Share

Bab 07

Richard Bill POV

Suara jepretan itu mulai berirama.

Aku mengembalikan perhatianku ke jalan tepat ketika mobil berhenti, aku keluar dan memeriksa keadaan sebelum aku benar-benar membuka pintunya.

Stacey keluar dan suara itu berasal darinya, suara itu mulai terdengar bahkan ketika Prescott menghentikan mobilnya dan kilatan lampu juga suara jepretan dari kamera berirama memekak telingaku ketika dia keluar dari mobil. Mereka datang lebih dekat dan cepat untuk mengambil gambar terbaik Stacey yang mereka bisa dan mereka saling menyerbu membuat tubuhku juga terdorong.

“Emily.”

“Emily Lynch!”

Langkahku terhenti—mereka sangat ribut hingga tiba-tiba seorang wanita terjatuh di hadapanku karena dorongan itu, aku segera menahan lengannya ketika Stacey hendak membantunya berdiri tetapi gadis itu tetap membantunya.

“Apa kau baik-baik saja?” tanya Stacey.

Wanita itu mengangguk. “Ya, aku baik-baik saja.”

“Beri jalan!”

Setiap bagian darinya dan gerakan kecil yang Stacey buat, mereka selalu mengambil banyak gambar seperti sekarang ini ketika dia mengangkat kepalanya menatap wanita yang berada di hadapan kami untuk memastikan dia baik-baik saja—itu celah yang mereka ambil ketika topi yang Stacey kenakan terus membuat wajahnya tak terlihat sejak dia keluar dari mobil.

Mereka memanggil namanya berulang kali—mereka berteriak, mereka sedikit membuatku terdorong tapi tidak sampai membuatku terjatuh karena tubuhku dua kali lebih besar dari mereka, aku merangkul pinggangnya ke dalam dekapanku lalu membawanya masuk ke dalam.

“Thanks,” ucapnya.

Dia mengangkat pandangannya padaku, biru, itu warna matanya—kami saling memandang selama beberapa detik sebelum akhirnya dia memutuskan kontak mata karena James lebih dulu memanggillnya.

“Kau baik-baik saja?”

Aku mengangguk. “Ya, aku baik-baik saja.”

“Syukurlah, ayo kita masuk.”

Aku melangkah mendahuluinya, Stacey harus berada setengah langkah di belakangku dan dia ternyata sudah mengerti aturan itu, kurasa dia memahami itu dari pengawalnya sebelum aku. Aku membiarkan Stacey masuk ke dalam lift lebih dulu, dia berdiri di belakangku sementara James berdiri di sampingku—tidak ada pembicaraan setelah pintu lift tertutup, mataku melihat pantulannya dari kaca di depanku, dia sedang bermain dengan ponselnya hingga dentingan lift membuatku tersadar, aku melangkah keluar dan Stacey tidak melanjutkan langkahnya melainkan berhenti di depan lift, dia memberikan tas dan ponselnya pada James.

“Aku ingin ke toilet sebentar,” katanya sambil berjalan melewatiku.

James menoleh ke arahku, aku mengangguk dan menyusulnya, dia tidak menyadari jika aku mengikutinya sampai aku mengulurkan tangan kiriku untuk menahannya hingga langkahnya terhenti.

Dia menoleh ke arahku dengan terkejut. “Apa kau serius, Mr. Bill?” tanyanya.

“Aku lebih serius, Nona Stacey.” Aku membuka setengah pintu toilet. “Secret Service, is anyone here?”

Hening.

Aku membuka lebar pintu toilet dan memantau sekeliling kemudian menoleh dan memberinya ruang untuk masuk ke dalam, dia mendengus. “Bahkan di toilet pun aku tidak tenang,” gumamnya melewatiku tetapi langkahnya terhenti dan dia memutar tubuhnya menghadapku sebelum aku menutup pintu. “Apa kau tidak ingin ikut ke dalam agar aku tetap aman?”

Hening.

Aku mengangguk sekali. “Yes, I'll come into your toilet if you need me…”

“You’re an asshole.”

“Thank you, ma'am, I appreciate your compliment.”

Aku mengamati keadaan sekitar, beberapa orang berjalan melewatiku kemudian seorang wanita masuk ke dalam toilet setelah melirikku dari ujung kaki ke kepalaku dengan tatapan sinis seolah aku sedang mencari celah untuk mengintip mereka di dalam sana.

“Setidaknya kau tidak perlu menungguku di depan pintu.”

