“Mama...! “ Abian berlari turun dari gendongan tuan Alan. Ekspresinya tuan Alan sungguh terkejut mendapati aku berada di atas pohon mangga ini. Tidak tahu apa yang sedang ia pikiran.“Iya sayang, mama akan segera turun, “ ucapku sambil bergegas turun. Saat aku melompat dari atas dahan yang agak pendek, tuan Alan menatapku dengan terpaku. Seakan tengah menonton akrobatik. Apa aku terlihat aneh?Saat sampai di bawah aku menyerahkan sarang dan beberapa ekor burung pada Abian, “Bian, mama dapatkan anakan burung. ““Hore... . “Teriak bocah itu kegirangan. Sementara Tuan Alan masih terpaku di tempatnya. Hingga ucapannya seketika membuat hati ini yang sejak semalam mengaguminya mendadak jadi illfeel seketika.“Dasar wanita kampung, kalau ingin burung kenapa tidak langsung meminta kepadaku pasti akan aku belikan.” Ucap tuan Alan sarkas.“Hey, tuan, jangan menghina ya, saya ini sudah bukan wanita kampung lagi sejak kak Alan membawa saya ke Jakarta tiga tahun lalu. “Jawabku tidak terima.“Ck...
“Tuan muda ayo segera berangkat! “ suara ajakan paman Sam berhasil memecah keheningan di antara kami berdua.“Iya, paman, Abian, baik- baik di rumah bersama mama ya! “ Abian mengangguk dan melambaikan tangannya. Sementara aku masih tetap berdiri dengan muka melongo, rupanya jantungku sudah mulai normal kembali saat berjauhan dengan tuan Alan. Syukurlah dan sebaiknya aku harus segera mencari tempat baru untuk memulai kehidupan bersama Abian. Untung aku sudah membawa buku tabungan dan ATM dari kak Farhan. Memang selamatkan ini kak Farhan selalu memberi kan sebagian gajinya untukku. Dia bilang bahwa uang itu merupakan hak bagiku sebagai istri, walaupun kak Farhan tidak... Ah, sudahlah itu tidak perlu aku ungkapkan bukan? Karena aku menganggap ayahnya Abian bukan sebagai suami melainkan kakak iparku. Ya... Kak Farhan menikahi saudara perempuanku satu-satunya yang bernama Nurjahan.Aku mengajak Abian masuk ke dalam rumah untuk merapikan penampilanku yang masih berantakan. Sampai di ruang m
Selesai sarapan pagi bersama bik Surti aku pun membantu membereskan peralatan dapur yang masih kotor. Di rumah Tuan Alan memiliki sekitar sepuluh orang pekerja, untuk membersihkan rumah semegah ini. Wajar saja sedari tadi tampak orang berlalu lalang dengan tugasnya masing- masing.“Nduk, ini baju ganti kamu, sama den Bian juga. ““Wah, terima kasih bik, jian, rasa ne ora kepenak yo, mbok, (sungguh rasa nya tidak enak ya bik.) “ ucapku dengan bahasa daerah, rasa nya mulut ini sudah gatel pengen ngomong jawa saat bertemu orang yang satu daerah gini.“eh, yo rap opo lo nduk, di syukuri ae, kuwe nemu Wong apik neng Jakarta iki ( di syukuri aja non, kamu bisa menemukan orang baik di kota Jakarta ini.) ““iya, mbok, alhamdulillah. ““heem. Sekarang cepet ganti baju Sana! ““iya, mbok. “ Jawabku sambil berlalu menuju kamar tamu. Aku ajak Abian juga untuk berganti baju.Sampai di dalam kamar aku mulai mengganti pakaian Abian. Sebuah setelan kemeja dan celana jeans warna hitam. Ukurannya juga
Waktu berjalan begitu cepat dan di sinilah aku sekarang. Setelah makan siang buk Surti menyuruhku untuk bersiap menjemput Abian di kantor Tuan Alan, dengan bantuan Heri tentunya.Sampailah kami di sebuah pelataran hotel nan megah dan mewah. Kesan pertama saat aku menginjakkan kakiku di depan gedung tinggi menjulang ini adalah ekspresiku yang tercengang. Hingga tak sekalipun pandanganku beralih kepada yang lain. Bahkan suara Abian yang sudah sampai di sampingku pun aku tak menyadarinya.Dan rupanya, tempat yang aku pijaki ini adalah sebuah hotel bukan kantor milik tuan Alan, tiba- tiba perasaan ini menjadi aneh, “ untuk apa tuan Alan pergi ke hotel? Bukankah ini bukan tempat untuk bekerja?” belum sempat aku menjawab pertanyaanku dalam hati. Rupanya Abian menangis dan merengek tidak mau kuajak pulang. Bian bersikukuh ikut masuk ke dalam hotel tersebut. Aku sendiri juga tidak bisa mencegahnya. Jurus tangis Abian memang mampu meluluhkan hati seorang tuan Alan. Sehingga aku pun juga harus
