“Misi mu adalah menjadi suami Adaline White selama sebulan. Bagaimana menurut mu? Sebuah misi yang seru Dan luar biasa kan???” Ujar Mr. Sean terdengar seperti mengucapkan hal yang biasa-biasa saja.Padahal barusan dia baru saja memerintahkan Ethan secara tidak langsung untuk menikah dengan Adaline. Walaupun pernikahan itu hanya untuk sebulan saja. Tapi tetap saja itu adalah sebuah pernikahan.“Whats?!” Seru Ethan shock setengah mati mendengar misi yang baru saja Mr. Sean berikan untuk nya.Dari sekian banyak misi di luar nalar yang Mr. Sean berikan pada nya selama ini, Ethan merasa ini yang paling tidak masuk akal. Dan sebanyak apapun Ethan berpikir, otak nya tetap tidak bisa menerima apa yang dikatakan oleh Mr. Sean barusan sebagai sebuah misi.“Apa bos ku mulai gila?” batin Ethan.“Bagaimana Ethan?” Ulang Mr. Sean bertanya. Benar-benar tidak merasa kalau dia telah mendzolimi pengawal pribadi nya.“Mr. Sean, kau saat ini ada di mana?” tanya Ethan, tidak menjawab sama sekali pertanyaa
Ke esokan hari nya, matahari pun bersinar cerah hari ini, secerah senyum yang menghiasi wajah Adaline pagi ini.“Kau sudah siap?” tanya Ethan dari ujung pintu kamar nya.Ya.. Ethan dan Adaline memang tidur sekamar hanya saja tidak seranjang. Ethan tidur di sofa sedangkan Adaline tidur dengan nyaman di atas ranjang Ethan.“Ya, tentu saja.” Jawab Adaline yang terlihat sangat berbeda pagi.Jika di hari-hari biasanya Adaline terkesan tampil biasa – biasa saja tanpa polesan make up di wajah nya, hari ini Adaline tampil dengan tampilan sangat paripurna.Ethan yang melihat nya bahkan sempat pangling untuk sesaat.Pagi ini Adaline tidak terlihat seperti bocah yang belum matang yang ia temui selama ini. Adaline tampil bak wanita dewasa yang siap menghadapi kejam nya dunia.“Hem.. Kalau begitu ayo.” Ajak Ethan.Ethan terus menatap Adaline saat Adaline akan keluar dari kamar. Dalam hati nya Ethan berkata, “Untung saja aku memilih memakai jas tapi. Sempat aku memilih berpakaian unformal.. penampi
"Calon suami? Jadi kau sudah punya calon suami Adaline? Apa calon suami ini- Bukan kah pacar mu??" saat Beldiq hendak melontarkan pertanyaan berikut nya, tapi keburu terpotong ucapan Jenny yang tiba- tiba masuk ke dalam ruangan itu."Bikin sensasi saja." Tukas Jenny yang langsung mendapatkan kode mata dari Beldiq, yang kira- kira isi nya memerintahkan Jenny untuk diam nya.Setelah Jenny diam, Beldiq berkata, " Tolong tinggalkan kami Jenny."Jenny pun mematuhi perkataan Beldiq. Dia langsung berbalik badan pergi dari ruangan itu."Apa kau benar adalah calon suami Adaline?" Lanjut Beldiq bertanya untuk memastikan apa yang barusan Adaline akui.Beldiq menatapan Ethan dengan tatapan curiga. Seingat Beldiq, nama kekasih Adaline bukan lah Ethan. Meski dia sendiri tidak ingat siapa nama bocah yang selalu datang menjemput Adaline dahulu. Lantas bagaimana bisa ujug-ujug Adaline punya calon suami jika pacar saja tidak pernah terendus keberadaan nya.Ethan notice saat ini Beldiq sedang menilik di
Sesampainya mereka di luar gedung...Perlahan Ethan melepaskan tangan Adaline yang memegang erat tangan nya."Adaline... sebentar, aku mau menelpon." Ethan beralasan Ethan supaya dia bisa menjauh dari Adaline."Oh.. Ya, silahkan." Adaline pun melepaskan tangan nya.Ethan merogoh saku nya dan mengambil ponselnya. Namun setelah dia mendapatkan ponsel nya dia malah bingung mau menelpon siapa. Karena memang sebenarnya tidak ada yang ingin dia telpon. Itu cuma alasan untuk lepas dari Adaline."Telpon Dom saja." gumam nya dalam hati. Ethan pun memencet nomor Dom. Saudara angkat nya yang saat ini sama-sama bekerja di bawah Mr. Sean karena hutang budi seperti Ethan."Ya, Ethan..." Terdengar suara Dom cempreng seperti biasa nya."Kau dimana Dom?" Tanya Ethan pada Dom, yang sebenarnya sekedar untuk membuat nya terlihat dia sedang menelpon di depan Adaline."Memang nya dimana lagi diri ku? Aku sudah pasti sedang di rumah saat ini dengan Mr. Sean..." Jawab Dom, terdengar santai."Apa??? Mr. Sean