Stacey muncul, dia berjalan melewatiku. “Aku tidak ingin kau mengikutiku ke toilet lagi.”

・༓☾ ☆ ☽༓・

Stacey Waldermar POV

“Emily Lynch, semuanya…”

Aku tersenyum seraya masuk ke dalam stage ketika tepukan tangan dari penonton menggema satu ruangan saat namaku terpanggil—host itu, Adam Hill, dia salah satu temanku menyambutku dari tempatnya. Aku berjalan cepat dan menerima sambutannya, membalas pelukan itu sambil tertawa tipis.

“Hai,” sapaku.

“Hai, bagaimana kabarmu?”

Aku melepaskan pelukan itu. “Seperti biasanya, bagaimana kabarmu?” tanyaku sambil duduk di sebuah sofa panjang berwarna cokelat gelap.

“Selalu baik…”

“Thank you so much for coming and welcome to the show, Emily Lynch!”

Aku tersenyum. “Thank you, I’m so excited to be here, Jimmy…”

Suara tepukan tangan kembali menggema selama beberapa detik, aku menyamankan posisi dudukku ketika Adam berdehem. “Emily, bagaimana rasanya tumbuh besar dan menjadi model sejak usia 14 tahun dimana seharusnya di usia seperti itu, saat kau memasuki masa remaja, kau bisa bermain, mulai berpesta, belajar dan mencoba hal-hal baru yang belum pernah kau coba?”

“Emm…” Aku memanyunkan bibirku. “Itu luar biasa, saat aku memutuskan keputusan yang sangat penting untuk pergi ke New York saat itu usiaku 14 tahun. Aku bolos sekolah dan pergi bersama James hanya berdua dengan bermodalkan uang tabunganku yang tidak banyak dan pemberian ayahku untuk mencari apartment. Aku tidak mengalami masa itu karena aku tidak sekolah di sekolah umum, aku sekolah di rumah dan yeah,” Aku mengangkat kedua bahuku bersamaan. “Aku mencoba hal baru saat aku berada di New York hanya berdua dengan James, bertemu orang baru.”

“Apa hal terberat saat kau masuk ke dalam dunia ini, tidak bisa lepas pada kamera, kemanapun kau pergi, selalu ada orang yang mengenalmu dan memotretmu diam-diam atau bahkan tidak menyukaimu, bagaimana kau menanggapi hal itu?”

Aku berdehem. “Hal terberat ketika aku mulai, aku harus berurusan dengan berat badan, itu sangat sulit bagiku karena aku belum pernah menurunkan berat badanku seperti yang mereka inginkan. Aku sudah menyadari semua yang terjadi jika aku menjadi seorang model, aku akan terus berhadapan dengan kamera, kemanapun aku pergi, mereka selalu ada dan awalnya kupikir aku bisa menangani hal itu tetapi ternyata terasa begitu sulit dan aku seperti ‘Bisakah aku memiliki waktuku sendiri, bisakah kalian tidak mengikuti kemanapun aku pergi? Aku benar-benar butuh waktu untuk sendiri, hanya diriku tanpa orang lain selain managerku’ Itu terasa sangat melelahkan dan setelah aku berbicara dengan managerku, James. Aku mengerti semuanya, bagian itu tidak bisa dihindari untuk kami.”

“Kau menghabiskan hidupmu bersama James dan James mengenalmu sejak kau kecil, aku dengar, James memiliki kebiasaan berteriak padamu setiap pagi, benar begitu?”

Aku menunduk kemudian tertawa pelan membuat semua yang berada di studio ikut tertawa. “Ya…”

Adam tertawa. “Apa yang kau lakukan sampai membuatnya berteriak setiap pagi?”

“Saat aku sedang diet, aku harus menghindari makanan yang bisa membuat berat tubuhku begitu cepat bertambah seperti mengurangi junkfood, aku harus berolahraga satu minggu empat kali, aku harus tidur normal dan melakukan semua hal yang jarang sekali aku lakukan sebelumnya, James selalu berteriak padaku karena saat itu sulit bagiku untuk tidak memakan junkfood setiap makan siangku dan selalu bangun siang tetapi setelah satu tahun, aku sudah menghindari makanan itu dan selalu hidup sehat untuk tahun pertamaku menjadi seorang model.”

“Okay…” Adam berdehem. “Beberapa hari yang lalu kau menjadi berita hangat tentang anxiety-mu di laman I*******m yang membuat semua penggemarmu khawatir tentang keadaanmu.” Adam menoleh ke belakang begitupun aku, sebuah potongan gambar laman I*******m milikku terpampang jelas di layar.

