Hari kedua status sebagai suami telah aku lalui dengan menyenangkan, eh... tunggu, menyenangkan dalam versi seorang Alan.
Jangan berpikiran manis dulu kawan, tentu saja pagi ini aku sangat puas karena bisa membuat janda itu kesal bercampur malu atau lebih tepatnya menahan hasrat. Siapa juga yang mampu menolak pesona seorang Alan Prayoga Sanders, pewaris tunggal Perusahaan Sanders Corporation.
Sejak sarapan pagi hingga sampai di dalam mobil rasanya mulut ini tidak bisa berhenti tertawa, hingga mama menegurku di meja makan, tapi teguran mama lagi-lagi membuatku diam seketika, saat mama menganggap aku tengah berbahagia mereguk indahnya masa pengantin baru, aku hanya diam dan mengiyakan saja, tidak ingin mama menaruh curiga dengan aksi balas dendamku kepada Jamilah.
Heri yang merasa aneh melihat kelakuanku di dalam perjalanan serasa tak kuasa menahan rasa penasarannya. Mulut embernya itu sudah gatal sejak tadi, “ap
Saat sedang membaca chat dari mama suara ponsel bergetar menampilkan panggilan masuk, siapa lagi kalau bukan mama pelakunya.“Alan, kamu itu benar-benar suami durhaka! “ Teriak mama di seberang telepon.“Ma, mama kok begitu ngomongnya, mana ada suami durhaka Ma? “ jawabku kesal.“Mama enggak peduli, yang terpenting cepat bawa menantu mama kembali ke rumah ! ““Tapi Ma, Alan sibuk sekarang ini. “ Jawabku beralasan.“Enggak usah bohong Alan, mama tahu semua jadwalmu hari ini, enggak usah mencari alasan, atau kamu mau mama memberi tahu papa tentang kegiatan yang kamu lakukan barusan? ““Ti---dak Ma, tidak perlu. ““Bagus. Sekarang lakukan tugasmu dengan baik, mama menunggumu di rumah bersama Abian. “Seketika mama menutup panggilan teleponnya sepihak. Sekarang tinggal aku yang merasa kebingungan saat harus mencari Jamilah yang katanya p
“Kamu, kenapa masih pakai baju itu !? “ ucapku geram.“Em, tuan, tadi saya mau mandi di kamar belakang ketahuan Mama, jadi mama marahi saya terus---. ““Ah, sudah-sudah, dasar janda menyebalkan. Sana mandi, badan kaya papan penggilasan saja bangga di pamerkan uh,! ““Apa tuan, maksud Anda apa? “Aku diam terpaku seketika saat Jamilah tiba-tiba mendekat, sungguh badanku sudah gerah rasanya melihat pemandangan di depanku dan bodohnya janda kampung ini tidak menyadari kegelisahanku, uh, rasanya panas sekali.“Tuan, Anda melamun? “Tanpa jawaban aku segera berlalu meninggalkan Jamilah yang masih diam terpaku di depan kamar mandi.“Janda...! sampai kapan kamu di situ? “ seruku pada Jamilah, tanpa melihat ke arahnya aku sudah tahu Jamilah belum masuk ke kamar mandi.Bruk, suara pintu ditutup dengan keras, “dasar janda! “ Aku berteriak meng
Sampai dikamar tidur, aku dan Abian tidak mendapati hal yang aneh, semua tampak rapi seperti tidak terjadi apa pun hingga mama ke luar dari kamar mandi dengan muka panik.“Alan, itu...! “ Mama berucap sambil menunjuk kamar mandi.“Ada apa Ma? “Tanyaku sambil menurunkan Abian ke atas ranjang tidur.“Jamilah Lan, tolonglah dia! “ Kepanikan mama semakin menjadi. Aku hanya diam dengan ekspresi bingung.Seketika mama menarik lenganku menuju ruangan kecil yang terletak tepat disisi kamar tidur. Hingga sampai di sana sebuah pemandangan erotis tampak di sebuah kamar mandiku, “Ma, apa-apaan ini Ma? “sanggahku sambil berbalik membelakangi pemandangan syur yang terpampang nyata tanpa sensor itu.“Eh, Alan kamu itu bagaimana sih, istri sedang pingsan begitu kok main kabur? “Ucap mama sambil menarik tubuhku menghadap kembali ke arah Jamilah.“Tapi Ma. ““Enggak ada
Jamilah dan aku tanpa sengaja mengucapkan kata yang sama, tentu saja kami sangat terkejut oleh perkataan Abian, “tidur seranjang bertiga. Uh, yang benar saja. “ Hati ini mendadak resah, gundah gulana.“He...! kalian ini kenapa? Seperti di ajak berperang melawan musuh saja, wajar kan kalau Bian ingin tidur bersama mama dan papanya? ““Tapi, Ma? “ ucap Jamilah dengan raut muka yang mendadak pucat, tangannya terlihat gemetar sambil terus memegangi selimut yang masih menempel di tubuhnya.“Mama! Bian mau tidur di sini sama kalian! “ tegas Abian dengan muka lucunya.“Papa, bolehkan Bian tidur di kamar ini? ““Eh, Em, tentu saja sayang. “Dengan raut muka penuh kebahagiaan Abian berlari menghambur dalam pelukanku. Tangan ini pun tanpa menunggu lama akhirnya mengangkat tubuh mungil itu dalam dekapan. Sungguh kebahagiaan tersendiri bagiku bisa melihat Abian bisa tersenyum dan te
