Hari sudah beranjak siang saat pintu kamar Ethan di ketuk dari luar. ETHAN pun bangun dengan malas dari tempat tidur.
"Kenapa lagi sih nih bocah?!!!" seru Ethan yang sudah tahu siapa orang yang mengetuk pintu kamarnya siang- siang begini.
Ceklek....
Ethan membuka pintu kamar dengan wajah juteknya.
"Hmmm...." Ucapnya yang literally benar- benar hanya hmmm saja.
"Aku lapar." Sebuat Adaline sambil memegang perutnya.
"Di bawah kan masih makanan! Lau tinggal makan." Ujar Ethan, lalu dengan cepat ingin menutup pintu itu. Dalam pikiran Ethan siapa suruh tadi tidak makan. Dan kalau sekarang minta makan maka dia sudah malas mengurusi nya.
"Tapi tidak ada yang menenami ku!." tahan Adaline, lebih cepat dari pada AD.
Ethan mendengus kesal. Karena apa harus setiap kali Adaline makan, Ethan harus menemani nya? Menurut Ethan selain itu sangat manja, itu juga hanya akan membuang-buang waktu nya.
Namun sekali lagi, tentu saja Ethan kembali tidak dapat menolak nya sebab ADALINE ADALAH TAMU TITIPAN BOS NYA. So, mau tidak mau Ethan pun terpaksa menemani Adaline makan sekali lagi.
"Baiklah kalau memang begitu." Ethan pun keluar dan turun mengikuti Adaline menuju ruang makan.
"Apa kau tidak makan?" Tanya Adaline, melihat Ethan yang langsung duduk tanpa terlihat mengambil sesuatu untuk di makan.
"No." Jawab Ethan singkat, lalu mulai memainkan handphone nya.
"Benar tidak lapar?" Tanya Adaline lagi.
"No!" Jawab Ethan mulai kesal.
"Tapi tadi pagi kau kan tidak makan juga Ethan?!” Adaline terus menerus bertanya pada Ethan.
Kening Ethan berkerut mendengar Adaline yang terus-terusan bertanya pada nya. Ethan yang biasa hidup sendirian, tidak bisa mendapatkan pertanyaan-pertanyaan seperti ini.
"Kenapa dia cerewet sekali!" Batin Ethan.
Jujur saja, Ethan tidak suka mendengar Adaline yang terlalu banyak bertanya. Apa lagi sok perhatian seperti itu. Membuat Ethan curiga pada Adaline. Jangan - jangan bocah ini punya maksud terselubung di balik niat baik nya mengajak Ethan Makan.
"Ayoo Ethan, makan bersama ku." Adaline kembali menawarkan pada Ethan untuk makan bersama nya.
"Kau makan saja dulu. Kalau aku lapar maka aku akan makan." Jawab Ethan seadanya. Ethan memang sengaja menjaga jarak dari Adaline.
Adaline pun akhirnya menyerah mengajak Ethan untuk makan bersama nya. Dengan santai Adaline mulai memasukan nasi dan lauk pauk nya ke dalam piring nya.
"Kapan Mr. Sean akan menemui ku!!" tanya Adaline sambil memasukan pilihan menu nya ke dalam piring putih yang ia pegang.
"Aku tidak tahu." jawab Ethan dengan seadanya.
"Apakah dia tidak tahu kalau mommy ku sudah dalam keadaan kritis?" Tanya Adaline lagi pada Ethan
"Dia sudah tahu." jawab Ethan, pendek.
"Apa dia tidak tahu mommy ku menitipkan aku pada nya?!" tanya Adaline, dengan nada lembut tapi sangat mencurigakan.
"Dia tahu." jawab Ethan yang bahkan lebih singkat dari sebelumnya.
"Lalu kenapa dia belum muncul untuk membawa ku!!" seru Adaline tiba- tiba dengan wajah kesal.
"Entahlah." Jawab Ethan yang kali ini benar-benar singkat.
Adaline memandang Ethan dari atas lalu ke bawah kemudian ke atas lagi.
"Heemm.. pria ini memang tampan!! Tapi kaku sekali!! Seperti robot. Jawabannya singkat dan seperlu nya saja! huft sungguh menjengkelkan" seru Adaline dalam hati sambil menajamkan pandangan nya pada Ethan.
"Kau itu sedang sakit gigi???" Sindir Adaline karena kesal dengan semua jawaban pendek Ethan.
