Keesokan paginya…
Aura menjalani harinya seperti biasa. Bangun tidur, mandi, sarapan dan langsung mengurung diri di studio musiknya, berharap dapat menciptakan lagu baru. Tapi hasilnya nihil! Jangankan lagu baru, pikiran Aura malah semakin kacau balau! Kurang ajar!Aura begitu sulit berkonsentrasi, otaknya penuh dengan Axel dan ucapan pria itu semalam. Ucapan yang membuat jantung Aura langsung mencelos takut.Hamil? Astaga! Aura tidak pernah berani membayangkan hal seperti itu! Dirinya belum siap! Bahkan mendengarnya saja terasa mengerikan! Masih banyak hal yang harus Aura raih dalam hidupnya. Aura tidak ingin kehadiran seorang anak di saat yang tidak tepat membuat rencana hidupnya jadi buyar!Beda halnya dengan Axel yang sudah berada di depan rumah Aura. Dalam pakaian biasa yang terlihat jauh lebih santai. Hari ini dirinya datang bukan sebagai bodyguard, tapi sebagai pria biasa yang ingin membahas hal pribadi. Hal apalagi jika bukan soal perkara beberapa malam lalu?Axel menekan bel pintu dan langsung dibukakan oleh salah seorang pelayan yang memang mengetahui kalau dirinya adalah pengganti Max, bodyguard yang sebelumnya.“Dimana nona Aura?”“Maksud anda nona Ae Ra?” tanya pelayan agak bingung dengan pelafalan Axel yang sedikit berbeda dengannya.Axel menepuk keningnya, baru sadar kalau Aura dipanggil Ae Ra jika di rumah ini. Maklum ini di Korea bukan Indonesia!“Ah ya, nona Ae Ra ada dimana?”“Sejak tadi nona ada di dalam studio musiknya. Coba ketuk saja,” tunjuk pelayan ke salah satu pintu yang tertutup rapat.“Baik, terima kasih.”Axel menarik nafas dalam dan mengetuk pintu yang dijawab oleh teriakan Aura.“Masuk!”Axel membuka pintu dan menemukan Aura masih asyik dengan kertas dan pensil di tangannya, sibuk menulis barisan not balok yang tidak dipahaminya dengan sebuah gitar bertengger di pangkuan wanita itu.Aura menoleh dan mengernyit heran saat melihat kehadiran Axel.“Bukankah semalam aku sudah bilang kalau kamu tidak perlu datang kesini karena aku tidak mau pergi kemanapun?” tanya Aura dengan kening berkerut, memastikan kalau dirinya memang tidak salah ingat dan sudah mengatakan hal itu pada Axel.“Memang, tapi masih ada yang harus kita bahas. Dan anda pasti tau mengenai apa.”“Rasanya tidak ada lagi yang harus dibahas. Bukankah semalam aku sudah mengatakannya dengan jelas?” bantah Aura cepat, tidak ingin memperpanjang pembahasan tentang malam panas mereka. Lagipula itu hanya hubungan satu malam!“Ada. Masih ada yang harus kita bahas dan semalam hanya anda yang bicara, jadi sekarang giliran saya yang harus bicara, Nona!” tegas Axel membuat Aura memberengut kesal karena Axel bersikeras membahas hal yang ingin dilupakannya.“Memangnya apalagi yang mau kamu bahas?” tanya Aura mengalah, sadar kalau pria di hadapannya begitu keras kepala dan tidak bisa dilarang! Jika bisa Aura ingin meminta Ji Hwan untuk mencari bodyguard baru untuknya, tapi rasanya tidak mungkin. Managernya itu pasti akan bertanya-tanya heran! Apalagi jika Aura tidak memiliki alasan yang jelas!Bukannya dapat pengganti Axel, tapi dirinya harus menghadapi pertanyaan yang bernada penasaran dari Ji Hwan. Pasti! Aura sudah hafal dengan kelakuan managernya!