“Dan kau baru terbuka sekarang ini?”

Aku mengangguk. “Yap, aku baru terbuka beberapa hari yang lalu dan hal ini juga banyak dirasakan semua orang jadi aku ingin berbagi apa yang aku rasakan.”

“Apa kau menyadari tentang anxiety sebelumnya?”

“Tentu saja, aku sangat menyadari dan tahu tentang anxiety, aku ingat ketika aku menyadari bahwa aku mengalami sesak napas, gelisah dan takut, aku pikir itu hal biasa jadi aku menyikapi hal tersebut tidak terlalu penting. Lalu ada saat dimana hal itu terulang dan saat itu aku merasa bahwa aku sedang tidak baik-baik saja. Aku hidup dengan ayahku dan ibu tiriku juga saudari tiriku, pagi itu aku datang ke kamar James karena ayahku sedang perjalanan bisnis ke Seattle dan keduanya tentu saja ikut, aku mengatakan padanya apa yang aku alami. Aku tidak bisa bernapas dan takut berlebihan terkadang aku merasa aku akan mati dan yeah, menakutkan lalu James membawaku untuk memeriksa keadaanku.”

“Bagaimana kau mengatasi hal itu?”

“Aku hanya tinggal berdua dengan managerku di rumah dan waktu sendiri adalah jalan terbaik untuk saat ini. Dan James sangat membantuku dalam segala hal termasuk mengajakku untuk berpikiran dan melakukan hal lebih positif di rumah seperti membaca, berenang, berolahraga atau yoga dan mencoba belajar memasak bersama dan menjauhkan dari social media untuk sejenak ketika aku sedang tidak memiliki pekerjaan.” Aku tersenyum lalu menoleh ke arah James yang berdiri di belakang kameramen dengan kedua tangan berada di saku celana. “Aku mencintaimu, James,” tunjukku padanya.

James menunduk tersenyum kemudian mengangguk menatapku. “Aku juga,” ucap James.

Semua penonton bertepuk tangan. “The next question, Emily. “If you weren’t a model, what do you think you would be?”

Aku berdehem. “Okay, sejujurnya aku sangat suka membaca buku, aku menghabiskan waktuku di hari libur untuk membaca jadi, mungkin aku akan menjadi penulis buku romansa dengan sedikit bumbu aksi di dalamnya.”

“Selain romansa, apa yang kau suka?”

“Aku membaca semua, aku sangat suka membaca karena ketika aku membaca, aku merasakan semua hal yang paling indah yang belum aku rasakan sebelumnya dan itu semua ada dalam tulisan itu, aku seperti hidup dalam seribu kehidupan, aku merasakan seribu kematian, aku menangis dalam seribu air mata, aku merasakan seribu kepahitan yang membuat seluruh tubuhku merasakan rasa sakitnya dan aku jatuh cinta seribu kali.”

“Wow…” Suara ricuh tepukan tangan menggema. “Siapa penulis favoritemu?”

“Aku suka semua buku Charlotte Brontë.”

“Selain sebagai penulis, apa yang ingin kau lakukan?”

Aku terdiam sejenak, memanyunkan bibirku, berpikir. “Mungkin, bisnis kosmetik.”

“Okay, permainan ini mengharuskan jawab dengan cepat. Mengerti?”

“Okay.”

“Warna kesukaanmu?”

“Tentu saja merah, itu akan terlihat seksi.”

“Satu hal yang kau tidak bisa hidup tanpanya?”

“JAMES! Hanya dia satu-satunya orang yang mengetahuiku sampai begitu dalam.” Aku menoleh ke arah James. “Aku tidak akan pernah memecatmu, James. Ingat itu.” tunjukku membuat satu studio kembali bersorak tertawa.

“Do you have a beauty secret?”

“Ask my Mom and my Dad.”

Suara ricuh tawaan menggema studio begitupun denganku. “Kau tahu, sudah 9 tahun sejak kau memutuskan untuk mulai modeling, usia berapa saat karirmu melejit? Dan bagaimana perasaanmu hari itu kau mendapatkan begitu bayak tawaran.” Aku menggigit bibir bawah, berpikir sejenak. “Sekitar 17 tahun, ya, 17 tahun. Aku ingat seminggu sebelumnya aku berulang tahun. Aku mulai masuk ke dalam dunia ini saat usiku 14 tahun, berawal yang tidak menyenangkan karena ayahku menolak lalu aku terus berbicara padanya seperti ‘Dad, ayolah, ini masa depanku, biarkan aku melakukannya’ dan akhirnya ayahku mengizinkanku lalu dia mengutus James menjadi managerku.”