"Tidak." Jawab Ethan, dengan wajah datar tanpa ekspresi nya, membuat Adaline semakin jengkel.
"Kalau begitu, jika Mr. Sean tidak ingin menjaga ku, antarkan saja aku ke ayah ku! Aku bisa menjaga diri ku sendiri." Ujar Adaline, gondok. Dan sedikit menghempas piring ke atas meja.
"Tidak bisa." jawab Ethan sependek yang tadi.
"Tidak bisa? Tidak bisa mengapa?" Seru Adaline.
"Karena Mr. Sean, telah memerintahkan ku untuk menjaga mu sampai situasi aman kembali." Jawab Ethan, sedikit agak panjang. Namun setelah itu Ethan kemudian diam dan sengaja tidak melihat ke arah Adaline lagi.
Adaline yang bete mendengar jawaban Ethan mendorong piring nya menjauh dari nya sambil berkata, "aku tidak mau makan ini!." Ujar Adaline, dengan wajah yang menyebalkan.
"Kalau begitu kau pilih saja menu yang lain. Bukan kah masih ada pilihan lain di atas meja!"tunjuk Ethan dengan mulut nya tapi Adaline tetap memasang wajah bete nya. Terlihat penolakan yang sangat jelas di wajah Adaline.
"Jika tidak ada yang kau mau di antara menu-menu itu maka aku akan perintah anak buah ku untuk membawakan makanan lain yang kau inginkan. Kau tinggal sebut saja!" Ujar Ethan lalu berdiri dan ingin pergi.
Ethan khawatir stok kesabaran nya tidak akan cukup untuk menghadapi Adaline White jika ia duduk lebih lama disini.
"Tidak! Aku tidak ingin makan disini! Aku bosan! Sudah dari tadi pagi aku makan disini. Aku ini tamu mu Ethan, bukan tawanan mu! Kau harus menjamu ku dengan baik dan benar. Bukan kah kau sendiri yang bilang tadi kalau Mr. Sean menitipkan ku pada mu!" ucap Adaline dalam satu tarikan nafas. Adaline memang sengaja untuk membuat Ethan jengkel sebab sedari tadi sikap Ethan membuat Adaline merasa jengkel.
"Jadi mau mu apa nona Adaline?" Tanya Ethan terpaksa bertanya Dengan nada yang pelan.
Ethan tidak ingin membuat kuping nya jadi sakit karena harus mendengarkan semua komplain dari gadis yang lebih mirip bocah ini tentang makanan yang Ethan berikan.
Andai wanita berparas china bule ini bukanlah putri dari Nyonya White, pasti sudah dari semalam Ethan kirim ke syurga- batin Ethan.
Ethan menarik nafas, berusaha untuk tidak memperlihatkan rasa tidak suka dan risih nya terhadap Adaline.
"Ingat! Ini adalah sebuah tugas ETHAN Lakukan lah seprofesional mungkin." Ujar nya pada dirinya sendiri
"Hm....." Adaline terlihat berpikir. Memikirkan menu apa yang ia inginan untuk makan siang nya.
"Adaline lekas lah, karena aku masih ada urusan lain yang harus aku kerjakan." Desak Ethan, padahal jelas-jelas bos nya sudah memberikan titah untuk menjaga Adaline saja. So otomatis sebenarnya tidak ada pekerjaan yang menjadi tanggung jawab nya. Singkatnya, Ethan bahkan tidak perlu melakukan hal yang lain selama mendapat tugas khusus menjaga Adaline.
Adaline menatap Ethan dan berkata, "aku ingin kita makan di restoran China. Sudah lama aku tidak makan makanan China."
Kemudian Adaline diam sesaat dan kembali berkata tak lama setelah nya. "Kecuali kalau kau bisa memasakkan ku makanan China, maka aku tidak keberatan untuk makan di rumah mu ini." Ucap nya sambil menyilangkan kaki nya, sehingga semakin terlihat sikap bossy dan arogannya di depan Ethan.
"Cobaan... ingat.... ini cobaaan." Ethan mengatur emosi di dalam dirinya. Sebagai ketua geng berbahaya di China, baru kali ini ada orang yang berani memerintahkan nya untuk memasak.
Dan itu pun adalah seorang wanita.