“Malam itu bagaimana bisa kamu memiliki kunci kamarku?” tanya Axel mulai mencari tau seluruh informasi yang bisa dijadikan petunjuk, lupa pada segala macam formalitas bahasa. Bahkan sepertinya Axel tidak sadar kalau dirinya menggunakan kata ‘kamu’ pada Aura, bukan ‘anda’ seperti biasanya, namun Aura tidak mempermasalahkannya apalagi ini bukan pembahasan mengenai pekerjaan!Pertanyaan Axel membuat Aura mengernyit, mencoba mengingat-ingat.“Entah, aku juga tidak tau. Tiba-tiba saja kartu kamarmu itu ada di dalam saku jaketku. Aku bahkan tidak tau siapa yang memasukkannya. Bahkan aku tidak tau kapan kartu itu dimasukkan ke dalam saku jaketku! Aku baru sadar saat pagi hari dan menemukan di saku jaketku ternyata ada dua kartu. Kamarmu dan kamarku,” aku Aura jujur.Ya, berulang kali Aura memikirkan hal itu, namun dirinya belum menemukan jawaban atas pertanyaan yang mengganggunya. Atau mungkin itu memang pertanyaan yang tidak memiliki jawaban? Karena bagaimana cara mencari taunya sekarang? Apalagi itu sudah lewat beberapa hari yang lalu!“Apa kamu memiliki musuh?” tanya Axel membuat Aura mendengus.“Di dalam dunia entertainment tidak mungkin aku tidak memiliki musuh! Pasti banyak orang yang iri atau mungkin juga ada haters yang memang menginginkan hal buruk terjadi padaku. Dan mereka berhasil menjalankan rencananya!” balas Aura membuat Axel kembali dihinggapi rasa bersalah.“Aku tidak menyalahkanmu. Lagipula aku juga salah dan dalam keadaan mabuk, jadi ya begitulah,” lanjut Aura saat melihat raut wajah Axel.“Tapi tetap saja…”“Sudahlah, aku tidak ingin membahasnya lagi.”“Tapi masih banyak hal yang perlu kita bahas!” bantah Axel membuat Aura menggeram kesal, heran dengan kekeras kepalaan pria di depannya.Untuk apalagi membahas hal yang sudah terlanjur terjadi? Toh tidak ada yang bisa diperbaiki! Apa yang sudah hilang tidak bisa didapatkan kembali kan? Dan lagi Aura juga tidak meminta pertanggung jawaban Axel! Jadi kenapa harus dipusingkan?“Apalagi sih?!” tanya Aura ketus campur gemas.“Bagaimana kalau kamu hamil?”“Aku kan sudah bilang akan menggugurkannya! Lagipula kamu tidak usah pusing, aku sudah minum pil pencegah kehamilan, jadi aku tidak mungkin hamil!” beritahu Aura, berharap dengan begitu Axel tidak lagi mencecarnya dengan pertanyaan seputar kehamilan. Mendengarnya saja Aura sudah takut!“Tapi bagaimana kalau kamu tetap hamil?”“Tidak mungkin!”“Tidak ada hal yang tidak mungkin, Nona!”“Lalu kamu mau jawaban apa dariku? Kamu berharap aku meminta pertanggung jawaban darimu karena sudah mengambil kegadisanku? Begitu?!” balas Aura kesal.Axel terdiam, sibuk memikirkan ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Aura.“Bagaimana kalau saya berniat bertanggung jawab?”Pertanyaan Axel membuat Aura terbelalak kaget, tidak percaya kalau bodyguardnya ternyata senaif ini. Tanggung jawab? Aura tidak pernah mengharapkan hal itu dari pria yang baru dikenalnya!“Aku tidak mau! Lagipula apa yang harus dicemaskan? Bukankah hal biasa jika wanita seusiaku sudah tidak perawan lagi? Jadi apa yang kamu takuti dan khawatirkan? Bayi? Aku tidak mungkin hamil! Camkan itu baik-baik!” cerocos Aura panjang lebar.