Pagi ini Kak Farhan memberitahuku, dia akan membawa Bian bertemu sahabat lamanya. Rona kebahagian sangat jelas terpancar pada wajahnya. Semenjak pernikahan kami tiga tahun lalu baru kali ini aku melihat Kak Farhan terlihat sangat bahagia. Mungkin sahabat Kak Farhan memang seseorang yang sangat istimewa baginya. Setelah mendandani Abian dengan rapi aku bergegas keluar kamar untuk memberitahu Kak Farhan bahwa putranya telah siap berangkat. Kak Farhan tampak duduk di teras rumah dengan penampilan yang sudah rapi. Suamiku itu sungguh terlihat tampan pagi ini. Dalam lamunanku terbesit sebuah keinginan yang konyol, “ah, seandainya pernikahan ini nyata. “ Seulas senyum tak dapat aku sembunyikan lagi hingga suara Kak Farhan mengejutkanku. “Dek, kakak pamit ya? Jaga diri baik-baik. Jangan lupa untuk mengunci pintu rumah kalau saja Kak Farhan pulang terlambat. “ “Em, iya, Kak. “ Ucapku malu sambil menyembunyikan rona merah di wajahku, takut-takut jikalau Kak Fa
“Hay, siapa pun kamu yang menghubungi nomor ini, saat ini Farhan sedang berada di rumah sakit. “ Ucap seorang lelaki yang tampak kesal karena aku diam saja tanpa bersuara.“I---ya, tuan, apa yang terjadi dengan suami saya? “ Ucapku sambil menahan air mata yang sudah mulai jatuh dari kedua mataku.Hening, tidak ada jawaban.“Tuan, tolong kirim alamat rumah sakit itu sekarang! “Seketika sambungan telepon terputus, rupanya lelaki itu memutuskan telepon kami secara sepihak.Beberapa menit kemudian tampak notifikasi di layar HP. Aku buru-buru membaca pesan yang telah dikirimkan lelaki asing yang aku kira dia adalah temannya Kak Farhan.Sampai di jalan raya aku menyetop taksi yang terlihat sedang bergerak ke arahku. Sudah tidak terpikir lagi soal biaya taksi yang mahal yang terpenting saat ini aku harus segera sampai ke rumah sakit itu dengan cepat.Dalam perjalanan aku terus berdoa semoga Kak Farh
Lelaki asing itu bernama Alan Prayoga Sanders, aku mengetahui namanya dari seorang pria tua yang telah mengurus segala keperluan rumah sakit kak Farhan. Dari mulai administrasi hingga kepulangan jenazah. Beruntunglah semua berjalan dengan lancar. Bahkan aku sama sekali tidak perlu repot memikirkan biaya yang harus dibayar ke pihak rumah sakit. Semua di tanggung oleh pria yang mungkin dia itu sahabatnya kak Farhan yang tadi sempat di temuinya sebelum meninggal.Berbicara tentang tuan Alan, kesan pertama saat aku melihat lelaki dewasa itu membuat jantung ini tiba- tiba berdetak cepat, entahlah aku juga tidak tahu ada apa dengan perasaan ini. Tuan Alan sangat tampan dan gagah bahkan. Tidak dapat aku pungkiri bahwa jika diri ini telah terpesona dengan kesempurnaan yang ia miliki. Untuk pertama kalinya aku merasakan getar-getar dalam jiwaku. Sebuah rasa yang belum pernah aku alami sebelumnya. Tuan Alan bagai pangeran impian yang pernah aku lihat dalam film animasi dunia dongeng. Sebagai se
Sampailah kami di sebuah rumah besar dan mewah, kesan pertama yang aku rasakan tempat ini sangat asri, karena halamannya yang sangat luas, juga di tanami berbagai macam pohon seperti pohon mangga dan tanaman perdu juga berbagai tanaman hias lainnya. Dari sini sudah bisa aku simpulkan jika pemilik rumah ini sangat mencintai alam dan kesejukan. Nyatanya rumah semegah ini masih menggunakan berbagai pohon buah-buahan untuk memberikan kesan rindang dan nyaman di depan pelataran yang luas.Suasana rumah itu sudah sepi hanya ada satu penjaga yang masih setia di depan pintu gerbang.Saat tengah asyik melihat sekitar halaman rumah yang tampak asri. Aku dikejutkan oleh panggilan Paman Sam yang tengah menelepon seseorang untuk membuka pintu.Hingga menit berikutnya seorang pria tampan dengan celana jeans pendek dan kaos oblong berwarna putih berdiri dengan pose yang mempesona di depan pintu.“Ya, Tuhan, gantenge... . “ Ucapku dengan bahasa daerah tempat asalku. Beruntungnya ucapanku tidak di de