"Mr. Sean.... segera lah jemput bocah nakal ini! Kalau tidak, aku tidak tahu apa aku masih bisa bersabar." Seru nya dalam hati.
Usai Ethan menghela nafasnya, ia pun lalu berjalan ke kulkas untuk melihat apakah ada bahan makanan yang bisa di guna kan untuk membuat semangkuk pangsit, untuk gadis manja dan bossy ini.
"Mau kemana dia? Jangan bilang dia mau memasak untuk ku?" gumam Adaline dalam hati.
"Seharusnya, dengan semua perlakuan ku ini, dia kesal pada ku dan segera mengantarkan ku ke Mr. Sean." Batin Adaline.
"Mari kita lihat, berapa lama lagi kau bertahan dengan semua sikap ku ini?!!!" seru Adaline dalam hati sambil melihat Ethan.
Adaline memang sengaja membuat Ethan semakin kesal dan kesal. "Asal kau tahu Ethan, aku ini sangat ahli membuat orang kesal." Tambahnya sambil tersenyum.
"Hei...kau mau kemana?!" Tanya Adaline yang memulai lagi aksi nya untuk membuat Ethan bertambah kesal.
Ethan yang di tanya tetap diam.
"Aku tanya, kau mau kemana? Jangan bilang kau mau memasak untuk ku!" ucapnya dengan nada mengejek.
Ethan tetap diam dan mengambil sebuah celemek kemudian mulai memeriksa beberapa perlengkapan untuk memasak.
Adaline yang tidak mendapatkan jawaban apapun akhirnya merasa kalau dia harus berbuat resek dengan cara yang lain. Dia pun memutuskan untuk berjalan ke arah Ethan.
Ethan tidak sadar kalau Adaline tengah berjalan ke arah nya, sebab saat ini dia tengah sibuk memeriksa bahan makanan yang bisa ia gunakan di dalam kulkas.
Apalagi Adaline berjalan tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Sehingga Ethan benar-benar tidak tahu.
"Kau bisa masak, Ethan?" tanya Adaline yang tiba-tiba saja kepala nya nongol dari arah kanan Ethan.
Ethan sontak kaget dan langsung mundur beberapa langkah.
"Apa yang kau lakukan?!" seru Ethan sambil mengarahkan pisau yang di pegang nya ke arah Adaline.
"Bukan kah aku menyuruh mu untuk duduk! mengapa kau malah datang kemari." ujar Ethan, panik, menunjuk nunjukan pisau yang ia pegang ke arah Adaline.
"Wow! Wow! Take it easy! turunkan pisau itu Ethan. Aku hanya ingin melihat untuk memastikan kau benar-benar bisa masak atau tidak." Jawab Adaline, menjauh.
"Hampir saja...." Gumam Adaline dalam hati sembari mengambil kursi mini bar itu lalu duduk memandangi Ethan yang berada di depan meja mini bar itu.
"Kau bisa melihat ku dari sana!" seru Ethan sambil menunjuk sofa tempat Adaline duduk tadi.
"Tapi aku lebih suka melihat dari dekat!" bantah Adaline.
Ethan menghela nafas nya lalu mau tidak mau, ia mulai memasak semangkuk pangsit untuk Adaline White
***
Sepuluh menit pun berlalu. Adaline yang duduk dari jarak aman dari Ethan, terkesima melihat kelihaian Ethan dalam mengolah semua bahan-bahan yang ada di atas meja.
Ethan dengan telaten mengolah semua nya. Tepung-tepung yang ditambakan telur dan beberapa bahan lainnya, menjadi mie hanya tanpa menggunakan alat seperti yang para pembantu di rumah nya sering lakukan.
“Dimana dia mempelajari itu semua?” gumam Adaline dalam hati, berdecak kagum melihat kemampuan Ethan yang tidak ia sangka-sangka. Dikira nya Ethan hanya bisa memegang senjata saja. Lagi pula siapa orang nya yang akan mengira laki-laki yang biasa memegang senjata juga biasa memegang spatula.
"Apa yang sedang dia lakukan? Bukan nya duduk sambil cari kegiatan yang lain, malah curi-curi lihat kemari." dengus Ethan dalam hati yang sama saja dengan Adaline, mencuri-curi pandang di sela-sela apa yang sedang dia lakukan.