“Saya hanya khawatir.”“Tidak perlu mengkhawatirkan hal yang tidak akan terjadi!” sela Aura cepat.Axel mendengus pasrah, ternyata nona mudanya begitu keras kepala dan sulit diberi pengertian. Tapi Axel tidak bisa menghadapinya dengan emosi. Tidak akan ada hal baik jika emosi ikut bermain dalam hal seserius ini.“Begini saja, Nona. Bagaimanapun saya tetap merasa tidak tenang karena telah melakukan hal yang tidak seharusnya pada anda. Sekarang saya memiliki satu ide. Saya harap anda dapat menyetujui ide saya ini, setidaknya sampai saya benar-benar yakin kalau anda memang tidak mengandung anak saya,” ucap Axel mencoba bernegosiasi, kembali bersikap formal. Kening Aura mengernyit bingung. Merasa penasaran dengan ide apa yang dimaksud oleh Axel. Apalagi wajah pria itu terlihat sangat serius!“Lalu apa yang kamu inginkan? Ide apa yang kamu maksud sebenarnya?”Axel tidak langsung menjawab, sibuk memperhatikan wajah Aura yang terlihat penasaran. Axel memandang wajah Aura tanpa berkedip, ingin melihat bagaimana respon wanita itu terhadap idenya. Menolak atau menyetujui? Axel menarik nafas panjang dan berucap cepat, dalam satu sentakan nafas.“Tiga bulan. Tinggallah bersama saya selama tiga bulan, jika saat itu saya benar-benar yakin anda tidak mengandung anak saya, maka saya tidak akan mengganggu anda lagi mengenai masalah ini,” ucap Axel tanpa jeda membuat Aura terbelalak kaget dengan ide gila yang baru saja dilontarkan oleh bodyguard barunya!“Kamu sudah gila!” sentak Aura lepas kendali membuat Axel sedikit berjengit kaget dengan respon Aura yang begitu di luar dugaan. Axel memang sudah menduga kalau Aura akan kaget, tapi tidak sampai mengatainya gila! Keterlaluan!“Saya hanya ingin meyakinkan diri kalau anda benar-benar tidak hamil anak saya, Nona!” “Tapi tinggal bersama? Bagaimana jika ketahuan wartawan? Kamu tau sendiri paparazzi begitu handal dalam mengorek informasi! Apa kamu memang sengaja ingin menghancurkan karierku?” tuduh Aura kesal membuat Axel mendelik dengan tuduhan yang menurutnya sadis.“Saya tidak sejahat itu, Nona!” “Lalu kenapa kamu melontarkan ide seperti itu?”“Dengar, Nona. Saya hanya ingin memastikan kalau anda benar-benar tidak mengandung anak saya. Dan pertanyaan mengapa saya meminta anda untuk tinggal bersama adalah karena dengan begitu saya bisa tau apa saja yang anda lakukan. Jika tidak tinggal bersama, anda bisa saja meminum obat penggugur kandungan tanpa sepengetahuan saya! Atau bisa jadi anda
Aura memandang takjub pada apartemen mewah di hadapannya. Hannam The Hill. Salah satu kompleks apartemen termahal di Yongsan-Gu Seoul. Pengetahuan ini membuat Aura heran campur curiga. Kenapa Axel harus bekerja sebagai bodyguard jika memiliki apartemen semewah ini? Apalagi bisa dibilang gaji bodyguard tidak seberapa!Namun keheranan Aura teralihkan saat suara Axel kembali terdengar,“Kamar tidur anda ada di sebelah sana, Nona,” beritahu Axel membuat Aura menoleh ke salah satu ruangan yang ditunjuk.Sejujurnya Aura masih merasa dongkol karena Axel memaksanya untuk tinggal bersama sejak hari ini juga. Tidak memberi Aura banyak waktu untuk berkemas! Menyebalkan! Entah apa alasan pria itu hingga harus terburu-buru seperti ini? Padahal Aura tidak berniat melarikan diri! Tidak heran kalau Aura tidak merespon saat Axel mengajaknya bicara, malah langsung berlalu ke kamar yang ditunjuk oleh Axel. Aura masih kesal! Hal itu membuat Axel tersenyum kecil, sadar akan hal apa yang membuat bossnya d
