihat keyakinan di mata Kyle, tiba-tiba Luana teringat akan sesuatu. "Aaah, sebentar. Kenapa nggak kamu buktikan sendiri apakah tempat itunberhantu atau enggak? Bukankah kamu berteman dengan
"K-kamu serius? Berhantu?" Luana bahkan tidak tahu sekarang harus berekspresi bagaimana, dia sudah sangat terkejut ketika diberi tahu bahwa akan dipindah kerja karena ayah Kyle yang tak ingin melihat calon menantunya dirumorkan sebagai wanita penggoda. Lalu sekarang, tempat kerja barunya adalah.. hotel berhantu? Ingin sekali rasanya Luana berteriak melontarkan pertanyaan kepada pemilik utama Zeus grup tersebut seperti ini: "Are you kidding me?" Luana bertanya, hanya bisa tertawa sumbang sambil menyugar rambutnya. Sepertinya, sepertinya ini hanya alasan Tuan Besar itu untuk mengusir Luana jauh-jauh dari sisi Kyle, putranya, bukan karena ingin memberi tantangan padanya untuk membuktikan kualitas yang dia miliki. Dia memandang pria yang terasa semakin sulit digapai tersebut dengan sorot putus asa dan bahu lunglai. "Apakah kamu serius saat mengatakan hal itu, Kyle? Serius, apakah hotel itu benar-benar dirumorkan berhantu?" Kyle mengangguk pelan seakan itu bukanlah sebuah masalah
"Kamu ingat nggak, Lun, waktu dulu aku pernah bilang kalau dijodohkan oleh ayah dan para petinggi perusahaan?" "Ah, aku ingat, dan aku baru tahu hari ini kalo gadis itu adalah Jasmine. Hm, kalo pilihan ayahmu adalah gadis seperti Jasmine, dia pasti nggak akan mudah menerima diriku, ya, 'kan Seperti orang tua Rexy." Gadis itu tiba-tiba menunduk, entah kenapa dadanya tiba-tiba terasa sangat sakit hanya karena membayangkan bahwa ayah Kyle ternyata sama dengan ayah Rexy, mantan pacarnya. Melihat Luana yang tiba-tiba bersedih, buru-buru Kyle menjelaskan. "Nggak, bukan gitu, Luana. Ayahku nggak kayak orang tua si berengsek ituyang melihat orang lewat strata sosial. Dia nggak peduli latar belakangmu kayak apa, Luana. Percayalah padaku. Tapi dia sangat peduli dengan image perusahaan dan image-ku." Jawaban dari Kyle sama sekali tidak membuat Luana lega. "lya, lalu? Apakah itu artinya kita ... kita nggak bakal bisa menikah, Kyle?" tanya Luana pesimis. Kyle segera meraih pipi gadis itu da