“Ethan, ponsel mu sedari tadi berbunyi. Apa sebaiknya tidak dijawab saja terlebih dahulu??” tanya Adaline yang jadi risih sendiri karena sedari tadi ponsel Ethan terus berbunyi dengan musik yang dia tidak kenali lagu nya apa...
Mendengar perkataan Adaline, Ethan pun melirik ke ponselnya yang berdering dari tadi. " hmmm.. Mr. Sean." ujar Ethan dalam hati yang memang nada itu Ethan sengaja peruntukkan untuk sang bos. Tapi apalah daya, saat ini kedua tangan nya sedang sibuk memotong, mengaduk dan me- yang lainnya, untuk membuat semangkok pangsit yang enak untuk Adaline White agar mulut gadis nakal ini bisa tertutup walaupun hanya untuk beberapa saat saja.
Ethan terus melanjutkan pekerjaannya. Dan setelah beberapa saat, telpon Ethan tidak lagi berbunyi. Ethan berpikir bos nya mungkin sudah tidak ada perlu lagi dengan nya. Namun saat Ethan sudah akan hampir selesai memasak menu spesial requesan dari Adaline, seorang anak buah nya Ethan datang menghampiri Ethan.
"Tuan Ethan .." Ujar salah seorang anak buah Ethan yang datang dari luar.
Kemudian pria tinggi besar itu pun membisikan sesuatu pada Ethan yang tengah memasak pangsit.
Ethan tidak berkata apapun. Dia hanya melihat ke arah Adaline dengan tatapan tajam sambil terus mengiris daun bawang.
Entah mengapa Adaline yang ditatap oleh Ethan seperti itu malah bergidik ngeri. Apalagi Ethan menatap nya tajam sambil diiringi hentakan suara pisau dan talenan yang terdengar lebih kuat dan penuh tekanan dari pada sebelumnya.
"Glek..." Adaline tiba-tiba menelan saliva nya, dia teringat ibunya pernah bercerita kalau Mr. Sean selalu dilindungi oleh seorang pengawal bayangan yang dulu nya berprofesi sebagai pembunuh bayaran.
"Apa karena aku membuatnya turun ke dapur akhirnya dia ingin menghabisi nyawa ku?" Gumam Adaline White dalam hati.
"Aku tidak boleh membiarkan nyawa ku berakhir disini!! Apalagi terbuang sia-sia karena semangkuk pangsit" Batin Adaline.
"Aku harus bisa membuat nya membuang jauh niatan nya untuk membunuh ku." Pikir Adaline, yang masih berpikiran kalau Ethan saat ini tengah kesal dan berniat menghabisi nyawa nya.
Saat Adaline tengah berpikir bagaimana cara nya agar bisa membuat Ethan berubah pikiran tiba-tiba....
"Taaaak...."
Terdengar satu suara hentakan pisau yang sangat kuat di atas papan talenan, hingga membuat Adaline terkejut.
“Astaga naga!!” ujar nya spontan.
Adaline melihat Ethan berhenti memotong daun bawang sembari melihat tajam ke arah nya.
"Ethan... sini! Biar aku saja yang lan - lanjutkan memasaknya." ujar Adaline terbata-bata.
Ethan tidak menjawab dan meninggalkan tempat itu dengan pandangan yang tetap terkunci pada Adaline.
"Selama ini aku tidak pernah sekalipun membuat Mr. Sean menyampaikan pesan untuk ku melalui orang lain. Tapi karena gadis itu, Mr. Sean sampai harus mengirimi pesan melalui anak buah Dom." batin Ethan sambil memandang Adaline dengan tatapan tidak suka.
Bahkan saat mengambil ponsel nya, Ethan tetap memandangi Adaline dengan sorot mata tidak suka.
"Kalau kau sibuk, pergi saja Ethan. Akan aku selesai semua ini untuk kita berdua!!" Teriak Adaline sambil melambaikan pisau yang di Sedang di pegang nya.
"Kalau kau tidak bisa kembali cepat, tidak apa-apa Ethan. Bagian mu akan ku simpan disini!!! Aku tidak akan menyiramkan kuah nya sampai kau datang." Lanjut nya sambil terpaksa tersenyum demi kelanjutan hidup nya.
Baru setelah Ethan keluar dari dapur itu, Adaline bisa bernafas dengan baik.