“Sejak kapan kau mengenal James?”

“James adalah anak dari rekan kerja sekaligus teman ayahku jadi kami juga mengenal satu sama lain. Dia sudah seperti kakakku, kami memiliki perbedaan usia yang cukup jauh, James 12 tahun lebih tua dariku tapi hubungan kami sangat dekat terkadang aku lupa jika James sudah 35 tahun.”

“Look at you now, Emily…”

Aku tersenyum menatapnya. “Butuh waktu untuk hingga seperti ini, Adam.”

“See? I’m so happy you’re here, you work so hard, congratulations. Emily Lynch, everyone.”

“Thank you…”

Aku cukup banyak mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan sejak aku terjun ke dunia permodelan saat usiaku memasuki empat belas tahun. Begitu banyak peristiwa yang bahkan sudah tidak bisa dihitung jari mulai dari pandangan orang yang buruk tentang diriku, meragukan kemampuanku ketika berlenggak-lenggok di panggung busana, membicarakan kehidupan pribadi, karier, perilaku yang menurut mereka menjengkelkan dan tentang tinggi badan yang kurang dari standar internasional.

Yap, Aku hanya memiliki tinggi lima kaki delapan sebelas inci yang dimana model internasional memiliki standar minimal lima kaki delapan sembilan puluh sampai lima kaki sepuluh inci.

Tidak banyak yang tahu tentang kehidupan pribadiku yang sangat tertutup—aku adalah putri satu-satunya dari seorang jutawan bernama Bakeer Waldermar dan Gisele Waldermar yang tak pernah mempublikasikan siapa putri kandungnya itu yang ternyata adalah seorang supermodel di negeri Paman Sam.

Sejak di sekolah dasar, Aku terobsesi dengan dunia fashion. Aku terus menonton tayangan peragaan busana berulang kali—ketika aku dua belas tahun, akhirnya aku memutuskan untuk berbicara dengan Bakeer untuk membicarakan masa depanku dan memutuskan mengambil langkah besar untuk menjadi model. Bakeer menolak, menolak karena ayahku menginginkanku melanjutkan bisnis keluarga Waldermar yang sangat bertolak belakang dengan apa yang aku inginkan.

Berbagai cara aku lakukan dan melakukan casting dimanapun berakhir di tolak hingga akhirnya aku memohon pada Bakeer untuk mengizinkan dirinya masuk ke dalam dunia itu. Beberapa bulan kemudian, ayahku mengizinkanku tetapi dengan syarat harus mengikuti semua perintahnya lewat James.

Dengan sangat terpaksa, aku menuruti semua perintah Bakeer walaupun hubunganku dengan ayahku tidak begitu baik. Aku mulai melakukan casting di agensi tanpa campur tangan Bakeer, aku melakukan semuanya berdua dengan James.

Aku melangkah masuk ke dalam ruang ganti. “Aku benar-benar tidak mau seperti ini,” kataku, James hanya diam dengan kening berkerut. “James, kau dengar aku tidak?”

“Stacey, aku tidak memiliki waktu untuk bertengkar denganmu, kau hanya perlu mengatakan apa yang terjadi. Aku tidak mengerti kau tiba-tiba datang dan marah seperti ini.”

“Di toilet pun aku tidak bisa tenang?”

James menghela napas, dia hanya mengangkat kedua bahu dengan tatapan lurus tapi bukan menatapku, aku menoleh ke belakang—melainkan Richard. Aku berdecak pelan, dia berdiri di dekat pintu. “Aku tidak nyaman, James, aku benar-benar tidak nyaman jika Bill terus mengikutiku seperti tadi bahkan saat aku di toilet,” kataku.

Aku mendekati meja rias dan duduk di sana, melepaskan sepatuku. “Apa yang kau tahu tentangku, Mr. Bill?” Aku menatap kaca di depanku.

“Sejauh yang kutahu.”

“Siapa nama ibuku?”

Richard menatapku dari cermin. “Gisele Waldermar.”

“Ibu dan kakak tiriku?”

“Nicole dan Stella Waldermar.”

Aku terdiam sesaat, kami saling memandang satu sama lain. “Tidak ada yang tahu tentang ini selain Prescott dan James,” kataku, aku membuka kancing kemejaku dan melepaskannya—Richard segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.

“Sekarang aku tahu, Nona Stacey.”

・༓☾ ☆ ☽༓・

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status