Saat terbangun di pagi hari, aku merasa kan kepalaku sangat sakit sekali. Belum pulih rasanya kesadaranku tiba- tiba suara gaduh memenuhi kamar itu. Aku edarkan mata ini kesegala penjuru arah, semua nampak asing, siapa mereka?Ada seorang wanita marah dan seorang pria paruh baya menenangkan. Sementara di sampingku. Aku terkejut setengah mati. Bagaimana bisa Tuan Alan tidur di sampingku? Ini sesuatu yang tidak mungkin bukan?Tuan Alan menatapku dengan tatapan membunuh. Binar kebencian sangat kentara dari sorot matanya yang tajam seakan menembus jantung hatiku. Aku bergidik ngeri. Bagaimana tidak, dalam keadaan biasa saja lelaki itu sudah tampak menakutkan apa lagi dalam situasi seperti ini. Ya Tuhan, sebenarnya apa yang terjadi kepadaku? Bagaimana bisa tuan muda terdampar bersamaku di kamar mewah ini?Wanita paruh baya yang masih cantik dengan pakaian modisnya itu mulai mendekatiku, aku hanya terdiam mendengarkan segala ocehannya kepada Tuan Alan bisa aku simpulkan bila wanita berkela
Malam ini adalah malam terpanjang dalam hidupku. Bagaimana tidak, Abian dengan sengaja menautkan jemariku dan janda Bo**h itu dengan begitu intimnya. Ini gila, benar-benar di luar dugaanku, aku pikir aku tidak akan terpengaruh, tetapi nyatanya saat jemari kami saling menyatu, ada desiran aneh yang menghangat merayapi relung hati ini. Tiba- tiba saja perasaan gugup menyelimuti hatiku. Sejenak aku perhatikan wanita di pinggir ranjang itu telah menutup matanya, dalam hati aku sungguh kesal, bagaimana bisa dia dengan seenaknya telah tertidur nyenyak sementara aku bahkan tidak bisa memejamkan mata walaupun sedetik. Ini benar-benar tidak bisa di biarkan, melewati satu malam saja rasanya bagaikan setahun bagaimana bila harus setiap hari, bisa-bisa mataku akan berubah bagai mata Panda, bisa bilang reputasiku sebagai cowok terganteng di kota ini. Kasanova bermata Panda, kan enggak lucu. Aku menghembuskan nafas frustrasi, sejak kedatangan dua makhluk ini dalam kehidupanku, semua jadi berantaka
Mama, memang benar-benar niat ngerjain aku kan ? Ini benar-benar menyebalkan, setelah selesai pekerjaan kantor, mama langsung menyuruh Heri menjemput aku dan membawaku menuju kampung halaman Janda menyebalkan itu. Sungguh kukira setelah kepergiannya yang mendadak itu aku bisa bernafas lega saat ini, siapa sangka mama malah menyuruhku menyusul Jamilah ke rumahnya yang terletak di pinggiran kota Palembang. Membayangkan desa terpencil dengan keadaan kumuh, kekurangan air itulah yang terlintas dalam pikiranku saat ini. Dan anehnya lagi, mama memintaku meninggalkan Abian di Jakarta, dengan alasan mama takut kesepian sendiri di rumah. Sungguh lengkap sudah kekesalanku kali ini, Abian adalah satu-satunya obat buatku saat aku sedang kesal dengan si Jamilah itu.“Bos, apakah Anda tidak ingin membeli oleh-oleh dulu sebelum kita turun dari kapal Feri ini, tidak baik bos bertamu ke rumah mertua dengan tangan kosong, apa lagi ini adalah kunjungan pertama Anda. “ Seketika aku tersadar dari lamunank
“Heri, tolong hentikan mobilnya ke tepi sekarang! “ Heri terkejut mendengarkan perintahku.“ Ada apa bos, seketika Heri menepikan mobilnya. ““Aku mau buang air sebentar, “ seketika aku membuka pintu dan berjalan menuju pinggir jalan. Jalanan masih tampak sepi, sebenarnya aku tidak ingin buang air tetapi aku sengaja mau ngerjain si sopir sialan itu.Saat Heri tengah asyik melihat jalanan yang sepi, secara sengaja aku mendekat ke arahnya, membuka kemeja warna putih, lalu aku pakai untuk menutupi kepalaku, kemudian aku segera mengetok kaca pintu mobil tiga kali.Tok... Tok... Tok...Suara ketukan membuat Heri segera membuka kaca mobil, “Ha...setan...!!! “ teriak Heri, kemudian tiba-tiba saja Heri pingsan tak sadarkan diri duduk bersandar kursi kemudi.Tawaku pecah seketika, “rasakan pembalasanku, memang enak aku kerjain. “ Tetapi sesaat kemudian aku segera bungkam kebingungan saat melihat Heri yang pingsan, “aduh, akhirnya aku juga yang rugi, jadi harus gantikan dia menyopir kan? Em...