"Huff ...Lima menit saja dia lebih lama di dapur ini, maka aku pasti akan mati. ..mati kehabisan nafas!!" seru Adaline sambil memotong daun bawang sesuka hati nya sebab dia memang belum pernah turun ke dapur seumur hidupnya.
"By the way, ini harus diapakan?" seru nya setelah mencincang asal semua daun bawang yang ada.
Ethan yang sudah ada di ruangan yang lain langsung menelpon bos nya.
"Halloo Mr. Sean...."Ujar Ethan pada D begitu telpon itu tersambung.
"Huft! Baru sehari kau bersama Adaline, kau sudah mengabaikan ku Emmanuel Ethan ."Sindir Sean pada pengawal nya.
Ethan menghela nafas dengan berat. Jelas-jelas tadi bos nya lah yang menyuruh nya untuk fokus mengurusi Adaline White, maka Ethan santai-santai aja membaca novel di kamar nya.
"Kalau aku boleh memilih Mr. Sean, maka aku lebih suka mengawasi mu dari pada mengawasi bocah itu." Ujar Ethan pelan,dengan nada frustasi.
" Bocah? Ethan... Ethan..!" Seru bos nya Ethan dalam hati.
"Ethan.. lupakan soal Adaline sebentar. Aku ingin kau melakukan sesuatu untuk ku."Sambung Mr. Sean.
“Baik tuan, tidak masalah.” Jawab Ethan, bersemangat. Ethan dan bos nya pun terlibat dalam sebuah pembicaraan yang serius.
****
"Tolong kau atur bersama Rebecca dan Maria bagaimana cara nya, agar aku bisa membawa istri ku ke villa ku di puncak tanpa oleh siapapun." Perintah Sean lagi.
"Kau percaya kan saja itu pada ku Mr. Sean."Ujar Ethan dengan sangat yakin.
Mr. Sean pun mematikan telepon itu.
Ethan melihat sebentar ke arah dalam, dan terlihat Adaline sedang sibuk main masak-masakan sendirian di dalam.
“Sepertinya dia akan baik-baik saja jika aku tinggalkan sendirian disini.” Ujar Ethan yang memutuskan untuk pergi saat itu juga ke tempat bos nya.
Bagi Ethan, bosnya tetap adalah prioritasnya. Sebab Ethan masih bisa bernafas hingga saat ini, itu semua karena Mr. Sean.
“Tom... tolong kau jaga Adaline. Jangan biarkan dia keluar dari rumah ku.” Perintah Ethan pada salah seorang anak buah nya.
Ethan perlu menitipkan Adaline pada anak buah nya. Karena Ethan takut Adaline akan kabur diam-diam dari rumah nya dan mencari Mr. Sean.
“Baik tuan Ethan. Anda tenang saja. “ Jawab Lean.
“Kalau begitu aku pergi dulu ke tempat Mr. Sean.” Sebut Ethan, kemudian pergi mengambil mobilnya. Dia harus segera sampai di kampus, tempat Mr. Sean berpura-pura menjadi mahasiswa.
Hari sudah cukup sore saat Ethan sudah sampai mengantarkan sang bos berserta istri ke Villa milik sang bos. “Aku rasa sebaiknya aku pulang. Aku takut terjadi apa-apa pada Adaline. Secara kan dia juga adalah tanggung jawab ku.” Seru Ethan, pelan. Ethan pun menuju ke tempat para anak buahnya berjaga, dan menegaskan kembali apa-apa saja yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan. Sebelum pulang, Ethan melihat kembali keadaan Villa dengan seksama. “apa dia akan baik-baik saja disini dengan pengawalan Dom?” ucap Ethan pada dirinya sendiri, karena mengkhawatirkan keselamatan Mr. Sean beserta istri. Tapi sesaat kemudian Ethan teringat perkataan bos nya pada nya, bahwa sang bos sengaja menempatkan Ethan untuk menjaga Adaline White agar Ethan punya waktu untuk liburan di rumah. Selama ini Ethan selalu mengikuti kemana pun Mr. Sean pergi, sehingga dalam penglihatan Sean, Ethan tidak punya waktu me time sedikit pun. “Baiklah kalau begitu. Semoga aku benar-benar bisa berlibur jika aku berada