Aura mendelik marah. Apa bodyguard barunya ini sengaja ingin membunuhnya?“Bisa tolong ulangi ucapan anda barusan, Nona?” tanya Axel memastikan setelah rasa kagetnya mereda dan yang pasti setelah dirinya menepikan mobil di pinggir jalan. Axel tidak ingin mengambil resiko terjadi kecelakaan, sayang nyawanya, tadi saja sudah ada mobil yang meraung marah karena Axel berhenti mendadak! Beruntung mereka terhindar dari kecelakaan beruntun! Dan itu semua terjadi karena ucapan Aura yang membuat Axel kaget! “Jepang! Aku ingin ke Jepang, sudah jelas?” ulang Aura ketus. Ucapan Aura yang terdengar sambil lalu membuat siapapun pasti akan berpikir kalau Aura hanya sekedar ingin jalan-jalan ke mall! Bukan ke Jepang yang wajib menggunakan passport. Astaga!“Tapi kenapa anda tidak memberitahu saya sebelumnya, Nona? Passport saya masih di apartemen! Dan saya belum packing satu helai pakaian pun!” protes Axel membuat Aura mencibir dan menjawab santai,“Siapa suruh kamu baru tanya sekarang?” balas Aura
Tapi niat Aura untuk bermain wahana lain harus batal saat menyadari kalau ada seseorang yang menatap ke arahnya dengan pandangan menyelidik. Feeling Aura langsung tidak enak dan menekan topinya kian dalam untuk menutupi wajahnya. Meski enggan Aura kembali menuju ke arah Axel yang berdiri tidak jauh di belakangnya, senyum masih menghiasi wajah pria itu.“Kita kembali ke hotel sekarang! Sepertinya mereka mulai menyadari keberadaanku!” bisik Aura, mencoba tidak panik.“Oke!”Axel mengawasi sekitar, menghalangi siapapun yang mungkin akan mengambil foto Aura dengan tubuh kekarnya. Tidak ingin lengah. Aura baru bisa bernafas lega saat dirinya sudah berada di dalam mobil sewaan selama mereka berada di Jepang.“Fiuh! Hampir saja. Apa menurutmu mereka tau itu aku?” tanya Aura cemas.“Saya tidak yakin, Nona. Tapi saya yakin kalau mereka mulai menduga-duga sekarang. Setelah ini lebih baik jangan pergi ke tempat keramaian lagi.”“Baiklah,” pasrah Aura. Aura menikmati waktu liburannya di Jepang, m
“Park Ae Ra, kenapa kamu tidak menjawab pertanyaanku? Apa pertanyaanku sesulit itu untuk kamu jawab?” tanya Ji Hwan tegas.Ketegasan yang muncul di saat tertentu. Saat Ji Hwan merasa Aura menyembunyikan sesuatu darinya. Entah apa. Dan itulah yang ingin Ji Hwan cari tahu!Axel memandang Aura dengan cemas, ingin membantu tapi tidak mungkin. Bukankah jika begitu nanti Ji Hwan akan semakin curiga? Alasan itulah yang membuat Axel terpaksa diam meski tidak tega melihat raut wajah Aura yang tampak frustasi.“Well, aku menginap di hotel selama beberapa hari ini,” dusta Aura setelah diam sejenak.“Hotel? Tapi kenapa? Ada apa dengan rumahmu?”“Aku perlu suasana baru, Oppa!” “Suasana baru?”“Hmm… aku perlu suasana baru, siapa tau dengan begitu bisa membuatku mendapat inspirasi untuk menciptakan lagu kan?” Jawaban Aura membuat Ji Hwan terdiam sejenak. Menimbang-nimbang. Bingung harus percaya atau tidak pada penyanyi asuhannya ini. “Benarkah hanya karena hal itu? Tidak ada alasan lain?” tanya Ji