Sesaat kemudian telpon itu pun tersambung. "Ya Ethan ada apa?" Tanya MR. SEAN dari laboratorium nya."Hallo, ini aku Adaline White, Mr. Sean." Sapa Adaline."Heemm... Ya Adaline, apa ada masalah lagi?" Tanya Mr. Sean dengan nada suara penuh karisma."Ya, begitu lah Mr. Sean. Aku ada masalah baru lagi." Ujar Adaline terdengar santai berbicara dengan sambil melirik pada Ethan."Ya, katakan lah." Jawab Mr. Sean yang sebenarnya sedang terburu-buru saat itu."Mr. Sean kau ingat bukan, aku ingin meminjam pengawal mu Emmanuel Ethan untuk menjadi pengawal pribadi ku selama satu bulan ini? Adaline menanyakan itu sambil melirik Ethan dengan senyum tipis di bibir nya seolah berkata, JANGAN SAMPAI PINGSAN ETHAN!! DENGAR DAN TUNGGU DI SANA BAIK-BAIK."Ya.. aku masih ingat. Dan aku sendiri kan yang menyarankan pada mu supaya kau dan Ethan pura-pura menikah saja. Karena dengan pura- pura menjadi suami mu maka Ethan akan lebih mudah untuk menjaga mu." Mr. Sean mengulang kembali jawab nya.Mendengar
"Come on Ethan, jangan berekspresi seperti itu! Ini hanya untuk dua bulan! memang nya apa sih tugas dan kewajiban dan yang satu lagi yang malas kau sebutkan itu akan muncul? tenang lah! Tidak akan benar- benar mengubah hidup kita." Jawab Adaline santai."Aku tidak boleh mundur! aku harus bisa meyakinkan Ethan!! Karena ayah kandung ku tidak akan memberikan pertolongan nya pada ku untuk merebut perusahaan ibu ku dari ayah tiri ku jika aku tidak menikah. Ethan.. ayoo jangan menolak lagi!! hanya dua bulan! setelah itu kita cerai!" ujar Adaline dalam hati."Ini gak serumit yang kau pikirkan Ethan. Kita hanya menikah di catatan sipil lalu hidup dalam rumah yang sama dan... dan...? Di kamar yang sama lalu ranjang yang sama..." Sebut Adaline yang tadi nya begitu bergelora menjelaskan nya pada Ethan namun makin ke ujung suara nya makin menghilang.Ethan menatap Adaline dengan tatapan jengah nya.Adaline menelan saliva nya, dan segera memutar otaknya. "Tapi kalau yang kau takutkan adalah seranj
Muka Ethan tampak masam setelah ia dan Adaline selesai mendaftarkan pernikahan mereka secara resmi."Hump!! Akhirnya aku memiliki buku ini!!” Seru Adaline girang sambil menepuk- nepuk kan buku nikah milik nya ke tangan nya, seolah buku nikah itu tidak ada arti nya sama sekali untuk nya."Eeit! apa yang kau lakukan!" Berang Ethan dan langsung mengambil buku nikah di tangan Adaline kemudian menyimpan buku itu di dalam saku jas nya."Memang nya kenapa?" tanya Adaline dengan wajah innocent nya."Sudah! Lupakan saja." jawab Ethan yang sedang tidak mood untuk bicara dengan Adaline saat ini.Adaline mendelik melihat ke arah Ethan lalu berkata, "Kalau tidak ada apa-apa, mengapa kau menyimpan buku nikah milik ku?!" tanya Adaline plus dengan ekpresi ala detektif- detektifan nya.Ethan pun mengerlingkan mata nya malas dan melengos pergi begitu saja. Dia malas untuk adu mulut dengan Adaline, secara sudah pasti Adaline yang menang! Mulut wanita kan ada dua."Ethan.. tunggu aku!!" Teriak Adaline be
"Ck.. kau ini!! hal kecil pun kau hitung sebagai hutang budi yang harus aku bayar!!" celetuk Adaline, sewot, dan melipat tangannya."Hal kecil? Hal kau kau bilang.. Baiklah kalau kau ingin hal kecil juga di masukkan ke dalam daftar hutang budi mu.""KAU SEENAK NYA MEMAKAI KEMEJA KU. Itu akan ku masuk kan ke dalam hutang budi mu. KAU SEENAK NYA MEMINDAHKAN ISI KAMAR KU! itu juga akan ku masuk kan ke dalam hutang budi mu.KAU-""Cup..." Adaline langsung mengecup pipi Ethan dan berkata,"ini aku angsur lagi bayar hutang ku pada mu!" Selebihnya, akan aku bayar angsur-angsur pada mu." lanjut Adaline lalu mengarahkan pandangan nya keluar jendela."Mati aku! kenapa aku malah men-sun pipi nya. Apa itu arti nya aku setuju cara pembayaran semua hutang budi ku seperti itu?" Rutuk Adaline dalam hati."Tapi siapa suruh dia mengungkit semua kebaikan yang pernah ia lakukan pada ku? Aku kan jadi benar-benar merasa berhutang banyak pada nya!" rungut Adaline, yang sama sekali berjanji tidak akan menoleh