Ethan meraih handuk nya dan mengeringkan tubuh nya yang basah kuyup karena mencoba menyelamatkan bocah itu. "Lekaslah keluar dari bathtub itu, kau bisa masuk angin jika berlama-lama berendam di sana." Ucap Ethan dengan suara datar nya, berpura-pura kalau diri nya baik - baik saja saaat ini. Padahal asli nya, jantung Ethan pun berdetak sama kerasnya dengan Adaline saat ini. Bahkan kalau bisa jantung Ethan ingin melompat keluar dan menghampiri jantung Adaline, yang kompakan berdetak kencang. Ethan meletakkan tangannya di dada. Dia merasa ada yang tidak beres di dalam sana. "Apa ini efek karena aku terjatuh tadi? Heem..aku rasa aku harus segera memeriksa diri ke dokter." gumam Ethan pada diri nya sendiri. "Aku harus menelpon dokter pribadi nya dan meminta nya datang." Ujar Ethan dalam hati. Ethan pun akan beranjak pergi namun baru selangkah Ethan melangkah Adaline memanggil nya. "Heem...Ethan." Panggil Adaline, membuat detak jantung Ethan semakin cepat. "Apa lagi ini Tuhan??" Ser
“Hufft.. kemana dia? Apa dia masih di luar?!” Seru Adaline yang ragu-ragu untuk keluar sebab saat ini dia hanya mengenakan handuk saja. Secara pakaiannya basah total karena cipratan air saat dia dan Ethan jatuh ke dalam bathup.Adaline mengelus-elus kedua lengannya. Mungkin karena ia baru saja selesai bermain air maka nya suhu yang sudah dingin di kamar Ethan terasa semakin dingin di kulit nya.“Aku harus bagaimana sekarang?” ujar Adaline, yang masih belum bisa memutuskan untuk keluar atau tidak.Adaline ingat di rumah itu sebenarnya ada banyak anak buah Ethan, hanya saja tidak semua dari mereka yang diperbolehkan masuk ke dalam rumah oleh Ethan.Itu lah mengapa hanya satu atau dua orang saja yang terlihat di dalam rumah itu sejak Adaline tiba di sana.Tapi ya tetap saja! Mau di luar ataupun di dalam, mereka semua laki-laki. Dan satu-satunya wanita di rumah itu hanyalah Adaline seorang. Tentu saja hal ini tetap membuat Adaline merasa was-was.“Keluar? Tidak?” ujar nya, berpikir keras.
“Apa sampai sekarang kalian masih belum bisa menemukan Adaline?” seru Beldiq White pada anak buah nya.“Maaf tuan White, sampai saat ini kami masih belum bisa menemukan keberadaan nona Adaline.” Lapor nya.“Bodoh!! Bodoh kalian semua!! Apa saja kerja kalian! Sampai anak ingusan itu bisa lolos dari misi kalian!” Bentak Beldiq, sangat murka sebab Adaline yang menjadi target utama nya malam itu lolos.“Beldiq sayang, tenang lah dulu. Jangan sampai tekanan darah mu naik karena ini.” Ujar Jenny yang merangkap pacar sekaligus sekertaris Beldiq.“Aku tidak akan bisa tenang sayang, selama aku belum tahu di mana keberadaan putri tiri ku itu!” Seru Beldiq.“Aku harus yakin seratus persen dia mengikuti jejak ibu nya ke dunia lain, baru setelah itu aku bisa tenang. Tenang menguasai semua harta peninggalan ibu nya. Terutama perusahaan itu!! Aku membutuhkan perusahaan itu untuk tempat bisnis ku!!” Lanjut Beldiq yang mengira kalau Ainsley telah meninggal.“Kalau dia masih tidak dapat diketahui rimba
“Hallo Mr. Sean........” Sapa Adaline.“Hai.. Adaline, bagaimana kabar mu? Ethan mengatakan pada ku kalau kau tadi pingsan.” Ucap Mr. Sean, meresepon sapaan Adaline.“Benar, tapi saat ini aku sudah baik-baik saja.” Jawab Adaline.“Bagus lah kalau begitu...” jawab Mr. Sean, terdengar sangat ramah.“Sean.. I mean, Mr. Sean.. bisa kah aku meminta bantuan mu untuk sesuatu?” tanya Adaline.“Katakan saja Adaline. Kalau aku bisa membantu mu maka akan aku bantu.” Jawab Mr. Sean.“Apa aku boleh meminjam Ethan untuk satu bulan ini?” Ucap Adaline, terdengar ragu.“Kau ingin apa?” Tanya Mr. Sean sedikit tidak yakin dengan pendengarannya.“Hmmm... Apa boleh aku meminjam Ethan untuk menjadi pengawal ku?” Ulang Adaline sekali lagi.“Kau bermaksud meminjam Ethan untuk menjadi pengawal mu? tapi untuk apa?” tanya Mr. Sean lagi.Adaline menarik nafas nya sejenak lalu mulai menceritakan rencana nya pada Mr. Sean. Adaline memang belum pernah bertemu langsung dengan Mr. Sean. Tapi satu hal yang pasti, Adal