Tepat setelah Angela keluar ruangan, Ji Hwan masuk sambil membawa setumpuk dokumen, mengabaikan keberadaan Angela. Bahkan menatapnya saja tidak, membuat Angela kian dongkol karena tidak dianggap!‘Manager dan artisnya sama-sama sombong!’ batin Angela geram.“Ae Ra-ya, kamu mendapatkan tawaran iklan untuk menjadi brand ambassador dari produk yang mereka luncurkan. Bagaimana? Apa kamu mau menerimanya?” tanya Ji Hwan sambil sibuk meneliti berkas di tangannya. Pintu ruangan yang belum tertutup rapat membuat Angela masih dapat mendengar ucapan Ji Hwan meski samar, hal itu membuat Angela bergegas pergi hendak menemui managernya sendiri.“Tawaran iklan? Untuk produk apa?”“Kosmetik. No, skincare lebih tepatnya.”“Kenapa harus aku?” tanya Aura bingung, tidak biasanya Ji Hwan menyodorkan pekerjaan yang di luar bidang Aura. Biasanya Ji Hwan hanya menawarkan pekerjaan agar Aura tampil di salah satu acara musik dan jika harus syuting pun itu untuk keperluan albumnya!“Apa perlu kamu tanya lagi? Te
Axel baru hendak maju untuk menarik Aura saat Lionel menurunkan tubuh Aura lebih dulu hingga wanita itu melepaskan pelukannya. Serius, Axel tidak suka melihat hal itu. Rasanya aneh jika melihat Aura yang selalu menjaga jarak dengan siapapun sekarang malah terlihat sedekat ini dengan seorang pria! Bahkan memeluknya lebih dulu!Apalagi Aura sedang hamil. Ralat, maksudnya Axel takut Aura sedang hamil. Bukankah bahaya jika seperti tadi? Memeluk sambil memutar tubuh Aura. Bagaimana kalau Aura sampai jatuh? Huh!‘Memangnya pria itu siapa sampai Aura begitu senang saat bertemu dengannya?’ batin Axel penasaran, ingin tau ada hubungan apa antara Aura dengan pria yang bernama Lionel Kim ini.Axel terpaksa menahan kedongkolannya saat melihat senyum masih tersungging di wajah Aura. Senyum sumringah malah! Terlihat jelas wanita itu bahagia saat melihat Lionel!“Bagaimana kabarmu, Dear?” “Aku baik, Lio. Serius, aku sangat merindukanmu.”“Aku juga! Sudah lama kita tidak berjumpa, bahkan kamu tidak
Axel meneguk wiski di tangannya, sekarang sudah tengah malam. Aura sudah tidur di kamarnya sendiri sejak tadi, meninggalkan Axel yang tidak bisa terlelap. Pengakuan wanita itu membuat hati Axel merasa tidak nyaman. Bagai batu yang mengganjal.‘Tentu saja. Aku memang menyukainya sejak lama.’Itulah kalimat yang diucapkan Aura tanpa beban, namun sekarang malah menjadi beban bagi Axel! Entah kenapa! Bagaimana bisa Aura mengaku menyukai seseorang dengan sesantai itu? Pada Axel pula! Tidak taukah wanita itu kalau…‘Kalau apa?’ batin Axel, menepis kalimat yang hampir terlontar dari dalam otaknya.Kalimat yang dirasa mustahil baginya.Kalimat yang tidak mungkin terjadi.“Tidak mungkin! Lagipula Aura tidak boleh menyukai siapapun, setidaknya untuk saat ini, tidak sebelum aku memastikan kalau Aura benar-benar tidak mengandung anakku!” gumam Axel mencoba mencari alasan agar hatinya bisa sedikit lebih tenang.Namun tetap saja, seberapa keras pun Axel mencoba, hatinya masih terasa tidak nyaman. Ad