“Misi mu adalah menjadi suami Adaline White selama sebulan. Bagaimana menurut mu? Sebuah misi yang seru Dan luar biasa kan???” Ujar Mr. Sean terdengar seperti mengucapkan hal yang biasa-biasa saja.Padahal barusan dia baru saja memerintahkan Ethan secara tidak langsung untuk menikah dengan Adaline. Walaupun pernikahan itu hanya untuk sebulan saja. Tapi tetap saja itu adalah sebuah pernikahan.“Whats?!” Seru Ethan shock setengah mati mendengar misi yang baru saja Mr. Sean berikan untuk nya.Dari sekian banyak misi di luar nalar yang Mr. Sean berikan pada nya selama ini, Ethan merasa ini yang paling tidak masuk akal. Dan sebanyak apapun Ethan berpikir, otak nya tetap tidak bisa menerima apa yang dikatakan oleh Mr. Sean barusan sebagai sebuah misi.“Apa bos ku mulai gila?” batin Ethan.“Bagaimana Ethan?” Ulang Mr. Sean bertanya. Benar-benar tidak merasa kalau dia telah mendzolimi pengawal pribadi nya.“Mr. Sean, kau saat ini ada di mana?” tanya Ethan, tidak menjawab sama sekali pertanyaa
Ke esokan hari nya, matahari pun bersinar cerah hari ini, secerah senyum yang menghiasi wajah Adaline pagi ini.“Kau sudah siap?” tanya Ethan dari ujung pintu kamar nya.Ya.. Ethan dan Adaline memang tidur sekamar hanya saja tidak seranjang. Ethan tidur di sofa sedangkan Adaline tidur dengan nyaman di atas ranjang Ethan.“Ya, tentu saja.” Jawab Adaline yang terlihat sangat berbeda pagi.Jika di hari-hari biasanya Adaline terkesan tampil biasa – biasa saja tanpa polesan make up di wajah nya, hari ini Adaline tampil dengan tampilan sangat paripurna.Ethan yang melihat nya bahkan sempat pangling untuk sesaat.Pagi ini Adaline tidak terlihat seperti bocah yang belum matang yang ia temui selama ini. Adaline tampil bak wanita dewasa yang siap menghadapi kejam nya dunia.“Hem.. Kalau begitu ayo.” Ajak Ethan.Ethan terus menatap Adaline saat Adaline akan keluar dari kamar. Dalam hati nya Ethan berkata, “Untung saja aku memilih memakai jas tapi. Sempat aku memilih berpakaian unformal.. penampi
"Calon suami? Jadi kau sudah punya calon suami Adaline? Apa calon suami ini- Bukan kah pacar mu??" saat Beldiq hendak melontarkan pertanyaan berikut nya, tapi keburu terpotong ucapan Jenny yang tiba- tiba masuk ke dalam ruangan itu."Bikin sensasi saja." Tukas Jenny yang langsung mendapatkan kode mata dari Beldiq, yang kira- kira isi nya memerintahkan Jenny untuk diam nya.Setelah Jenny diam, Beldiq berkata, " Tolong tinggalkan kami Jenny."Jenny pun mematuhi perkataan Beldiq. Dia langsung berbalik badan pergi dari ruangan itu."Apa kau benar adalah calon suami Adaline?" Lanjut Beldiq bertanya untuk memastikan apa yang barusan Adaline akui.Beldiq menatapan Ethan dengan tatapan curiga. Seingat Beldiq, nama kekasih Adaline bukan lah Ethan. Meski dia sendiri tidak ingat siapa nama bocah yang selalu datang menjemput Adaline dahulu. Lantas bagaimana bisa ujug-ujug Adaline punya calon suami jika pacar saja tidak pernah terendus keberadaan nya.Ethan notice saat ini Beldiq sedang menilik di